Prolog + part 1

23.5K 741 20
                                    

"Berteduh di tempat yang tidak menganggap kehadiranku"

-Maulana Fajri Wijaya-
.
.

Ini tentang Fajri yang mengharapkan rumah menjadi tempatnya berteduh, bukan hanya berteduh dari hujan dan panas, namun dalam artian lain juga.

Dia mengharapkan bisa menjadikan rumah sebagai tempatnya mencurahkan perasaannya. Dia merindukan kasih sayang orang yang ada di dalamnya. Yang nyatanya, sudah bertahun-tahun lamanya sudah habis masanya.

Dia berharap, masa itu akan terulang kembali.

Dia berharap, masa itu akan terulang kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah Mansion megah.

Maulana Fajri Wijaya, remaja SMA yang kerap disapa Fajri. Dengan alis tebal dengan senyuman yang memperlihatkan gigi kelincinya. Namun sayang, senyuman itu sangat jarang dia perlihatkan ke orang-orang di luar sana, karena menurutnya ... senyuman itu hanya layak dia perlihatkan pada orang terdekatnya saja.

Kepribadian cuek, wajah datar, dan berbicara dengan notasi datar, mungkin sudah melekat pada laki-laki itu. Satu hal yang harus kalian tau, meskipun begitu Fajri adalah orang yang peduli terhadap orang-orang di sekitarnya. Hanya tertutup saja dengan kepribadiannya.

Saat ini, laki-laki remaja itu tengah menuruni anak tangga kediamannya. Dia langsung saja menuju meja makan, yang dimana ada kakak satu-satunya sedang sarapan. Dia adalah Gilang Dika Wijaya, yang kerap disapa dengan sebutan Gilang.

"Bang-"

Belum sempat Fajri menghabiskan perkataannya, terdengar suara gesekan kursi makan. Hal itu dikarenakan, Gilang yang berpindah kursi ke yang lebih jauh dari sebelumnya.

Fajri menghembuskan nafasnya pelan melihatnya, karena hal ini bukanlah pertama kalinya dia mengalaminya. "Fajri ikut sarapan ya Bang. "

Ucapan itu tentu tak digubris oleh Gilang, dia hanya fokus dengan sarapannya, tanpa memperdulikan Fajri di sana. Sementara Fajri, dia ikut menikmati sepotong roti yang sudah disiapkan maid di atas meja makan.

Tap!

Keduanya menoleh, saat mendengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Dan pemiliknya, ialah Raditya Wijaya. Orang yang berstatus orang tua tunggal dari kedua anak ini. Laki-laki pekerja keras, yang sampai sekarang masih menyandang status duda, karena kematian istrinya beberapa tahun yang lalu.

Laki-laki paruh baya yang kerap disapa Raditya itu merupakan pemilik dari Perusahaan Wijaya Corp, termasuk jejeran Perusahaan yang terbesar di Jakarta. Dan pencapaian itu tentu, diraihnya dengan proses yang panjang.

"Papah berangkat, " ujar Raditya saat lewat di depan kedua putranya.

"Papah nggak makan?" Fajri melontarkan pertanyaan, namun sama sekali tidak digubris oleh laki-laki itu. Dia nampak buru-buru, sampai-sampai menatap keduanya saja tidak.

Berteduh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang