1. Alur Sebuah Pertemuan

16 11 0
                                    

~🕝~

"Huft! Akhirnya selesai juga."

Kacamata bulat besar yang dipakainya dengan rambut dikucir sedikit berantakan, Karina menarik nafas panjang di depan komputernya setelah menyelesaikan satu bab dari cerita komiknya. Hal yang paling menyenangkan menurutnya adalah memberikan kepuasan terhadap pembaca melalui karyanya.

Perkenalkan dia adalah Karina biasa dipanggil Karin, seorang penulis komik daring yang cukup terkenal. Begitu banyak penggemarnya yang mengatakan cerita dari Karina sangat luar biasa lewat gambar yang tidak nyata dicampur dengan cerita berasal dari imajinasinya.

Meskipun belum mendapatkan lebih dari hasil kerja kerasnya dalam membuat cerita bergambar itu, akan tetapi beberapa dari ceritanya sudah terbit, bahkan beberapa dari perusahaan penerbit ingin meminang ceritanya akan tetapi dengan hati-hati Karin belum bisa menerima tawaran tersebut. Karena takut dengan tawaran yang hanya berkedok penipuan.

***

Gambar yang kubuat di atas Drawing Tools menemani hari-hariku yang di suguhkan dengan kehaluan yang tak ada batasnya. Menyelesaikan satu bab menurutku sama seperti menyelesaikan satu misi yang sangat sulit dilakukan. Mengambar tokoh dalam ceritaku seakan nyata menurutku. Sungguh aku sangat percaya diri bahwa bakatku ini sangat luar biasa.

Yah! memang, bakatku ini berasal dari almarhum ayahku yang juga dulunya seorang penulis komik terkenal, karena aku dulu sering melihatnya menggambar maka dari itu saya bisa mempelajari banyak tentang hal dalam menggambar.

Bukan hanya itu, ada seorang sosok wanita yang terus mendukungku dari belakang dan bisa menerima apa yang kulakukan, dia adalah ibuku yang sering kusapa akrab dengan sebutan Mama.

Tiba-tiba, ponselku berdering. Panggilan masuk dengan nomor yang tak dikenal membuat sedikit jantungku berdegup kencang karena selalu menunggu hal-hal yang mungkin hanya seorang penulis yang tahu. Aku dengan sigap menerima panggilan itu, dan berharap saja ada sesuatu yang membuat hati damai setelah mendengar panggilan misterius itu.

"Halo!" ucap Karina sambil meregangkan badannya setelah berjam-jam duduk di depan komputer.

"Halo! Memang benar ini dengan Ibu Karina?" tanya seorang wanita dengan lembut dari panggilan telepon itu.

"Iya, dengan saya sendiri. Maaf ini dengan siapa?" tanya Karina sedikit penasaran.

"Kami dari perusahaan agensi penulisan akan mengadakan acara formal dalam rangkai penghargaan untuk para penulis. Dan kebetulan Ibu Karina masuk dari salahsatu kategori penghargaan. Maka dari itu, kami mengundang Ibu Karina untuk menghadiri acara tersebut," jelasnya.

"Benarkah? Ini bukan penipuan kan?" tanya Karina yang kaget dan juga ragu dengan hal tersebut.

"Maaf Ibu Karina, ini tidak ada unsur penipuan. Undangannya akan kami segera kirim melalui email anda," ungkap wanita itu kembali meyakinkan.

Aku tak bisa lagi berkutip mendengar hal tersebut hingga pembicaraan lewat telepon itu tertutup. Akhirnya aku bisa merasakan kembali bagaimana kerja keras seseorang di apresiasi. Aku belum bisa percaya bahwa karyaku bisa menjadi luar biasa bahkan menerima penghargaan. Disinilah aku berfikir bahwa ayahku tidak salah memberikan bakat ini kepadaku.

Segera ia membuka daftar kontaknya dan menghubungi Amel. Amel adalah teman akrab dari Karin. Dari semua temannya hanya Amel yang dianggap sebagai tempat curhat dan menceritakan segala apapun yang terjadi, begitupun sebaliknya.

“Halo! Mel, aku punya kabar gembira. Aku mencintaimu!” ucap Karin sangat terlihat bahagia.

“Apan sih? Kamu lambat puber yah? Euhh,” balas Amel.

Authors and The Dream IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang