Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reksa Abimanyu
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"KYAAAA!!! Kak ABIIII!!!"
Aku mendengus mendengar teriakan histeris gerombolan murid perempuan yang baru saja diterima di sekolah ku ini dan kini sedang menatap tak lepas pada makhluk paling menyebalkan sejagad alam semesta-tentu saja dalam versiku.
"JANGAN BERANI DEKAT-DEKAT ABI!"
HUEK. Aku memegang perut dan memasang wajah ingin muntah begitu kali ini melihat perempuan seangkatanku dan juga kakak kelas yang seolah menunjukkan kesenioran mereka dengan memasang wajah galak. Kerumunan itu baru akan terberai saat Elise-sang pacar, mengapit lengan Abi posesif dan menebar pandangan membunuh ke setiap siswi yang masih berani terang-terangan menatap Abi.
"Ah... Abi~~~." Aku langsung menoleh dan menatap horor ke arah teman baikku sendiri-Rinrin, yang ikut-ikutan menatap makhluk itu dengan tatapan penuh pemujaan. Untung saja kami berdiri cukup jauh dari kerumunan itu, jika tidak aku yakin Rinrin sudah jadi mumi karena tatapan mata Elise.
"Demi Nobita yang bodoh dan tak pernah ganti baju seumur hidupnya, aku rela menjadi dirinya asal punya Doraemon dan pintu kemana saja biar bisa jauh-jauh dari makhluk menyebalkan itu!" Aku berkomat-kamit dengan sangat jelas di depan wajah Rinrin.
Rinrin menggelengkan kepalanya menatapku tajam sambil mengusap ujung bibirnya yang seolah mengeluarkan liur.
Demi apa aku punya teman kayak gini!
"Kenapa sih Mika benci banget sama Abi? Kalo aja aku belum punya pacar pasti sudah ku kejer terus tuh si ganteng Abi." Rinrin memasang wajah polosnya menatap ku. Aku memutar kedua bola mata tak percaya dengan perkataannya barusan. Rasanya tuh kayak ditikam dari belakang oleh sahabat sendiri.
Harus berapa kali ku katakan kepadanya semua hal yang membuatku mengibarkan bendera peperangan kepada bocah tengil bernama Reksa Abimanyu agar ia mengerti.
Hoaaa... hiks hiks...
"Mika kenapa?" Mama langsung berlutut di depanku yang menangis menutupi wajah dengan sebelah lengan. "Mika kenapa Bi?" kali ini mamaku bertanya kepada bocah lelaki yang berdiri tepat di sampingku. Ia sama sekali tak menyesal dan meminta maaf dengan apa yang telah ia lakukan kepadaku tapi malah tertawa cekikikan menampakkan gigi atas depannya yang baru saja tanggal seminggu yang lalu.
