3. Unappreciated Effort

484 67 0
                                    

Pagi ini Lalisa melihat tomat-tomat yang ia tanam akhirnya bisa di panen. Sungguh ini hal yang Lalisa nantikan dan Sehun serta Ayahnya harus mengetahuinya.

Sehun dan Ayahnya adalah saksi bisu bagaimana Lalisa sangat tidak sabar dalam menunggu hasilnya. Walau Sehun selalu bersikap tak acuh pada Lalisa, tapi Sehun menyemangati Lisa dan memintanya untuk bersabar disaat Lisa sering mengeluh betapa tidak sabarnya dia, sungguh karena semangat dari Sehun, Lisa bisa menahan diri dan menikmati prosesnya.

"Ayah, kau tahu tomat-tomat ku sudah bisa dipanen, apa kau ingin melihatnya?" tanya Lalisa saat melihat ayahnya sedang melukis di ruang lukisnya. Ayah Lisa adalah seorang pelukis, yang selalu menjual lukisannya di jalanan.

"Ayah tentu mau melihatnya," jawab sang Ayah dengan sebuah senyuman tulus yang terukir jelas di bibirnya.

"Kau merawat tomatnya dengan baik Lalisa," puji Ayahnya.

"Tentu aku tahu itu Ayah." Ucap Lalisa.

"Ayah, pemilik rumah di belakang rumah kita melihat ku memanen tomat dan dia bilang ingin membeli tomat ku," cerita Lalisa.

"Lalu apa keputusan mu?" tanya Ayahnya.

"Aku ingin menjualnya, bolehkah Ayah?" tanya Lalisa meminta izin.

"Keputusan ada di tangan mu Lalisa, asalkan itu baik Ayah akan selalu mendukung mu. Ingat terus itu!" ucap Ayahnya membuat Lalisa tersenyum senang.

•|°|•

"Lalisa untuk apa tomat ini? Apa ada orang lagi yang ingin membeli?" tanya Ayahnya.

"Ini bukan untuk ku jual Ayah, aku ingin memberikan pada keluarga Sehun." Jawab Lalisa.

"Kalau begitu Ayah, aku izin keluar untuk memberikan ini ya," ucap Lalisa.

"Hati-hati!" ucap sang Ayah.

"Semoga mereka menyukai pemberian mu," gumam Ayahnya sangat pelan dan tentunya Lalisa tidak dapat mendengarnya. Ayahnya mengatakan itu karena Ayah Sehun tidak menyukai keluarganya, alasannya karena keluarga Lalisa miskin dan Ayah Sehun tidak sudi bergaul dengan keluarga yang tidak setara dengan mereka.

Di sisi lain Lalisa sangat bersemangat menuju ke rumah Sehun. Sesampainya di rumah laki-laki itu, Lalisa menekan bell rumah laki-laki itu, Lalisa berharap semoga bukan Ayah Sehun yang membuka pintunya dan Lalisa berharap kedatangannya ini tidak dianggap sebagai gangguan untuk mereka.

Akhirnya setelah beberapa kali Lalisa menekan bell, pintu rumah Sehun terbuka. Dan yang membukanya adalah Ibu Sehun, Lalisa tersenyum padanya.

"Ternyata kau Lalisa, ada apa kemari?" tanya Ibu Sehun.

"Aku ingin memberikan beberapa tomat untukmu, ini masih sangat segar karena aku baru memanennya pagi tadi," jelas Lalisa.

"Kau menanam tomat?" tanya Ibu Sehun dengan ekspresi terkejut, Lalisa mengangguk sebagai jawabannya.

"Kau pasti merawatnya dengan sangat baik," puji Ibu Sehun sambil mengamati tomat Lalisa.

Lalisa yang mendengar pujian dari Ibu Sehun itu tentu merasa sangat senang, pipinya bersemu merah. Sungguh pujian dari Ibu Sehun saja membuat hatinya sangat berdebar, apalagi jika itu pujian dari Sehun.

•|°|•

"Istriku, itu tomat darimana?" tanya Ayah Sehun pada istrinya.

OUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang