O7

1.8K 208 62
                                        


Blue kembali, hehe
/digebuk/

___________

"Ini, Taehyun. Tulis apa yang ingin kau sampaikan pada pasanganmu di kertas itu. Mungkin sulit untuk mengucapkannya secara langsung, tapi akan terasa lebih mudah ketika kau menuliskan apa yang ingin kau utarakan untuk Beomgyu."

Beberapa minggu setelah Beomgyu berkonsultasi ke psikiater, Dokter Park pun meminta suaminya untuk membicarakan sesuatu.

Taehyun menatap kertas dan pena yang baru saja diberikan oleh Dokter Park di atas meja. Selang beberapa detik, lelaki itu memperlihatkan tatapan bingung pada wanita di hadapannya. "Apa yang harus kutulis?" ujarnya ragu.

Dokter Park tersenyum sebelum menjawab, "Segalanya. Jelaskan tentang kesedihanmu, lalu tulis sesuatu yang terbaik untuk Beomgyu. Ini juga bisa menjadi dukungannya agar cepat sembuh."

Awalnya, Taehyun masih meragu. Ia tak pernah menulis sesuatu seperti ini, bahkan ia tak pernah menulis buku harian, bagaimana caranya? Bagaimana ia bisa menjabarkan perasaannya dalam bentuk kata-kata? Tapi ini demi yang terbaik untuk Beomgyu, kata Dokter. Beberapa detik berlalu begitu saja, akhirnya ia pun mengambil pena tersebut dan mulai menulis sesuatu.

ㅡ❅ㅡ

Tiga bulan. Masih belum ada perubahan. Mengapa hati Beomgyu masih membeku dalam duka? Jeno memandang iba sang adik yang terduduk di atas kursi roda tanpa daya dan menatap jendela dengan tatapan kosong. Kedua tangan yang berada di atas pangkuan memegangi selembar foto. Foto pernikahan Beomgyu dan Taehyun beberapa tahun silam. Bingkai fotonya sudah rusak, Beomgyu membantingnya ke lantai sambil menjerit histeris. Cukup membuat Jeno kewalahan membuatnya kembali tenang.

"Beomgyu, ayo minum obat."

Lelaki yang lebih tua akhirnya bersuara lembut, meletakkan beberapa obat dan segelas air hangat ke atas nakas, di sebelah Beomgyu. Yang dipanggil sempat menoleh sesaat, namun memalingkan wajah. "Hyung, bawa aku pergi darisini."

Jeno menarik napas sabar. Ia melangkah demi mendekati sang adik lalu berlutut di hadapannya. "Ini rumahmu, Beomgyu." Dilihatnya Beomgyu memejamkan mata, seakan tidak suka dengan apa yang ia ucapkan. "Tolong, jangan seperti ini. Minum obat, ya?" Namun, pemuda bermarga Choi itu masih diam, menganggap kata-katanya sebagai angin lalu. 

Pertahanan Jeno mulai hancur perlahan-lahan. "Tidakkah kau lihat bukan kau saja yang hancur? Taehyun juga. Dia kehilangan calon anaknya, itu sudah cukup menyakitinya dan dia tidak mau kehilangan kau juga." Airmata yang berusaha ia tahan sekuat mungkin pada akhirnya tumpah, beriringan dengan suaranya yang mengeluarkan lirihan lemah. "Bahkan aku juga ikut terluka."

Beomgyu akhirnya menoleh. Dengan kedua mata yang memerah, menatap Jeno. Diamnya si pemuda jelita itu berhasil melenyapkan seluruh rasa sabar kakak laki-lakinya.

"Kau tidak mau sembuh? Baik, tetaplah seperti ini. Jangan minum obat. Aku yang akan menghabiskan semua obatmu."  Kemudian, Jeno bangkit, meraih seluruh pil-pil obat yang ia letakkan di atas nakas lalu hendak meminumnya. Seketika, Beomgyu membulatkan mata dengan panik, "Hyung!" Tangannya meraih tangan si kakak guna menghentikan niat gilanya.  "Hyung, jangan! Apa yang kau lakukan?"

Tangan Jeno masih ditahan Beomgyu sekuat tenaga. Barulah, isak tangis pemuda itu keluar, penuh penyesalan. "Hyung, jangan. Kumohon, jangan."

Lirihan lemah itu membuat Jeno luluh pada akhirnya. Tubuhnya meluruh, ia pun mendekap Beomgyu dengan erat, berusaha menguraikan kesedihan di hatinya. Mereka menangis bersama, menumpahkan segala rasa sakit yang bergelung dalam batinnya. Cukup lama, sampai Jeno sendiri yang melonggarkan pelukan, membawa wajah cantik itu untuk menatap matanya. Jari-jari besar Jeno mengusap pipi adiknya yang basah dengan lembut. "Jangan seperti ini, Beomgyu. Demi Tuhan, jika bukan untukku, bertahanlah untuk Taehyun. Untuk pertama kalinya, dia kehilangan, dia tidak tahu harus apa, dia tidak tahu ingin mengadu pada siapa. Kau ingat ketika orangtua kita meninggal, kita saling menguatkan satu sama lain? Kalau kau begini, siapa yang akan mengobati Taehyun? Siapa yang akan memberinya kekuatan kalau bukan kau? Dia sendirian, dia terluka sendirian."

Only You - Taegyu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang