Prolog.

411 65 3
                                    

Senyumannya terlihat menawan meski kulit putih tergolong pucat dan matanya tidak lagi berbinar. Untuk pertama kali dalam hidup jantung Jeongwoo berdebar kencang, dia yang baru saja pindah rumah terpesona dengan suara merdu yang tengah melantunkan bait nada indah.

Expresi marah karena kepindahan yang tiba tiba segera luntur, entah kenapa dia langsung tersenyum lebar merasa begitu beruntung saat kamar nya berhadapan langsung dengan kamar sang tetangga. Pemuda cantik tanpa nama yang kini mengambil sepenuhnya fokus Jeongwoo,

Suara indahnya mengalun merdu bersamaan dengan petikan gitar yang terdengar di keheningan malam, membuat Jeongwoo membeku sebelum memejamkan mata untuk lebih meresapi makna tersirat dk balik lagu itu.

Sejak menatap wajah cantik di balik jendela kamar yang memiliki jarak yang lumayan jauh membuat Jeongwoo telah sejak lama menghentikan segala macam kegiatannya, Dia bergitu terpaku dengan keindahan makhluk rupawan ciptaan tuhan yang begitu memiliki pesona menarik.

Help me, it's like the walls are caving in
Tolong aku, rasanya dinding-dinding ini runtuh menimpaku.

Sometimes I feel like giving up
Kadang aku ingin menyerah

Mendengar nyanyiannya yang ingin menyerah membuat Jeongwoo selayaknya orang bodoh karena dengan refleks justru menggelengkan kepalanya, Seolah memberikan larang meski jelas pemuda asing itu tidak akan pernah mengetahui jika dia tidak pernah mengatakan apapun secara jelas.

But I just can't.
Tapi aku tak bisa.

It isn't in my blood.
Tak ada kata menyerah di dalam hidupku.

"Bagus jangan menyerah."monolog Jeongwoo dengan dirinya sendiri sembari menatap wajah yang masih terpejam, Meresapi setiap makna lagu yang akan dia nyanyikan sendiri.

Laying on the bathroom floor, feeling nothing.
Berbaring di lantai kamar mandi, tidak merasakan apa apa.

I'm overwhelmed and insecure, give me something.
Aku asyik sendiri dan tak nyaman, beri aku sesuatu.

I could take to ease my mind slowly.
Yang bisa kugunakan untuk tenangkan pikiranku pelan-pelan.

Just have a drink and you'll feel better.
Minum-minumlah dan kau akan merasa lebih baik.

Just take her home and you'll feel better.
Bawalah dia pulang dan kau kan merasa lebih baik.

Keep telling me that it gets better.
Teruslah beritahu aku bahwa ini membaik.

Does it ever?
Begitukah?

Afraid to be alone again, I hate this.
Takut sendirian lagi, aku benci ini.

I'm trying to find a way to chill, can't breathe, oh.
Aku berusaha tuk temukan cara bahagia, tak bisa bernafas, oh.

Is there somebody who could...
Adakah seseorang yang bisa ...

I need somebody now
Aku butuh seseorang sekarang.

I need somebody now.
Aku butuh seseorang sekarang.

Someone to help me out.
Seseorang yang bisa membantuku.

I need somebody now.
Aku butuh seseorang sekarang.

Help me, it's like the walls are caving in.
Tolong aku, rasanya dinding-dinding ini runtuh menimpaku.

Sometimes I feel like giving up.
Kadang aku ingin menyerah.

But I just can't.
Tapi aku tak bisa.

It isn't in my blood.
Tak ada kata menyerah di dalam hidupku.

Arti lagu itu terdengar sangat dalam, layaknya tengah depresi dan di landa kebimbangan antara memilih bertahan atau menyerah. Dan dia jelas memilih bertahan, Tapi Jeongwoo bisa dengan jelas melihat pemuda itu menangis dan menjatuhkan gitar nya begitu saja seolah tengah bergelut dengan diri sendiri yang merasa ingin menyerah pada seberapa kejamnya dunia menghancurkan tubuh rapuhnya.

Tangan Jeongwoo secara refleks ingin membuka jendela dan memeluk pemuda itu untuk menenangkan nya, Tapi dia sadar dia hanyalah orang asing. Ada jarak yang meski dekat tapi bagaikan tembok kokoh, tidak bisa di tembus begitu saja meskipun nyatanya sosok itu telah mampu membuat dia jatuh hati hanya dalam sekali pandang.

"Arghhh... Hiks..."suara teriakan frustasi itu terdengar sangat keras, Syarat akan kesedihan yang mendalam serta begitu menyakitkan siapapun yang mendengarnya termasuk Jeongwoo yang ingin seklai mendekap tubuh rapuhnya.

Beruntung segala macam pikiran jelek Jeongwoo yang takut jika pemuda itu sungguh menyerah segera sirna, Begitu pintu kamar pemuda itu terbuka dan segera masuk beberapa orang yang seperti nya bagian dari keluarga.

Gerakan meraka cepat menutup rapat jendela yang terbuka beserta gorden biru itu, menghalangi penglihatan Jeongwoo untuk tau apa yang terjadi. Merasa khawatir Jeongwoo segera berlari turun dari kamarnya yang berada di lantai dua, dia bahkan mengabaikan teriakan dari sang bunda yang pada awalnya berada di ruang tengah.

Tapi begitu akan membuka gerbang kesadaran seolah menghantamnya, Dia bukan siapa siapa hanya orang asing kenapa begitu perduli sampai seperti ini. Seperti orang gila, Jeongwoo mengacak rambutnya frustasi tidak tau ada apa dengan dirinya sendiri.

Kenapa dia merasa begitu perduli dengan seseorang yang sehrausnya tidak perlu dia perdulikan, Dia akui dia memnag lumayan dingin serta begitu acuh tak acuh dengan semua di sekitarnya. Tetapi sungguh wajah sedih pemuda itu masih begitu jelas terekam di dalam benaknya, Seolah meminta Jeongwoo untuk menyelamatkannya dari segala macam ras asakit yang telah lama dia derita.

"Jeje kenapa? "tanya sang bunda Rose panik dan segera menyusul Jeongwoo yang sekarang berdiri layaknya orang linglung di depan gerbang.

"Enggak papa bunda."jawab Jeongwoo sambil memberikan senyum kecil, berusaha terlihat baik baik saja padahal sebenarnya tidak sama sekali.

"Terus kenapa kamu lari kaya di kejar setan kaya gitu? "Tuduh Rose jelas tidak percaya akan semua perkataan putra tunggalnya.

"Bunda udah ya enggak papa, Jeje capek mau tidur aja."ucap Jeongwoo pelan dan pergi meninggalkan Rose pergi begitu saja karena dirinya tidak sedang ingin mengatakan apapun sama sekali.

Karena bagaimana dia bisa menjelaskan pada sang bunda jika putranya ini tengah jatuh cinta?

Jatuh untuk pertama kali dengan pemuda asing pada pandangan pertama, Bukannya dia malu untuk mengakui jika dirinya jatuh cinta. Tapi Jeongwoo terlalu takut jika apa yang dia inginkan mulai akan menghancurkan segalanya, Dia tahu demi pemuda itu dia bisa melakukan segala macam cara yang berada di dalam benaknya hanya untuk mendapatkannya.


.

.

.


@ShinJirui_66 Mau bilang makasih karena sekali lagi udah percaya cerita kamu buat aku pegang, Dan jujur aja alur ringan kaya gini kayaknya jauh lebih cocok sama aku yang baru belajar nulis soalnya cerita yang satu lagi alurnya berat banget dan pas aku mikirin malah enggak bisa masuk.

Otak kita beda banget kamu keren sih bisa mikir cerita rumit kaya gitu, Jadi setelah bebebrapa bulan aku ngilang dan baruy kmeblai dengan sekali lagi cerita orang lain aku harap para readers sekalian juga bisa membantu ya kalo ada bagian bagian yang sekiranya perlu di perbaikin. Silahkan ngomong aja karen aku juga baru belajar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 31, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Candala - Jeongharu.Where stories live. Discover now