are we catching feelings ?

1 0 0
                                    

Pagi ini tidak begitu menarik menurut searn, Searn Adinata Pramudya. Perempuan manis dicampur sedikit Thailand oleh ayahnya.
Ia sedang memandang kondisi didepan jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan jalan Perumahan nya yang kebetulan lembab di karenakan hujan yang melanda dini hari tadi.

"Hujan lagi? becek dah jalanan, males banget." Derap langkah seseorang dari luar pintu kamar searn membuat lamunan nya seketika buyar dan sepersekian detik pintu ber cat putih itu terbuka.

Pintu yang semula rapat itu perlahan terbuka, lalu wanita paruh baya perlahan mengintip ke dalam kamar itu secara perlahan. Pikirnya putri cantiknya masih terlelap dikarenakan tadi malam mereka pulang terlalu larut malam. Namun ia tidak menemukan putrinya di kasur tersebut, seketika wajahnya berubah menjadi panik dengan mendorong pintu yang semula ia jadikan dinding untuk menyembunyikan diri ia dorong sampai habis.

Pintu tersebut seperti terhalang sesuatu karena tidak bisa rapat sampai ke bagian dinding di sebelah pintu itu.

"ADUH MAH! SERA KE GENCET INI!" Teriakan melingking itu segera membuat si pelaku menarik kembali gagang pintu ke arah berlawanan. Ia dengan segera meloloskan diri masuk ke kamar gadis itu.

"Kamu lagian segala ngumpet di belakang pintu." Mamanya mengusap hampir seluruh badan searn, yang diperlakukan begitu berdecak sinis kepada mamanya. "Ya mama lagian kenapa setiap hari nge-check in sera mulu? sehari gak di check emangnya sera bakal hilang? engga'kan? heran ye panikan banget orang tua."

"Kamu tega sama mamah?" Tiara mengatur mimik wajahnya se imut mungkin, Karena itu adalah ekspresi andalan tiara jika ingin membuat semua anaknya kesal.

"MAMAH APAAN SI?! UDAH AH SANA SERA MAU MANDI INI, NANTI TELT SEKOLAH TAU."

Setiap hari selalu saja terjadi pertikaian kecil antara Tiara-Searn, Suami serta abang nya sudah terbiasa dengan suasana seperti itu.

— • —

Sepertinya searn terlambat untuk pergi sekolah, atau lebih tepatnya dia memang terlambat, Sangat terlambat.
Seluruh penjuru sekolah terlihat kosong, yang bisa di artikan bahwa seluruh kegiatan belajar-mengajar telah dilaksanakan.

Gadis itu panik, sangat panik. Pasalnya ia bukan gadis yang sering telat namun bukan berarti anak ambis atau semacamnya.

"it's not my thing" Jawabnya.

Maka, sekarang ia duduk disamping pagar sekolahnya menunggu satu mukjizat dari Tuhan, selang beberapa menit datang salah satu murid sekolahnya, Gadis itu hafal betul siapa laki-laki ini.

Gahar Adiwijaya.

Satu-satunya lelaki dari SMA Taruna Wijaya yang memiliki wajah ke Barat-baratan, jangan ditanya lagi siapa saja yang menyukai pria satu ini. Anggap saja semua wanita di sekolah itu menyukai nya termasuk Searn. Namun, bagi Searn suka yang ia rasakan hanyalah karena wajahnya yang asing untuk kaum pribumi sepertinya.

Lelaki tadi semakin mendekat ke arah pagar sekolah yang otomatis ia akan melewati Searn terlebih dahulu, Searn makin merapatkan kedua kakinya karena dilanda ke gugupan.

"gue kenapa salting begini?!" Batin-nya menjerit kencang, Gahar telah melewati Searn dan tau-kah kalian apa yang tertinggal? Ya, aroma dari seorang Gahar Adiwijaya.

"Eh, har!" Tebak ini suara siapa? Benar-benar bodoh pikirnya. Searn bangkit dari duduknya seraya menyapa Gahar yang Notabene nya lelaki itu pasti tidak mengenal Searn.

Lelaki itu memalingkan pandangan nya ke arah Searn. Sebelah alisnya terangkat tanda bahwa lelaki itu penasaran siapa yang memanggil nya disaat keadaan genting seperti ini.

"Apa?." Ia tidak mempedulikan kenal ataupun tidak dengan gadis itu, Gahar terburu buru ingin segera memanjat pagar yang tingginya hampir 5 Meter. Ya, kalian tidak salah dengar, tinggi pagar itu memang 5 Meter.

"Gue ikut manjat ya?." Searn sebenarnya tengah mengutuk dirinya dalam hati walaupun sekarang Ia tengah cenge ngesan, karena bisa kalian bayangkan bagaimana malunya jika tanpa sengaja menyapa karena terkesima dengan parfum lelaki? tidak kah ter dengar murahan? Sungguh hari rabu tersial menurutnya.

"Manja! manjat sendiri sono, mang mamat punya tangga buat anak-anak kabur, tuh!" Lelaki tadi sudah ancang-ancang akan memanjat pagar tersebut, Tetapi di gagal kan oleh gadis lucu nan Imut ini.

"EH BENTAR! Gue gak bisa manjat tangga sendirian." Ini yang menjadi alasan Searn tidak menaiki tangga mang mamat, Ia sudah tahu jika ada murid yang terlambat jalan pintas paling cepat adalah lompat pagar untuk laki-laki, Sedangkan perempuan menggunakan tangga milik mang mamat.

"Hah? badan lo se gede ini gak bisa naik tangga? serius lo?." Searn menatap Gahar sinis Namun kemudian mengangguk angkuh. Gelak tawa Gahar kemudian terdengar oleh indera pendengaran Searn.

"Lucu banget tai, ayo terus ketawa biar ketauan buk lise kalau kita terlambat!"

Seketika cowok itu mengatupkan bibirnya, Pikirnya iya juga, mengapa iya malah melupakan niat awalnya yang ingin memanjat pagar sekolah itu.

"Yaudah buru, ambil tangganya." Searn dibuat heran disini, pasalnya siapa lelaki? mengapa dirinya yang disuruh mengambil tangga kaya tersebut? Namun ia tetap mengambil tangga kayu itu sambil menggeturu kekesalan nya terhadap Gahar.

Tangga sudah diletakkan di dinding sebelah pagar sekolah itu, Gahar mengulurkan tangannya supaya Searn dapat menaiki tangga dan menuju ke kelas sebelum bagian keamanan mengcek tiap tiap kelas.
Searn menaikkan satu kakinya ke pijakan tangga itu dengan sedikit gemetaran dan tidak lupa genggaman di tangan Gahar belum juga dia lepas, atau dia tidak mau melepasnya.

"Gar, jangan lepasin tangan gue dulu." Lelaki dibawahnya justru tergelak karena memang sudah dipastikan bahwa Searn sungguh takut menaiki anak tangga seperti itu. "Malu anjir, adek gue aja berani masa lo kaga."

Searn menghiraukan perkataan Gahar dan tetap fokus pada setiap pijakan tangga, satu demi satu anak tangga terlewati dengan sedikit rintangan.

"Lo kalo ngintip gue lempar pake kotak bekel gue." Gahar yang memegang tangga dari bawah hanya berdehem menyauti perintah Searn. "buset, dear nathan moment terjadi di gue juga."

Searn gemar membaca buku, novel, dan semacamnya.

Gadis itu mendarat didalam pekarangan sekolah dengan aman, Sebelum ia menoleh ke atas tiba-tiba saja seseorang menubruk tubuhnya Sehingga dia tersungkur jatuh yang membuat lutut dan telapak tangannya berdarah.

Pelakunya adalah Gahar Adiwijaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang