Goresan Kenangan

11 0 0
                                    


***

Dalam sepinya malam yang lagi dan lagi menggoreskan luka pada hatiku yang masih basah.
Terduduk lemas dan menggigil di dinginnya lantai kamarku seorang diri.

Aku mencoba menghukum ragaku yang sudah sakit setengah mati.

"No, sampai kapan aku harus menangisi kepergianmu?" Cetusku memandangi wajahnya dalam layar ponselku.

Sudah dapat ditebak,

Air mataku menetes untuk kesekian kalinya.

"Stefano, tadi kan Jonas pingsan. Kamu tahu ga kenapa?"

Aku terdiam sejenak.

Setiap kali aku menyebut namanya, rasanya dadaku semakin terasa sakit.

"Jonas ngelindungin Tara. Si cowok paling bucin itu, rela tubuh tegapnya disengat terik matahari yang membasahi seragam kusutnya. Padahal seharusnya Tara yang di hukum karena datang terlambat. Dan kamu tahu No?"

Aku berhenti melanjutkan narasiku pada Stefano. Kepada sosok yang ada di layar ponselku lebih tepatnya.

"Alaska marahin aku No." Lanjutku.

"Katanya aku nangis terus. Katanya aku ga bisa move on dari kamu."

"Aku tuh udah coba No. Tapi aku ga bisa. Apalagi aku ngelihat Jonas ngelakuin hal yang biasa kamu lakuin ke aku."

"No, aku kangen kamu. Harus berapa kali lagi aku bilang kalau aku ga mau kehilangan kamu?"

"Stefano." Aku terdiam lagi. Menarik napasku yang sesak, membiarkan seluruh emosiku menggerogoti ragaku dengan bebas.

"Ga jadi No. Aku ga tau mau bilang apa." Gumamku menarik umbel yang menghalangi lubang pernapasanku.

Aku memejamkan netraku, membaringkann tubuhku, menyuruh benakku untuk membayangi wajah seorang lelaki yang berhasil membuatku menangis sesegukan tiap waktu.

Ya, dia Stefano.

Stefano Corporal Aldari.

"Lucu ga sih No? Aku ga pernah bermimpi kamu ninggalin aku secepat ini. Tetapi sekarang aku sendirian karena kamu pergi."

"Aku kangen kamu ngelus puncak kepalaku lagi. Aku kangen sama gombalan ga jelasmu. Aku kangen kalau kamu cemburu sama aku."

"No, aku udah capek. Aku capek rindu sama kamu. Sekeras apapun aku mencoba, tidak mungkin kan semesta akan menghadirkan sosokmu kembali? Ribuan kali aku mengeluh, tetap saja aku tidak bisa lagi merasakan hembusan napasmu."

"AKU TUH MASIH GA TERIMA NO. KAMU JAHAT, KAMU JAHAT BANGET NO. KAMU ITU-" saat aku mulai membentak, saat itu juga kedua netraku terpaku pada satu notif yang tidak asing dari ponselku.

2 April 2022, 22.30.

Airin, jangan buka isinya!

Aku membeku seketika.

"Kalau ga mau dibuka, kenapa kamu simpan semua coretan harianmu di ponselku, No?"

"Kamu janji akan datang menemaniku saat perpisahan Pak Andi nanti. Katanya kamu mau lihat aku berdiri di podium mengerikan tersebut. Kenapa sih No? Kenapa harus cepet banget?"

"Kalau bosan hidup, harusnya ga usah bikin aku jatuh cinta." Protesku asal bicara.

Tetapi aku terdiam lagi. Menangis lagi. Ketika jari jemariku dengan santainya membuka folder notes pertama yang Stefano tulis. Folder yang di sematkan olehnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bisikan Sendu dari StefanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang