Seperti yang sudah Reno bayangkan sebelum nya, malam itu tante Linda menyerang bak singa kelaparan. Hingga pada akhirnya mereka pun kelelahan dan tertidur pulas dikamar tante Linda.
Keesokan paginya, Reno bangun dengan wajah pucat. Segera tante Linda membawa laki-laki itu kedokter. Dokter mengatakan jika Reno terlalu banyak mengeluarkan cairan dari tubuh nya.
Dua hari berlalu Reno terus mencoba menghubungi Caca, namun gadis itu tak pernah ada kabar. Reno yang sudah pulih mencoba berkunjung kerumah Caca, lagi lagi Reno tak berhasil menemuinya.
Hingga pada dua minggu berikutnya. ketika Reno sedang mengobrol dengan Reni, ada tamu yang datang menemui Reno. Rupanya apa yang dikatakan Caca malam itu, bukan sekedar untuk menguji hati dan cinta Reno.
Hari ini Reno menerima Undangan pernikahan Caca, gadis yang telah berhasil membuat hati Reno mencair. Namun sayang tengah bunga bunga cinta bermekaran, mereka harus berpisah. Memang benar kata orang cinta tak selamanya harus memiliki.
Saat cinta datang dan bersemi didalam jiwa, maka dia merasa dunia hanya miliknya. Mereka ingin terus bersatu, bagi dua sejoli yang terus seiring sejalan. Tetapi bila cinta membuat suatu perpisahan, maka kegersangan cinta akan mulai terasa menusuk jiwa.
Remuk redam hati Reno, ketika membaca undangan itu. Ingin rasanya laki-laki itu bunuh diri, namun beruntung Tuhan mengingat kan nya bahwa bunuh diri itu tak baik. Tetapi setiap kali Dia teringat pada Caca, kembali Reno merasakan perih dan sakitnya hati.
Sejak hari itu, mulailah Reno melarikan kekecewaan hatinya dan mengisi kesendirian nya ke minuman keras. Pergi ke tempat hiburan, duduk di salah satu meja seorang diri. Memesan minuman dengan harapan minuman itu bisa menutupi luka yang menganga dihatinya.
Teman teman dekatnya dan juga tante Linda, Amel, serta Reni. Terus berusaha menghibur dan menasehati nya. Namun kata kata mereka hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Begitulah, semakin hari Reno semakin hanyut dalam pelarian nya. Orang-orang terdekat nya pun tak bisa mencegah lagi.
Malam itu seperti malam malam yang telah berlalu, Reno kembali pergi ke tempat hiburan. Duduk disudut ruangan kemudian memesan minuman pada waitress. Begitu mendapatkan pesanan nya, Reno langsung menuang minuman nya ke dalam gelas. Kemudian dengan sekali teguk minuman itu habis tak bersisa. Reno mendesis ketika minuman itu mengalir menuruni tenggorokan nya.
Reno menuang minuman nya lagi. Namun ketika dia hendak kembali mengambil gelas itu, Tiba-tiba sebuah tangan halus lembut telah mendahului mengambil gelas milik Reno.
Reno mengangkat kepala, memandang kearah orang yang telah mengambil gelas nya. Tampak seorang gadis cantik tersenyum kearah nya.
"Boleh aku gabung". Tanya gadis cantik itu
Reno cuma menarik napas panjang. Tak menjawab iya atau tidak.
"Terima kasih". Gadis itu kemudian duduk didepan Reno
Masih dengan mengurai seulas senyum, tatapan matanya yang indah dihiasi bulu mata lentik menatap lekat ke wajah Reno yang tampan. Gadis cantik itu kemudian menenggak minuman yang ada di gelas, setelah habis dia kembali menatap Reno.
"Kuperhatikan dari tadi kamu tampak sering termenung dengan wajah menunjukkan kekecewaan dan keresahan. Tentunya kamu sedang punya masalah".
Reno mendesah berat.
"Benarkah". Desak gadis itu
"Itu bukan urusan mu".
"Memang. Tapi, jika tak keberatan, maukah kamu menceritakan nya padaku? Siapa tahu aku bisa membantu mu".
Reno tersenyum kecut mendengar ucapan gadis itu.
"Kok tersenyum".
"Apa mau mu sebenarnya nona".
"Mau ku? Mungkin seperti maumu".
"Sebaiknya jangan berteka teki, nona. Katakan saja yang sebenarnya apa mau mu? Kamu ingin aku memboking mu, kemudian mengajak mu kencan kan? ".
Membelalak kedua mata gadis cantik itu mendengar ucapan Reno.
"Apa kamu bilang?! Memang nya aku ini gadis panggilan? Bunga malam?". Semprot gadis itu ketus dengan wajah memerah karena marah
"Jangan sembarangan bicara ya? Jika memang kamu mau memboking ku, apa kamu mampu membayar ku? "
Kini giliran Reno yang terkejut. Dia tak menyangka akan ditantang seperti itu. Hatinya yang sedang dilanda kekecewaan dan kekesalan, seketika jadi semakin terbakar.
"Berapa tarifmu". Tanya Reno lantang
"Lima ratus juta".
" Ah, memang nya kamu siapa. Artis yang bisa diboking saja tarifnya tak segitu". Dengus Reno
"Karena aku bukan artis yang bisa diboking atau perempuan panggilan, tahu?! ". Balas gadis itu tak kalah lantang
"Jadi kamu siapa dan apa mau mu?".
"Aku tak butuh uang!". Tegas gadis cantik itu
"Kalau begitu pergilah! Jangan ganggu aku! ".
"Kamu benar benar tak mau ditemani? ".
"Ya". Tegas Reno
"Kamu lupa padaku Reno?".
Mengerut kening Reno mendengar gadis itu menyebut namanya.
"Dari mana kamu tahu namaku dan siapa kamu sebenarnya".
"Namaku Mariana. Kamu ingat? ".
"Mariana..? ". Reno berusaha mengingat dengan kening mengerut
"Ya, Mariana atau biasa dipanggil Maria".
"Maria.. ". Gumam Reno
"Sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Tapi dimana dan kapan aku lupa". Keluh Reno
"Waktu kamu masih duduk dibangku SMP". Jelas Maria
"SMP... Maria"
"Owh jadi kamu gadis kecil yang dulu sering kugoda sampai menangis".
Maria tersipu malu mendengar penuturan Reno.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu Reno? Bagaimana kamu bisa sekacau ini?". Tanya Maria
"Entah lah, aku sendiri tak tahu harus bagaimana. Bahkan jika boleh memilih, lebih baik aku mati saja... ".
"Reno! Kenapa kamu berpikir dangkal seperti itu?".
"Untuk apa aku hidup, kalau orang yang sangat kucintai telah meninggal kan aku". Keluh Reno sedih
"Jadi kamu baru berpisah dengan kekasihmu?".
Reno mengangguk. Dia bermaksud menuang minuman itu ke gelas, ketika dengan cepat Mariana telah mendahului merebut botol keempat dari tangan Reno, lalu menjauhkan nya.
"Berikan padaku Maria".
"Tidak! Kamu sudah habis berapa botol. Tak baik untuk kesehatan mu".
"Aku tak peduli. Mati pun aku siap".
" Sebegitu berartikah dia bagimu Reno? ".
"Sangat berarti Maria. Aku benar-benar tak bisa hidup tanpanya. Aku sangat mencintainya, sebagaimana dia pun mencintai ku.. ".
"Kalau dia benar mencintaimu, lalu kenapa dia meninggalkan mu? ".
"Dia menikah dengan pilihan orang tua nya". Tutur Reno dengan air mata kembali mengalir. Hatinya kembali dilanda kesedihan yang sangat dalam setiap kali dia teringat pada Caca.
"Kalau memang begitu, mungkin dia memang bukan jodoh mu".
"Ya mungkin. Tapi,.. ". Kata kata Reno terhenti sampai disitu
"Tapi kenapa". Tanya Maria penasaran
"Aku telah menodainya Maria".
"Apa?". Maria begitu terkejut mendengar nya
"Itulah yang membuatku merasa berdosa Maria. Bagaimana jika suaminya kecewa karena mendapatkan dia sudah tak suci lagi? Aku tak bisa membayangkan nya Maria.. ".
"Yakinlah kekasih mu itu pun sebenarnya berat berpisah dengan mu. Namun apa mau dikata? Walau kalian saling mencintai, tetapi Tuhan menentukan hal lain. Tegar lah seperti dulu, sebagaimana Reno yang pernah ku kenal dulu".
"Ibarat pohon aku sudah layu Maria".
"Bagaimana jika aku yang menyirami mu?".
"Percuma Maria. Pohon itu akan segera mati...".
"Tidak!.. Tak akan kubiarkan. Aku akan berusaha merawat nya, menyirami dan Memupuknya dengan segenap cinta yang ada. Sehingga pohon itu akan kembali tumbuh".
"Kenapa kamu berkata seperti itu Maria".
"Karena,.... Sebenarnya sejak dulu aku menyukaimu Reno. Tapi..?".
"Tapi kenapa".
"Apakah kamu juga menyukai ku". Maria mengatakan itu sambil tersenyum lembut. Dia mengulurkan tangan nya meraih jari jemari Reno. Digenggamnya dengan hangat, berusaha memberikan kehangatan cinta pada lelaki itu.
Tiba-tiba datang dua orang gadis cantik menghampiri mereka. Reno menengadah menatap mereka berdua.
"Owh ya Reno, kenalkan ini kakak ku Rania dan ini adik ku Selvia". Maria memperkenalkan kedua perempuan itu
Malam pun semakin larut, cahaya rembulan tidak sanggup menepis gumpalan awan hitam yang membayangi nya. Membuat malam semakin kelam. Dua buah mobil itu memasuki halaman yang luas. Hingga akhirnya dua kendaraan itu berhenti di depan sebuah rumah besar lebih mirip ke sebuah Villa.
Maria membuka pintu dan mengajak laki-laki itu turun. Keadaan Reno memang begitu lemah, itu karena dia terlalu banyak minum hingga mabuk.
"Ini rumah siapa?".
"Rumah kami". Desah Maria
"Kenapa aku dibawa kesini?".
"Tidurlah disini. Istirahat lah, aku akan mengantarmu pulang besok pagi selepas sarapan. Malam ini kamu jangan berpikir yang bukan bukan. Ayo aku bantu".
Akhirnya laki-laki itu dengan susah turun dari mobil. Dibantu oleh Rania dan Selvia, mereka membawa masuk lelaki muda itu. Diam diam Rania mengagumi Reno, laki-laki ini memang tampan batin Rania.
"Tidurlah, aku akan menjagamu disini".
Reno tersenyum dan kemudian terlelap jauh ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemuas Nafsu
General FictionCerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang di jadikan korban Pemuas Nafsu oleh tante nya sendiri.