[ Prologue ]

2.1K 213 15
                                    

"Musim panas tahun ini kalian akan pergi ke pujasera yang ada di mana?" Seorang gadis kecil bertanya pada rekan-rekannya, seorang anak laki-laki bertubuh kecil dengan rambut hitam dengan jambul menonjol menepuk dadanya percaya diri.

"Aku akan minta papa ku membuat pujasera di pulau pribadi keluarga kami."

"Kalau begitu ajak aku juga, Suneo!" Si anak lelaki gembul berseru penuh semangat.

"Mana bisa begitu-" kalimat si tubuh kecil terpotong, kepalanya terapit di antara ketiak si bongsor.

"Kau teman ku bukan?" Terdengar seperti sebuah ancaman, si tubuh kecil hanya tergagap-gagap.

"Giant, jangan begitu." Satu-satunya gadis di kelompok mereka berusaha melerai, namun tidak bisa. Si bongsor semakin gemas memiting kepala teman kecilnya ini.

aku hanya terkekeh geli melihat ekspresi keduanya. Tatapanku beralih pada seorang anak laki-laki lain yang tidak ikut dalam pembicaraan, tidak seperti biasanya.

Biasanya, anak laki-laki itu tidak mau kalah dengan Suneo ataupun Giant. Dia akan berucap kalau dirinya bisa mendapatkan apa yang lebih dari mereka berdua dapatkan.

"Nobita."

Aku memanggil namanya, dia duduk di bangkunya. Kedua tangan terlipat di atas meja, kepala bersembunyi hanya menampakkan helaian hitam dan kacamata bulat yang di simpan pada sisi lain meja. Anak lelaki itu bergeming di tempatnya, membiarkan panggilanku layaknya angin lalu saja.

Mengabaikan percakapan antara Shizuka, Giant, dan Suneo, aku berjongkok di samping kursi Nobita. Melongok ke bawah meja, mengintip barangkali dapat melihat bagaimana rupa yang tersembunyi di antara lipatan tangan.

Aku bisa melihat wajahnya dari bawah sini, kedua kelopak mata itu menutup, menyembunyikan jelaga yang biasa berbinar cerah dan redup kala mendapatkan telur ayam dalam ujian. Sudut bibirku tertarik secara tidak sengaja, jantungku berdebar. Aku tidak tahu apa ini, namun ini sangat nyaman. Bibir kecil Nobita terbuka sedikit, hembusan nafas teratur keluar dari sana. Aku ingin menyentuhnya.

"Dekisugi, apa yang kau lakukan?!"

Teguran Giant membuatku terkejut hingga tanpa sengaja terantuk lengan atas Nobita, anak lelaki itu tersentak dan bangun dalam tidurnya. Tubuhku jatuh terduduk, mendongak menatap muka bantal Nobita.

"Giant, kau berisik." Komentarnya, satu tangan mengucek mata sementara tangan lainnya mencari kacamata.

"Kau berani mengomentari ku?!!!" Tidak terima Giant menarik kerah baju Nobita, nyawanya belum terkumpul semua. Dia terlihat pasrah saja di perlakukan seperti itu.

Aku tersenyum tipis melihat bagaimana Nobita berusaha lepas dari tarikan Giant pada kerah bajunya, sepertinya nyawa Nobita sudah terkumpul semua.

###

Sebenarnya, aku dan Nobita tidaklah terlalu dekat layaknya Shizuka ataupun Suneo dan Giant yang terlihat bisa dengan mudahnya mengikis jarak dengan Nobita. Aku merasa tidak pernah ada di antara mereka, di sibukkan berbagai macam les membuatku merasa tidak apa-apa untuk tetap seperti ini.

Dan... Untuk pertama kalinya, aku dan Nobita pulang bersama hari itu.

"Aku tidak tau kenapa bisa pulang bersama dengan mu?" Mata Nobita mengerling ke arah ku.

"Apa kamu tidak suka?"

Kedua bahu kecil Nobita terangkat tak acuh, "biasanya kamu akan segera menghilang begitu bel pulang berbunyi, tumben sekali."

Oh, aku sedikit terkejut! Apa Nobita memperhatikan ku selama ini?

Aku menunduk memperhatikan tanah yang ku pijak sejenak, "ya... Biasanya begitu-

Aku memelankan suaraku, nyaris berbisik sampai Nobita tak mendengarnya, "- tapi, aku ingin pulang bersama mu."

Langkah Nobita terhenti, ia berlari kecil lalu berdiri di hadapanku. "Apa kamu mengatakan sesuatu, Dekisugi-kun?"

Aku tersenyum, seraya menggeleng kecil. "Tidak, aku tidak mengatakan apapun."

Wajah bulat itu cemberut, sungguh menggemaskan. Nobita kembali berdiri di sampingku, berjalan dengan kedua tangan terlipat di belakang kepala.

"Kamu itu aneh." Komentarnya.

"Aneh?"

"Ya, sangat aneh."

"Bagian mananya?"

"Semuanya."

"Jelaskan satu-satu agar aku mengerti."

Nobita kembali mengerling ke arahku, perjalanan pulang ini terasa lama namun aku menyukainya. Meski harus memutar jauh dari arah rumahku.

"Kamu itu di sukai semua anak perempuan di sekolah begitu juga dengan Shizuka, tapi kamu selalu menghindari mereka. Lalu, hari ini kamu berjalan memutar dan pulang bersama ku. Itu salah duanya."

Aku terkekeh geli, "apa masih ada lagi?"

Nobita mengangguk, "tentu saja masih ada, dan aku tidak mau menjabarkannya lebih jauh."

Aku tergelak, sejauh mana Nobita memperhatikan aku? Atau ini hanya aku saja yang terlalu percaya diri? Aku tidak tahu, yang jelas entah mengapa aku merasa sangat nyaman berada di sebelahnya dan juga rasa bahagia yang seakan meresap ke setiap sel dalam tubuhku.

"Nobita." Panggilku, Nobita menoleh.

"Ya?"

"Tersenyumlah."

Setelah mengatakan itu, awalnya Nobita memasang wajah tidak mengerti namun beberapa detik kemudian anak laki-laki itu memberikan sebuah senyuman tulus.

"Ini juga termasuk ke dalam salah satu keanehan mu, Dekisugi-kun." Suara lembut itu kembali berkomentar, aku tidak peduli sampai di sebut aneh olehnya. Aku menyukainya....

Benar-benar menyukainya.

###

Bersambung



Terima kasih atas apresiasinya╰(⸝⸝⸝'꒳'⸝⸝⸝)╯

It's My Heart, Nobi! ( DekiNobi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang