bagian 3

314 65 12
                                    

Happy reading guys!!!

*

*

*

Yibo melangkah dengan lunglai memasuki rumahnya. Tangannya sedari tadi menggenggam erat kalung yang sempat ingun ia kembalikan pada Tao, tetapi wanita itu menyerahkan kalung itu padanya dengan alasan itu adalah keinginan Xuxi. Ia bukan tak ingin menjaga Xiao Zhan, hanya saja ia masih berharap Xuxi tetap bertahan dan kembali pada Xiao Zhan.

Sesampainya di depan pintu kamarnya, ia berhenti sejenak lalu mengusap pelan wajahnya. "Apa yg harus ku katakan padanya," gumam Yibo saat teringat ucapan dokter yang mengatakan Xuxi tidak bisa di selamatkan.

Di pakaiannya masih terdapat noda darah yang sudah mengering. Ia bersandar di dinding dekat pintu lalu dengan perlahan tubuhnya merosot. Kepalanya ia tundukkan, helaan nafas beberapa kali terhembus dari mulutnya.

"Apakah aku harus benar-benar mengatakannya? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk pada Xiao Zhan dan bayinya?" Gumamnya sembari melirik pintu.

Tao menyarankan agar ia memberitahukan sejujurnya pada Xiao Zhan. Namun, mengingat keadaan Xiao Zhan yang lemah membuatnya tidak tega untuk sekedar mengatakannya. Ia takut berita buruk itu membuat kandungan Xiao Zhan memburuk dan ia tak ingin itu terjadi.

Sesaat memandangi pintu, Yibo menarik nafas pelan sebelum akhirnya membuka pintu kayu itu. Saat pintu terbuka, ia mendapati Xiao Zhan tertidur di karpet tempatnya tidur malam tadi. Di tangan lelaki cantik itu terdapat surat yang di tinggalkan oleh Xuxi.

Dengan perlahan ia menutup pintu agar tak mengganggu Xiao Zhan yang tampak nyaman dalam tidurnya. Ia  melepas jaketnya yang terdapat bercak darah karena tak ingin Xiao Zhan curiga lalu menaruhnya di tempat pakaian kotor.

Setelahnya Yibo mengambil pakaiannya di lemari lalu segera memasuki kamar mandi. Di dalam sana, Yibo memikirkan bagaimana cara agar dirinya memberitahu Xiao Zhan tentang kejadian yang sebenarnya menimpa Xuxi.

Di luar kamar mandi, Xiao Zhan bergerak gelisah dalam tidurnya. Lelaki cantik itu terus menggeleng sambil meremas kemeja yang ia kenakan. Surat yang di tinggalkan oleh suaminya pun ikut ia remas dalam keadaan tidak sadar. Air mata mengalir dari sudut maniknya yang terpejam.

"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku." Lirih Xiao Zhan dalam tidurnya. Keringat dingin mengalir deras membasahi keningnya.

"Wang Xuxi, jangan pergi!" Teriak Xiao Zhan sebelum akhirnya terbangun dengan nafas yang tak beraturan. Manik bulatnya melebar dengan bibirnya yang semakin pucat. Ia beranjak dari posisinya kemudian bersandar pada tepian tempat tidur.

"Apa yang terjadi?" Lirihnya saat merasakan air mata yang mengalir di pipinya.

Setelah hampir 30 menit mengurung diri di kamar mandi, akhirnya Yibo keluar dari kamar mandi setelah berganti pakaian. Langkah gontainya terhenti saat mendapati Xiao Zhan duduk di dengan bersandar di pinggiran tempat tidur.

Tangan Yibo yang tadinya bergerak mengusap rambut basahnya langsung terhenti saat melihat tatapan kosong serta wajah pucat Xiao Zhan. Ia meremas handuk kecil di tangannya.

Sementara Xiao Zhan terlalu larut dalam pikirannya sehingga ia tidak menyadari keberadaan Yibo di sana. Tatapannya tertuju pada surat yang sedari tadi berada di genggamannya. Perlahan air mata menetes dari sudut matanya. Mimpi yang baru saja ia alami terasa sangat nyata dan berhasil membuat dadanya menjadi sesak.

"Wang Xuxi, kau di mana? Ku mohon kembalilah." Lirih Xiao Zhan dengan air mata yang mengalir deras.

Mendengar bisikan Xiao Zhan, rasa sesak menyeruak di dadanya. Di saat ia belum memberitahu saja, Xiao Zhan sudah seperti ini. Bagaimana kalau ia memberitahukan kebenarannya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang