Aku selalu bertanya, kenapa hanya aku yang terluka karena ucapan mereka. Mereka yang kusebut keluarga nyatanya menjadi luka terdalam yang sampai saat ini masih bisa kusembunyikan. Ada saatnya ketika aku merasa tak tahan, ada saatnya niat yang dulunya ingin sekali kulakukan akhirnya terwujudkan.
Mereka tak akan pernah paham. Karena mereka tak pernah sedikit pun bertanya, tentang bagaimana bisa aku terluka hanya dengan ucapan yang terlontarkan. Mereka menganggapku berlebihan, aku terlalu terbuai dengan karya fiksi serta drama-drama melankolis yang kubaca dan kutonton.
Nyatanya-aku salah besar karena sudah terlalu percaya kepada Kak Bian, aku pikir dia adalah satu-satunya orang yang beranggapan bila aku normal. Rupanya aku salah telah menempatkan kepercayaan, manusia itu merupakan tempatnya luka baik itu perantara maupun sengaja. Mungkin aku juga sama karena aku sempat menyinggung perasaan Kak Bian.
Aku marah, karena dia sudah keterlaluan. Tetapi Ayah dan Bunda malah membelanya aku di marahi habis-habisan. Padahal tanpa Kak Bian ketahui aku berusaha untuk tidak menangis saat ia mengatakan bila aku sudah seperti playing victim.
Aku masih sempat tersenyum sambil memberikan ucapan dengan nada sumbang penuh keputusasaan, "iya, Kak. Aku selalu merasa kalau aku itu paling terluka aku pikir dengan cara melakukan self harm, aku akan baik-baik saja."
Kak Bian selalu bilang kalau aku ini sudah berlebihan, aku terbuai. Namun, Kak Bian tak pernah sadar bila adiknya ini sedang mencari pelarian untuk terlihat normal. Hingga menutup mata, aku menyakinkan jiwa serta raga untuk mengakhiri kepenatan yang ada.
Sudah terlalu dalam, namun aku masih belum merasa kesakitan. Aku semakin mendalamkan hingga pada akhirnya mata ini terpejam. Detik-detik ketika mata ini benar-benar terpejam, aku masih bisa mendengar tangisan Bunda, masih merasakan Ayah yang menekan perutku berharap darah itu tak lagi merembes keluar, dan dapat memberikan jeda barang sedikit saja. Mataku yang sebentar lagi terpejam.
Melihat jelas bagaimana Kak Bian memukul dadanya sendiri kuat-kuat. Aku kesakitan, dan entah kenapa melihat mereka seperti ini aku semakin berantakan. Namun, keputusasaan ini sudah lama ingin kulakukan mungkin ini memang sudah akhir untukku meninggalkan dunia. Hidup sampai sini saja tidak apa-apa. Yang penting aku akan segera hidup bahagia meski harus meninggalkan mereka selama-lamanya.
Sean Candika Nirmala
Seaka Bian Nirmala
Halo, ini cerita Saka. Tolong berikan apresiasinya, ya.
24/3/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Menutup Mata
Teen FictionDaksa ringkih itu sudah lama terluka, punya luka di mana-mana sehingga menyebabkannya tak pernah bisa baik-baik saja. Bagaimana bisa ia bertahan sedangkan pertahannya saja runtuh sendirian. ia kesakitan, ia kelelahan hidup sampai sekarang saja merup...