Format
Rigel ||
Tema : Alam
Judul : Angin yang bermain
Karya : CerpenDahan yang terlihat kecil itu meliuk saat angin menyapanya. Bergerak tak beraturan mengikuti arah angin yang mengganggunya.
Sedangkan daun lainnya saling bertepuk melihat si ranting kecil yang sedang di permainkan. Lalu daun berwarna kuning malah ikut terbang, terbang tak beraturan. Semua pohon melihatnya, semua dahan dan daun menyaksikannya.
Hari ini mereka kehilangan penghuninya. Penghuni yang bertahan sampai dimana warnanya menguning lantas tak berapa lama lagipun akan segera berwarna coklat, Kemudian mengering di hantam panas.
Lagi-lagi angin, kini seorang gadis yang ia ganggu. Mengacak rambut kecil miliknya habis berantakan. Namun, anehnya ia malah tertawa senang, seakan tingkah yang angin lakukan adalah serupa kebahagiaan.
Bibirnya melengkung sempurna, matanya menyipit ikut tertawa, lalu perlahan-lahan alat pengunyah itu terpampang jelas berjejer disana.
"Nona, Tuan memanggil." Seseorang datang, berpakaian rapi dengan bandana putih berpita kecil di kepalanya. Wanita dewasa itu tertunduk hormat, dengan nada yang begitu tenang namun diiringi sebuah dengusan terdengar oleh wanita itu.
Seperti ia sudah faham, bila sang Putri tak suka di ganggu jika sedang bermain dengan dunianya, "Ah, baiklah. Aku segera ke sana," ucapnya. Wanita tadi hanya mengangguk, lantas pergi meninggalkan sang putri.
"Apa ada hal penting yang ingin Ayah katakan?" monolognya. Tanpa permisi seekor kupu-kupu datang, hinggap di pundaknya. Otomatis membuat langkah sang putri terhenti. Perlahan, kepalanya menengok ke sisi kiri dan benar, ada seekor kupu-kupu cantik bercorak biru terang tengah hinggap dipundaknya. Menyembunyikan sayap indahnya disana, berkamuflase dengan warna pakaian dari tuannya.
Angin merasa hampa, saat si gadis sudah memasuki istana. Seakan merasa kehilangan harapan untuk bermain dengannya, hingga ia mengambil jalan yang tidak pernah ia rencanakan.
Ia iri, melihat air yang tenang, maka dengan penuh percaya diri ia datangi sambil membawa angin kencang kearah pantai.
Deburan ombak berdebam saling bersautan, burung camar berterbangan dilangit yang menjingga, dan sedikit awan hitam yang perlahan menjadi pekat. Hembusan angin seakan bersautan, pohon di sisi pantai menari terombang-ambing akibat ulah dirinya.
Adakah kabar tentang karang yang menjadi tempat? Tempat dimana air laut menunjukan kekuatannya. Bersama angin yang begitu dahsyat menggiringnya ke bibir laut, menerobos apapun yang mencoba menghalangi permainan angin bersama air pasang.
Miris, karang terkikis sedikit demi sedikit. Meninggalkan jejak keropos setitik-setitik kabar karang berteman dengan dahsyatnya deburan ombak pun terdengar jelas saat karang bisa mengerti jika itu cara kerja temannya jika sejenis angin datang mengusiknya, tahu bukan di sengaja, namun memang hukum semesta.
Angin terkadang memang berlebihan, mengajak main semua hal yang akan membuatnya senang, tanpa tau apa akibat dari kebiasaannya. Melupakan mereka yang kena imbasnya.
Sekian, maaf kalo ada typo🙏🏻🙏🏻 smoga msi bisa d terima
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen_ Camp Literasi 01
Short StoryKumpulan Cerpen dari anggota Camp Literasi.