Bunda!!

123 16 85
                                    

"Bunda!!! Temani Riku main bola, mau?! "

Kau yang masih mengumpulkan nyawa sambil menggaruk pelan rambut acak-acakanmu hanya menatap pemuda yang menguarkan aura ceria cenang cerah. Masih tidak ingin membuka mulut, terlalu malas menjawab. Badanmu juga terasa remuk, antara bekas begadang semalam dan cara tidurmu yang tidak bergerak sama sekali. Mirip simulasi. Tenang, simulasi tidur nyenyak maksudnya.

Tentu tidur nyenyak yang langsung bertemu yang Maha Kuasa.

Bohong, kok. Jangan khawatir.

Tapi tergantung yang Maha Kuasa juga.

Enthor hanya memprediksi, ahaha.

Itu kursinya diturunkan, manis. Jangan marah begitu. Kita damai.

Riku, pemuda berambut merah itu mendekatkan wajah. Menatapmu dengan pipi mengembung sebelah. Mulutnya mengucut, sedikit menunjukkan tatapan memelas andalannya. Kau segera melebarkan mata. Rasa kantukmu menghilang dan segera menghantamkan bantal ke wajah manis kekasih rambut merahmu. Yang herannya, entah mengapa bantal itu bisa masih tergenggam ditanganmu.

"Bunda jahat!!! Kok mukul Riku?! "

Kau mengelus pelan jantungmu yang berdetak kencang. Semburat tipis merah muda mewarnai pipimu. Kau menatap was-was Riku yang merengek sambil menggoyangkan kedua tangannya yang terkepal keatas dan kebawah. Bahaya sekali pemuda cabe satu ini. Diam anak manis, bergerak membuat hati ketar-ketir meringis.

Salahkan juga jantungmu yang suka berdetak tak sopan dan menyesakkan namun hangat ketika melihat tingkah ceria atau tak terduga dari Riku.

"Ma-maaf... Aku kaget tadi... "

Riku mengembungkan kedua pipi gembilnya, membuang muka sambil bersedekap. Memasang wajah sok kesal. Kau menghela napas, mengelus pelan pipi kekasihmu yang membuang muka. Tersenyum jahil dengan menahan tawa.

"Yakin mau marah? Nanti aku jalan sama–"

Belum sempat kau menyelesaikan ucapanmu. Badanmu tertarik kedepan. Refleks kau memekik tertahan, dagumu diangkat keatas. Tatapan serius tercetak dimanik merah Riku. Kau membeku. Tenggelam dalam tatapan dalam namun lembut miliknya.

"Jangan. Tak akan kubiarkan kesayanganku berjalan dengan pemuda lain. Kau itu milikku, (Name). "

Segera seluruh warna merah memenuhi wajahmu, respon jantungmu juga tak kalah cepat. Berdetak cepat dengan rasa meletup-letup.

"Ri-riku... "

Kau bergumam lirih, hanya itu yang bisa dikeluarkan oleh mulutmu yang lidahnya terasa kelu. Terlalu terkejut dengan 'serangan' tiba-tiba dari kekasih manismu.

"Hm? "

Riku berdeham, mengambil sejumput helaian rambutmu lalu dengan lembut menyelipkannya ke daun telingamu. Senyum tipis tersemat dibibirnya. Pemuda itu menatapmu, tanpa berkedip.
Kau menunduk, menghindari tatapan Riku. Bisa mati muda dirimu jika terus melihat tatapan 'gentle' dari seorang Nanase Riku.

"Kakak bayik! Mau ngajak aku main bola, kan?! Ayo ke lapangan, kita tinggalin aja kakak bau iler itu! "

Kau menatap adik lelakimu yang menyeret paksa kekasihmu. Dengan tertatih, Riku segera menyeimbangkan diri dan berusaha mengikuti langkah cepat adik lelakimu. Adik lelakimu menoleh kebelakang, mengeluarkan lidah sambil memasang wajah kemenangan yang terlihat begitu menyebalkan dimatamu. Urat mulai menonjol di dahimu.

"Dasar adik biadab... "
"Ahaha! Aku biadab, kakak kurang adab! "

Umpatan kembali keluar dari bibirmu ketika mendengar balasan menyebalkan dari adik lelakimu. Lihat saja nanti, kau berencana 'memberitahu' kedua orang tuamu jika adik lelakimu sudah mempunyai 'sesuatu'

Bunda!! | N. Riku x reader [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang