Bab 2: Kakak Ipar?

2 1 0
                                    

“Dih …, jauh-jauh aja deh lo, jijik banget, kayak gitu lo bilang tampan,”

“Sumpah …, pengen gue pacarin, deh, si Rion, habis gini gua jadi kakak ipar lo,”

“Dih …, gak mau, gua punya kakak ipar kek lo,Cle,”

“Wahh …, gak mendukung kisah percintaan sahabat lo Mil, padahal udah gua dukung lo sama Daffin,”

“Hihihi …, yaudah, deh, Cle, gua kebelet boker nih,”

“Ewhhh …, jijik gua Mil,”

Setelah itu, Clairine langsung meletakkan ponselnya di nakas sebelah ranjang, dan bergegas pergi ke toilet karena perutnya yang terasa benar-benar mulas.

“Brakk!!”

Suara pintu yang terdengar terbanting begitu keras karena Mila yang terburu-buru ke kamar mandi.

“Duhh …, perutku sakit banget,” ucap Mila sambil memegang perutnya yang benar-benar terasa mulas.

Setelah lima belas menit, Mila bergelut dengan perutnya yang benar-benar mulas, akhirnya ia keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang benar-benar lega.

“Huftt …, akhirnya lega juga setelah setor,” gumam Mila sambil mengusap pelan perutnya.

Ia langsung kembali membaringkan tubuhnya di kasurnya yang sangat empuk dengan memainkan ponselnya. Ia memainkan ponselnya sampai tak sadar, ia sudah tertidur lelap dengan ponsel yang masih ia pegang.

Sinar matahari menembus jendela kamarnya diiring dengan kicauan pagi dan kokokan ayam.

“kkukuruyukk,”

“Hoammm …,”

“Eunghhh …, udah jam berapa ini?” ucap Mila sambil mengusapa matanya.

Ia memicingkan matanya untuk melihat ke arah jam dinding yang berada di depannya.

“Jam berapa, sih, ini?”

Akhirnya matanya dapat terfokus ke arah jam dinding yang jarum panjangnya sudah mengarah ke angka enam.

“Yaudah …, gua langsung siap-siap aja, deh, daripada terlambat masuk sekolah,” ucap Mila yang langsung beranjak dari kasurnya sambil meregangkan tubuhnya.

Setelah ia puas meregangkan tubuhnya, ia berjalan menuju ke lemari bajunya dan mengambil baju seragam putih abu-abunya.

Ia masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai dan mata yang masih belum membuka sempurna. Ia membasuh tubuhnya dengan air dingin yang sangat menyegarkan.

“Byurr …, byurrr …,”

“Brrrrr …, brrrrrr …,”

Akhirnya ia keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang mengigil karena kedinginan dan sudah memakai seragamnya dengan rapih.

“Huftt …, dingin banget, ya,” ucap Mila dengan memeluk tubuhnya yang masih mengigil.

Ia berjalan menuju ke meja belajarnya sambil merapihkan buku dan peralatan tulis yang akan ia bawa ke sekolah. Ia mengambil pena dan menuliskan curahan hatinya dalam buku tulis berwarna tosca.

“Hari ini, aku benar-benar merasakan bahagia dan lega sekaligus.Setelah aku melepaskan beban ku dalam secarik kertas diiringi dengan lantunan melodi yang sangat indah,”

Setelah ia menuliskan curahan hatinya di buku diarynya , ia kembali melihat jam tangannya yang sudah menujukan pukul 6 lebih 10 menit. Ia langsung menggendong tas berwarna tosca kesukaannya, tersenyum lebar dan melangkahkan kaki keluar dari kamarnya menuju ke meja makan.

“Hai adek gembul, ngebo banget jadi orang,” ejek Arion yang sudah menyantap makanan di piringnya.

“Dihh …, jadi orang gak komen orang sehari aja, gak bisa apa,” balas Mila dengan tatapan tajamnya ke arah Arion.

“Gak bisa!” tegas Arion membalas tatapan tajam adiknya.

“Udah lah males debat sama lo, bikin jelek mood gua aja pagi-pagi gini,” balas Mila yang langsung mengambil makanan dan menyantapnya dengan sangat lahap.

“Lo gak bisa elegan sedikit apa jadi perempuan?” sindir Arion setelah melihat adiknya yang memakan hidangan dengan sangat lahap bak orang kelaparan yang belum makan berhari-hari.

“Udah …, diem aja lo, gua mau berangkat sekolah dulu, jangan kangen sama bidadari,” ucap Mila yang langsung melenggang pergi dengan membawa tasnya.

“Bidadari dari khayangan mana lo? Muka kayak gini mana ada kayak bidadari,” ejek Arion yang berhasil membuat Mila menghentak-hentakan kakinya dengan kesal.

Dengan langkah ringan dan hati yang berdebar karena tak sabar ingin bertemu sahabatnya Cleo dan Bella, ia berjalan dari pagar rumahnya yang berwarna hitam sambil memasangkan headset di telinganya untuk mendengarkan lantunan melodi yang sangat indah.

Setelah berjalan 10 menit lamanya, akhirnya ia sampai di depan sekolahnya SMA St.Robinson yang berwarna dominan abu-abu. Ia melihat jam di tangannya yang menunjukan pukul 6 lebih 35 menit lalu ia tersenyum lebar dan memasuki halaman SMA St,Robinson yang sudah diramaikan oleh murid-murid yang sudah berkumpul bersama sahabatnya.

Ia berjalan menyusuri lorong sekolahnya dan naik ke tangga menuju ke kelasnya. Saat ia sampai di depan kelasnya, ia sudah disambut oleh kedua sahabatnya.

“Mila …,” panggil kedua temannya yang langsung membuat Mila menoleh.

“Hai Cle, Hai Bel, lagi bicarain apa nih kalian?” tanya Mila dengan wajah yang penasaran dan menaikkan salah satu alisnya.

“Biasa Mil, temen lo ini begonya bukan maen,” ucap Cleo sambil menahan tawa dan menatap ke arah Bella.

“Apaan sih, Cle? Gak seru lo, cepu banget jadi orang,” ucap Bella yang sudah cemberut dan memanyunkan bibir indahnya.

“Hahahaha …, gapapa kali, kan, kita juga udah kenal dari orok,” ucap Mila yang sudah tertawa terbahak-bahak.

“Bella tadi ngelihat gebetannya, si Alvian, terus ketahuan deh curi-curi pandang,” balas Cleo sambil mengulum bibirnya dan melirik ke arah Bella yang sudah tertunduk malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MaellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang