Jisung terpaku di tempatnya berdiri, mata bulat pemuda itu meluruhkan air mata yang perlahan-lahan mengalir melewati pipinya.
Namun, dengan segera ia mengusap kasar wajahnya. Menghapus air mata yang membekas di sana.
Sudah biasa Jisung, tidak perlu menangis.
Berusaha menetralkan nafas yang sebelumnya tak teratur, pemuda itu lalu menghembuskan nafas kasar.
"Minho," panggilnya pada salah satu pemuda di dalam sana.
Suara serak namun dengan intonasi yang sedikit lebih besar itu membuat dua sejoli yang semula asik berpagut bibir di dalam sana menghentikan aktivitas mereka.
Si tampan dengan perawakan tinggi nampak berjalan menjauh dari lelaki manis yang sebelumnya ia cumbui. Sosok bernama Minho Lee tersebut lantas berhenti di depan Jisung.
Tangan kekarnya terulur untuk pegang kedua sisi bahu Jisung. Tatapan pemuda Lee itu sendu, membuat Jisung mengerti tanpa harus dijelaskan, lalu ia mengangguk walaupun hatinya tercabik-cabik. Ini, bukan kali pertama. Dan Jisung sudah sangat hapal tentang kebiasaan sang kekasih yang selalu bermain gila bersama orang lain.
Sakit, tapi ini resiko yang Jisung pilih.
"Kau melihatnya?" Si manis hanya bisa mengangguk dengan sebuah senyum yang dipaksakan.
Tentu, Jisung melihat semuanya. Dan mungkin, jika ia tidak datang menganggu, kegiatan dua orang itu akan terus berlanjut hingga tak ada satupun helaian kain yang melekat di tubuh mereka.
Tapi untunglah Jisung tepat waktu, setidaknya kali ini saja.
"Apa aku menganggu mu?" tanya si manis takut-takut.
Bibir menanyakan hal yang demikian bodoh, namun hatinya berharap agar Minho tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan kalimat yang mungkin akan kembali melukai perasaan.
"Ya, kau menganggu. Tapi tak apa, kita pulang sekarang."
Jisung hanya bisa pasrah ketika lengan kurusnya di tarik oleh Minho keluar dari ruangan tersebut.
Minho bahkan tak memperdulikan teriakan pemuda yang sebelumnya ia pagut.
"Minho, kau mencengkram lengan ku terlalu keras. Apa kau marah?"
Sebuah gelengan kepala yang nampak begitu tak perduli Jisung dapatkan sebagai jawaban. Minho tak bersuara, pemuda itu hanya terus menarik Jisung menuju ke arah parkiran kampus.
Sesampainya disana, Minho menyuruh Jisung masuk ke dalam mobilnya, dan si manis hanya bisa menurut walau perlakuan yang ia dapatkan terbilang cukup kasar.
Jisung sudah biasa, sekali lagi mendapatkan perlakuan seperti ini bukan masalah besar baginya.
Kedua sejoli itu akhirnya tiba di apartemen dan bergegas untuk membersihkan diri masing-masing tanpa ada lagi percakapan yang berarti.
Sebenarnya, apartemen ini milik Minho. Namun, sudah dua tahun belakangan Jisung tinggal di sini atas permintaan sang tuan rumah langsung.
Ketika selesai membersihkan dirinya, Jisung yang masih menggunakan jubah mandi berwarna putih berjalan keluar dari salah satu kamar mandi.
Pemuda itu duduk di depan meja rias, menatap pantulan dirinya dalam kaca yang terlihat sedikit pucat. Pikiran sosok manis itu kembali melayang ke kejadian tadi sore, dimana dia memergoki Minho tengah bermain api di belakangnya untuk kesekian kali.
Tangan Jisung mengepal erat, dia ingin marah. Tapi apa daya hati kecilnya jatuh terlalu jauh dan takut untuk kehilangan Minho. Jisung takut Minho akan meninggalkan dirinya jika dia protes sedikit saja tentang kelakuan sang kekasih yang mengganggu hati.
YOU ARE READING
Love Is Gone. (Minsung ft. Chansung)
Fanfiction"Bahkan, di saat kau mengabaikan ku. Aku tidak mencari kenyamanan di diri orang lain." Disclaimer : Nama tokoh adalah hak milik JYPE. Tidak ada sangkut paut mengenai dunia nyata, ini hanyalah imajinasi yang telah tertuang dalam sebuah sastra. Tidak...