7 Maret 2022
Syana sedang berlatih diruang tembak milik akademi pelatihan tempat ia dilatih sebelum menjadi agent tetap. Dengan cekatan, Syana mengganti pistol dari G2 Combat Kal. 9 mm ke Desert Eagle dan mengisi amunisinya kemudian membidik target dan dor poin sempurna untuk bidikan Syana.
Prok prok prok
Tepuk tangan diberikan untuk Syana oleh John, senior sekaligus pelatih tembak.
"Kemampuanmu semakin meningkat Syane, ku pikir kau akan lebih cocok berada di lapangan daripada di belakang layar, apalagi jika bergabung dengan timku, we can make a great team," kata JohnTiada hari tanpa usaha John. Percayalah, beberapa akhir ini setiap ada kesempatan untuk bertemu dengan Syana, dia akan selalu mencoba menawarkan posisi yang kosong dalam timnya pada Syana. Ia sangat ambisius untuk membuat Syana masuk ke dalam timnya. Hanya Syana, harus Syana.
"Aku tidak ingin berada satu tim denganmu John," kata Syana sambil membereskan peralatannya.
"Kenapa? Bukankah aku tampan? Berada ditimku tidak akan membuatmu bosan," sombong John dengan memasang wajah sok tampan.Syana berpura-pura akan muntah saat mendengar perkataan John. Aah percaya diri sekali, batin Syana. Kepercayaan diri John semakin hari semakin meningkat.
"Justru itu, aku kasihan dengan mataku yang sering melihatmu."
"Pasti karena silau melihat ketampananku. Aku tampan dan kau cantik, tim kita pasti akan sangat disorot."
"Terima kasih sudah menyebutku cantik," Syana tersenyum.
"Bagus, sekarang kau menerima tawaranku?"
"Tidak. Hentikan itu John seberapa keras kau berusaha, jawabanku adalah tidak."
"Arrgghh. Setidaknya beri aku alasan yang pasti kenapa kau menolakku!"
"Hanya saja...." Syana menggantung kalimatnya "Aku tidak bisa. Aku benar-benar menghargai usahamu John, tapi sungguh aku tidak bisa," tutur Syana bersungguh-sungguh.
John mendesah lelah. Sebetulnya ia ingin melambaikan tangan tanda tidak kuat pada kamera. Syana sangat berbakat di berbagai hal kecuali memecahkan kasus level A, tapi bukan kah dengan masuk tim John itu akan membantu Syana? Pikirnya. Namun...ah sudah lah, ia akan mencobanya lagi besok.
Sedangkan dari sudut pandang Syana, bukan tidak ingin, tim John sangat bagus, akan sangat menguntungkan jika agent baru sepertinya langsung bergabung dalam sebuah tim senior. Hanya saja beberapa dari anggota Alpha B sealu memasang wajah yang masam,malas,dan tidak peduli padanya. Entah karena ia berkencan dengan Eiden atau mereka hanya tidak menyukai Syana. Jika Syana bergabung, komunikasi Alpha B akan memburuk dan misinya akan terganggu, ia tidak ingin itu terjadi.
"Kau akan langsung pulang?" tanya John melihat Syana sudah bersiap meninggalkan ruang tembak.
Syana menggeleng "Tidak, aku ingin makan sepotong cake hari ini."
"Baiklah, kau bisa pergi. Tapi kau masih berhutang penjelasan padaku, ingat itu."
Syana menjulurkan lidahnya dan keluar dengan melambaikan tangan menanggapi John.~ ~ ~
Syana turun dengan lift menuju parkiran basemen. Syana mengecek ponselnya dan melihat spam notifikasi telfon, sms, dan chat dari Rey. Syana berinisiatif menelfon langsung Rey tanpa melihat isi pesan yang masuk.
"Kenapa kau baru mengangkat sekarang?!"
"Aku sedang latihan, ponselku dalam mode bisu dan aku mematikan wifinya," jawab Syana. Ia bingung dengan nada Rey yang meninggi.
"Datang lah ke UFCS Medical Center sekarang," perintah Rey, suaranya melemah.
"Ada apa? Apa ada yang terluka?" Syana sedikit panik.
Rey terdiam sebentar sebelum berkata "Eiden terluka."
Syana menghentikan langkahnya, pikirannya mendadak kosong terkejut dengan dengan apa yang dikatakan Rey. Tidak mungkin bukan.
"Aku tau kau terkejut, berusaha tetap tenang dan segeralah kesini. Eiden pasti membutuhkanmu," kata Rey.
Syana tidak menjawab ia langsung mematikan telfonnya dan lari secepat mungkin menuju mobilnya, Tentu, Eiden membutuhkannya. Namun sebuah tangan menghentikannya.
"Pergi denganku." ucap John yang datang secara tiba- tiba. Ia juga terkejut mendengar kabar sahabatnya berada dalam kondisi yang kritis di UGD.
~ ~ ~
Sesampainya Syana dan John di UGD, mereka cukup terkejut dengan banyaknya pasien dengan luka bakar dari ringan sampai berat. Syana menengok kesana kemari mencoba menemukan Eiden dengan cemas. Sedangkan John terdiam menatap para pasien dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Syana! Cepat ikuti aku." Rey yang datang dari arah belakang menepuk pundak Syana kemudian menggandeng tangan Syana agar terus mengikutinya. Syana mengangguk dan berlari mengikuti Rey, ia sempat melihat papan petunjuk yang berdasarkan langkah kaki Rey, mereka menuju sebuah kamar operasi.
Benar saja, sesampainya di kamar operasi, Syana dan Rey diperintahkan oleh perawat disana untuk memakai jubah steril beserta kelengkapannya, kemudian mereka berdua masuk ke sebuah ruang kaca. Syana menutup mulutnya dengan tangannya, pikirannya kalut, dan tubuhnya melemas begitu melihat kondisi mengerikan kekasihnya,Eiden dalam ruang operasi, untung saja Rey dengan sigap menahan tubuh Syana agar tidak ambruk.
Situasi ruang operasi terlihat sangat. menegangkan dan gawat, dengan dokter yang memerintahkan untuk menambah kecepatan transfusi darah pada Eiden dan terus menerus menyedot darah Eiden dengan Suction. Syana melirik monitor yang menampilkan kondisi vital Eiden.
"Eiden! Tidak, tidak ku mohon. Kau harus bertahan!" teriak Syana dengan histeris.
Rey melihat monitor Eiden, perlahan saturasi, tekanan darah, detak jantung, dan irama nafas Eiden menurun. Dokter yang menanganinya segera melakukan sesuatu untuk Eiden.
"Ku mohon Eiden! Hiks... aku sudah disini! Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini," tangis Syana tidak terbendung lagi, suaranya melemah.
bruk
Syana akhirnya pingsan, ia tidak sanggup lagi menahan rasa sakit dan keterkejutannya. Hatinya sakit melihat orang dia cintai tidak sadarkan diri dalam kondisi seperti itu. Syana tidak bertemu Eiden selama kurang lebih satu tahun karena misi tunggal yang dijalankannya. Namun lihat sekarang, apa yang didapatkannya?
To be continued,
***
Haloo semua, ini adalah karya pertamaku yang mengangkat tema science fiction. Semoga kalian suka dan jangan lupa untuk vote ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch
Action"Eiden! Tidak, tidak ku mohon. Kau harus bertahan!" Siapa sangka kekasihnya yang pamit dengannya satu tahun lalu untuk menjalankan misi tunggalnya, kini sedang berada di ruang operasi karena banyak kerusakan pada tubuh sang kekasih akibat aksi biot...