B.S 03

14 4 1
                                    

04.33

Masih terlalu pagi untuk bangun dari tidur, entah kenapa kasur menjadi lebih hangat pada jam-jam itu.

Jika orang lain masih bergelut dengan mimpi mereka, berbeda dengan seseorang yang kini sudah bangun.

Park Sunghoon.

Pemuda itu duduk bersandar di kepala ranjang, ia bingung harus melakukan apa, karena biasanya ia sudah mulai bekerja sekarang.

Sunghoon sudah tahu bahwa ia sedang berada di rumah ayahnya, Park Minhyun, seseorang yang sudah lama tidak ia temui.

Sunghoon sebenarnya sudah sadar sejak Minhyun membicarakan banyak hal, ia ingin menyapa dan menceritakan tentang apa yang ia alami, dan apa yang ibunya alami..

Namun urung saat Minhyun mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan adiknya?

Sunghoon trsenyum miris, haruskah ia meminta bantuan ayahnya? Namun ayahnya sudah memiliki keluarga baru dan mereka pasti sudah bahagia.

Dan Sunghoon tidak ingin menghancurkan itu.

"Dengan atau tanpa Appa, aku akan tetap membalasnya"
.
.
.
.
.
Krieet

Pintu kamar Sunghoon dibuka perlahan, menampakkan Dahyun yang membawa segelas susu hangat.

07.19

Sebenarnya masih terlalu dini untuknya datang, namun Dahyun ingin menjaga Sunghoon yang belum juga sadarkan diri.

Ia menaruh nampan berisi segelas susu di atas nakas, duduk di samping kasur yang Sunghoon tempati.

"Hey, kapan kau akan bangun Sunghoon-ah?"

Dahyun bertanya meskipun tidak mendapat jawaban.

"Cepatlah sadar, Appa mu terlihat menyedihkan"

"Aku Dahyun, Park Dahyun, istri Appa mu"

"Aku Eomma tirimu Sunghoon-ah, aku akan memberikan kasih sayang yang tidak pernah kau dapat dari Seulgi itu ak--- ah! Astaga! Kau!"

Dahyun segera bangun, beranjak dari tempatnya, ia akan memanggil dokter sekarang.

Sebelum sebuah tangan menahan pergerakannya.

Itu Sunghoon, ia sudah bangun.

"Sunghoon lepas! Aku akan memanggil dokter untukmu"

Dahyun berusaha melepas genggaman tangan Sunghoon pada lengannya dengan pelan, namun Sunghoon malah mengeratkan genggaman tangannya.

"Sungh--"

"Jangan...

....kau berani...

Menyebut nama Eomma"

Ucap Sunghoon sambil menunjuk Dahyun dengan tangannya yang lain, ia menatap Dahyun lekat-lekat.

"Arasseo tenanglah, biarkan aku pergi, ne?" Tanya Dahyun lembut.

Sunghoon melepas genggamannya, setelah itu Dahyun segera berlari memanggil dokter.

Beberapa menit kemudian.

Tidak hanya dokter yang datang, namun Minhyun, Jungkook dan Dahyun sendiri juga datang.

Mereka terlihat senang sekaligus cemas, berharap kebaikan akan menimpa Sunghoon.

"Dia sudah membaik, tanda vitalnya juga bagus, kalian harus meningkatkan konsumsi makanan yang dia terima dan jangan sampai dia mengalami stress yang berlebihan"

Setelah itu Doyoung -dokter pribadi- pamit pergi meninggalkan kediaman keluarga Park.

"Sunghoon ini A-appa..."

Minhyun merasa sesak saat memperkenalkan dirinya sebagai ayah Sunghoon, ia merasa gagal.

"...kau ingat?"

Sunghoon diam, ia bingung harus bereaksi seperti apa, meski ia sudah tau siapa saja yang berada di depannya saat ini...

Ah, tapi... tetap saja ia bingung harus apa.

Sunghoon tak pernah berinteraksi dengan orang luar, hanya pada beberapa orang yang memiliki perlu padanya.

Selain itu tidak ada, jangankan mengobrol santai, bahkan sekedar sapaan saja tidak pernah Sunghoon dapat.

Jadi yaa... seperti sekarang, Sunghoon hanya diam memandangi Minhyun, Dahyun dan Jungkook.

"Sunghoon-ah?.." Minhyun menyentuh tangan Sunghoon.

Tes...

Tes...

Air mata itu berhasil menerobos keluar, Minhyun kembali menangis menatap Sunghoon yang tidak menjawabnya.

Terlebih lagi karena pandangan putranya yang terlihat kosong.

Sebenarnya bukan kosong, itu adalah bentuk kebingungan Sunghoon, dan Minhyun tidak tahu itu.

"Sudah, jangan menangis di depan putramu"

Dahyun menepuk-nepuk lembut punggung Minhyun.

"H-hyung, aku akan bert-tugas dulu, permisi"

Jungkook yang sedari tadi berada di sana akhirnya pamit pergi, ia tidak tahan dengan keadaan tadi.

Melihat adegan itu, ia juga merasa sesak.
.
.
.
.
.
"Hyung, kau kenapa?"

Jungkook berhenti berjalan, menoleh ke arah kanannya.

Buru-buru ia menghapus air matanya yang sempat mengalir "aniya Jungwon, Hyung baik-baik saja"

Jungkook menampilkan senyumnya, "kau bohong, tadi aku melihatmu menangis"

Pemuda yang dipanggil Jungwon itu menatap Jungkook penuh selidik "anii, gwenchanaeo" ucap Jungkook sambil mengelus rambut Jungwon.

Jungwon menyipit "kau mencurigakan Hyung"

Jungkook juga ikut menyipit "kau lebih mencurigakan Jungwon-ah"

"Eoh? Naneun?" Jungwon menunjuk dirinya sendiri.

"Kenapa kau masih dirumah? Eoh?" Ucap Jungkook berkecak pinggang.

"Apa aku tak boleh berada di rumahku?!" Jungwon sedikit meninggikan suaranya sambil memasang wajah kesal.

Itu justru terlihat lucu di mata Jungkook "lalu bagaimana dengan sekolah?"

Jungwon kini memasang wajah menerawang.

"Aah! Aku belum mandi Hyung! Aku pasti terlambat!"

Jungwon mengacak rambutnya, ia segera berlari menuju kamarnya.

"Cepat! Akan ku antar!" Jungkook berteriak lantang karena Jungwon sudah terlihat menjauh.

"Jungwon-ah..."

Jungkook menatap sendu punggung Jungwon yang semakin mengecil.

"...Hyung mu sudah ketemu"










Semangat!

Wow

Hey

Yo

Braderr sisterr hev e nais dei

Hehe

🩰🩰🩰

Beauty SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang