Alfa dan Geng Amburadul

22 3 0
                                    

Malam semuanya 🙌
Bil bawa cerita baru nih, yang pastinya wajib banget kalian baca😁
Kali ini ceritanya ada nuansa islami nya loh, pas banget dibaca kalo lagi gabut di bulan puasa. Insya Allah gak batalin pahala puasa kalian kok.
Langsung aja kali ya, udah penasaran kan?

.
.
.

Lantunan ayat suci menggema di speaker masjid menyambut matahari yang baru saja ingin menyapa bumi. Alfa duduk di salah satu kursi menghadap sajian masakan sederhana ala chef umi Khabibah. Wanita terhebat bagi seorang Alfarizi Fadeel Kasyavani.

"Mi, Bi, Alfa berangkat dulu," ucap Alfa saat hendak menyalimi Umi serta Abinya.

"Kamu yakin mau tetep sekolah disana? Kehidupan luar itu terlalu bahaya Fa," ucap Umi memandang putra sulungnya.

"Bismillah, Alfa yakin Mi, lagian kan udah berjalan satu tahun dan Alfa tidak terkena masalah apapun," Alfa tersenyum menyakinkan Uminya.

"Jangan pulang larut ya Fa, badalin Abi jadi imam maghrib, Abi ada undangan keluar kota," ucap Abi dengan suara yang selalu menghangatkan jiwa, suara yang diwarisi oleh Alfa.

"Nggih Bi,"

Alfa keluar dari rumah bernuansa Jawa dengan ukiran-ukiran khas Jepara. Tempat tinggalnya di ibu kota, hanya saja kedua orang tua Alfa berasal dari tanah Jawa yang kental dengan budaya.

Alfa mengenakan jaket kulit sebelum menaiki motornya. Saat sudah bertengger di atas motor, ada hal menarik di samping masjid. Sebuah taman diantara masjid pondok pesantren dengan rumahnya. Tamannya cukup luas, terdapat beberapa batu besar yang biasanya dijadikan tempat duduk. Warna warni bunga memberikan kesan ceria terlebih warna merah dari bunga mawar mendominasi hingga membuat taman itu begitu sayang jika dilewati begitu saja.

Taman itu bebas untuk siapapun, bahkan para santri pondok pun bebas menempatinya. Sayangnya, entah peraturan dari mana, tidak ada satu pun santri yang duduk disana hanya untuk sekedar bersantai.
Tapi hari ini, Alfa melihat satu santri putri sedang duduk di salah satu batu di sana dengan Al-Qur'an digenggamnya.

"Astaghfirullah," Alfa mengusap wajah dengan tangannya.

Bunyi motor Alfa sepertinya mengganggu santri putri itu, pasalnya santri itu bergegas pergi dari taman. Sayangnya tidak semulus yang dikira, santri itu tersandung dan jatuh di atas rumput taman.

Alfa yang melihatnya segera turun dari motor dan berlari ke arah santri tersebut.

"Ukhti tidak papa?" tanya Alfa.

"Ti-tidak papa Gus, maaf," jawab santri putri menunduk dengan Al-Qur'an yang masih dipeluknya.

"Sekali lagi maaf Gus, saya sudah mengganggu Gus, saya izin pamit,"

"Lain kali hati-hati,"

Alfa melihat kepergian santri putri yang entah siapa namanya. Sepertinya dia santri baru, karena baru kali ini Alfa melihatnya.

Tak mau buang-buang waktu, Alfa melanjutkan niatnya untuk berangkat ke sekolah.

***

Hari ini, hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Sekolah terasa lebih ramai dengan penampilan murid baru yang akan melakukan Masa Orientasi Siswa (MOS). Para gadis yang mayoritas tak berkerudung menguncir rambutnya menjadi dua dengan pita berwarna merah dan putih.

Kini Alfa berada di bangku kelas 11 SMA Harapan Bangsa, salah satu sekolah ternama di ibu kota.

"Kantin brooo," ajak Kavindra Adhitama, teman sebangku Alfa.

Alfa mengikuti Indra, mereka berdua berjalan ke arah meja pojok kantin, dimana ada seorang cowok paling menonjol dari lainnya. Siapa lagi kalo bukan ketua geng Amburadul di SMA Harapan Bangsa. Ya, nama geng mereka adalah "Amburadul" diambil dari bahasa jawa yang artinya berantakan/porak-poranda karena geng mereka tidak jelas tujuannya apa.

Mimikri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang