NEW MOON : I. Stranger from The Forest

33 3 0
                                    

Kilap sungai mengalir melalui siluet pepohonan yang tersinari rembulan. Hening, sunyi, senyap, seketika atmosfer hutan Pandora terasa begitu lekat menyapu apa saja yang bergerak dalam kegelapan.

Sesosok sinar perak redup mulai terlihat. Suara sepasang telapak kakinya yang telanjang berlari-lari kecil dari dalam hutan menuju bibir sungai. Itu sangat aneh, faktanya tak ada satu pun makhluk fana yang berani memasuki hutan Pandora ketika malam, tapi ia bukanlah salah satu dari mereka.

"Semua serigala menjilat potonganmu yang dibalut prada."

Gadis itu menghentikan larinya dan menoleh pada seseorang yang ada di belakangnya. Ia tersenyum dengan binar di mata.

"Kau mengatakannya lagi, Eos."

"Jangan terlalu khawatir dengan manusia fana itu Eos, saudariku. Lagipula ini hutan Pandora, kau tau," lanjutnya.

Ia berlari bebas seperti anak kecil, melangkahkan kakinya kembali untuk menyentuh air sungai. Rasa dingin dan sejuk seketika langsung menyambarnya.

Eos mengernyitkan dahinya, kekhawatirannya pada adik perempuannya itu sudah mencapai puncak yang tidak dapat ia toleransi lagi. Saudara mana yang tidak khawatir dengan paras seperti itu? Rambut putih perak yang bersinar. Di bawah bulu matanya yang panjang, terdapat mata apophyllite yang murni dan mempesona. Kulit putih pucat yang memancarkan cahaya. Tatapannya mencoba menangkap sesuatu tanpa menyadarinya.

"SELENE!" teriak Eos dengan kesal.

"Ayo kita kembali sebelum Helios mengetahuinya dan kau berakhir terkurung di Pandemonium lagi."

"Kau pulanglah saja Eos. Fajar akan segera tiba, bukankah itu artinya kau akan segera bertugas? Kakak tertua tidak akan memarahiku kali ini, aku yakin. Tak ada manusia yang akan memasuki hutan Pandora Kerajaan Elis. Aku akan baik-baik saja, maka pergilah, Eos." Suara lembutnya seakan menyapu bersih ke dalam telinga Eos, dan Eos lemah akan itu.

"Baiklah aku pergi. Berhati-hatilah, Selene." Kemudian Eos menghilang dengan meninggalkan bekas cahaya seperti nyala lilin.

Selene, begitulah nama wanita itu. Kakak tertuanya bernama Helios, dewa matahari. Kakak keduanya, seorang wanita cantik nan pemberani, dewi fajar, Eos. Selene sendiri adalah dewi bulan yang memiliki paras memikat bahkan dikalangan para dewa sekali pun.

***

Fajar mulai menyingsing. Terdengar sesuatu seperti seseorang sedang menginjak dedaunan kering. Selene tidak peduli. Setidaknya ia akan terlihat seperti gadis biasa pada siang hari. Bagaimana pun, sebenarnya paras wajahnya tidak akan terlihat biasa saja.

"Um ... hai, Nona. Apakah kau tersesat?"

Untuk sekejap, Selene berpikir akan menyenangkan jika ia sedikit menggoda pemuda di depannya. Jarang sekali ada manusia yang berani memasuki hutan Pandora. Entah apa yang dilakukan pemuda lemah sepertinya di tengah hutan yang penuh monster. Orang lemah sepertinya tidak ada bedanya dengan pemain terendah. Bisa saja ia dilahap monster sekali jadi.

Akan lebih baik jika Selene berbohong sedikit dan menyelidiki niat pemuda itu memasuki hutan.

"Jangan mendekat! Kau monster apa manusia?"

Pemuda itu meletakkan bilah pedangnya. Seakan menunjukkan bahwa dia datang tanpa perlawanan.

"Tak apa Nona, aku manusia. Jadi jangan takut," tukas sang pemuda.

"A-apa yang bisa membuatku percaya jika kau manusia?"

Mungkin Selene akan mendapat nilai sempurna jika tampil dalam sebuah opera. Ia terus berpura-pura tanpa membuat pemuda itu curiga sedikit pun. "Jawab!"

SELENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang