54. KABUR

952 150 35
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Vioner dan Andro sampai di kediaman Handika. Penjaga rumah tersebut langsung membukakan pagar begitu melihat Vioner di samping Andro. Mobil Andro memasuki halaman luas rumah tersebut. Mereka berdua turun dengan tatapan menelisik ke segala penjuru.

"Kayaknya Papa nggak ada di rumah," ujar Vioner.

"Kamu yakin, Vi?"

"Mobil Papa nggak ada di sini. Biasanya Papa nggak suka mobilnya masuk garasi," sahut Vioner lagi.

Pintu rumah terbuka, menampakkan Bi Ami yang begitu senang melihat Vioner. Vioner segera menghampiri wanita paruh baya itu.

"Masya Allah, Den Vio. Kenapa baru ke sini sekarang, Den. Den Vio baik-baik aja?" tanya Bi Ami terharu dan memeluk anak majikannya itu.

"Vio gapapa, Bi. Vio tinggal bareng Ayah Andro. Oh ya, Bi. Papa ada di rumah?" tanya Vioner.

"Tuan Dika belum pulang ke rumah, Den. Nyonya Bunga juga, kayaknya mereka sedang tidak akur."

Vioner menganggguk paham, lalu menoleh pada Andro.

"Oh, kalau begitu kami langsung pergi lagi ya, Bi. Sebelumnya perkenalkan saya Andro. Ayah angkat Vioner sekarang." Andro menyalami Bi Ami dengan senyuman hangat.

"Jaga Den Vioner baik-baik ya, Tuan. Saya khawatir terus sama dia."

"Tentu, Bi. Kami permisi dulu."

"Vio jalan dulu, Bi."

"Iya, Den. Hati-hati."

Vioner dan Andro sudah berada dalam mobil. Sejenak Andro terdiam, memikirkan sesuatu tentang Handika.

"Yah, kita sekarang mau ke mana?" tanya Vioner.

”Ayah juga bingung. Kamu tahu rumah Tante Bunga, nggak? Atau tempat yang biasa dia datangi."

"Tante Bunga punya butik."

"Ya udah kita ke sana. Sembari menunggu kabar dari yang lain. Kamu tahu tempatnya, kan?"

"Tau. Dulu butik itu punya Mama."

Andro tersenyum sebentar, lalu menjalankan kembali mobilnya meninggalkan kediaman Handika tersebut.

Di sisi lain, Ecan dan Fiko beserta Sugi sudah sampai di perusahaan Handika. Namun, mereka tak punya izin masuk. Handika juga berpesan pada pegawainya agar tak menerima daftar nama Andro beserta anak-anak angkatnya. Malangnya mereka tak bisa menerobos karena banyak satpam yang berjaga.

"Mbak, saya kan bukan anak angkat Om Andro. Jadi saya bisa buat janji sama Pak Handika dong?" tanya Ecan membujuk resepsionis lagi.

"Maaf, Mas. Pak Handika sebenarnya tak ada di kantor. Beliau meninggalkan kantor sejak 2 jam yang lalu."

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang