1

7 0 0
                                    

"Hampir seminggu gue gak masuk lo oke kan?"

"Gue baik baik aja" katanya "Selama ayah masih perjalanan bisnis ke luar negeri" tambahnya lagi.

Sang sahabat hanya tersenyum simpul mendengarnya.

"Kalo ada apa apa bilang aja"

"Tante irene gimana kabarnya? udah mendingan?

Selalu mengalihkan pembicaraan.

"Mama gue udah mendingan kok, kayanya 1 minggu lagi dia udah bisa dibawa pulang ke indonesia"

"Ah.. iya deh, gue juga dah kangen sama tante" katanya sambil tertawa kecil.

"Mama juga nanyain lo terus" ucapnya "Gue keknya udah dianggap anak pungut deh" katanya lagi.

Lelaki itu hanya tertawa mendengar celotehan-celotehan sahabatnya tentang bagaimana ibunya terus menanyai tentang sang sahabat dari anak semata wayangnya.

"Gue seneng deh masih ada yang sayang sama gue"

"Regan.."

Lelaki yang dipanggil regan itu menoleh tersenyum simpul pada sahabatnya.

"Gan, tahan ya.. gue janji, gue bakal bawa lo jauh dari iblis itu"

"Gue akan selalu bertahan demi lo, demi tante sama om" kata regan.

Karena cuma kalian yang gue punya.

"Gue percaya, gue pegang janji lo".

.
.
.
.




Pukul 00:15 regan pulang dari apartement farel, minggu ini dia akan merasa lebih lenggang karena Pradiga Tanu Wijaya ayahnya sedang diluar negeri untuk urusan bisnisnya.

"Aku pulang.."

Trak!
Sebuah asbak kayu melintas dengan mulusnya dipelipis regan. Dia tidak menyangka ayahnya akan pulang secepat ini, bukannya harusnya 2 hari lagi?

"A-ayah.."

"Dari mana kamu brandal?! pulang tengah malam merasa tidak saya awasi hah!" ucap pradiga.

"Aku pergi ketempat farel" ucap regan pelan.

"Mau apa kau kesana? bukannya setya dan farel pergi kesingapura untuk menjenguk irene?"

"Mereka sudah pulang tadi pagi. Aku hanya bertanya mengenai kondisi tante irene saja"

Pradiga mendekati regan, mencengkram kuat dagu sang anak semata wayangnya lalu mendorongnya ketembok.

"Kau bertanya mengenai kondisi irene? hahaha!! apakah kau berharap irene mati seperti istriku hah!" teriaknya.

Regana hanya menggelengkan kepalanya ribut. Tidak sama sekali difikirannya untuk berharap seperti itu, dia sangat mencintai irene seperti ibunya yang telah tiada karena hanya irene yang sekarang bisa memberikan kasih sayang seperti yang ibunya dulu berikan.

Cengkraman itu akhirnya dilepaskan dengan kasar oleh pradiga. Dia pandang anaknya dari atas sampai bawah dengan wajah sinis.

"Aku selalu kesal bila berhadapan dengan anak sepertimu regana, sampai aku ingin melenyapkanmu"katamya "Asal kau tau karena mata itu kau tidak aku habisi sampai hari ini, kau harus bersyukur!" ucap pradiga seraya pergi dari tempat itu.

Regana berjalan ke lantai 2 dimana kamarnya berada dia harus segera mengompres pelipisnya agar tidak menjadi biru.

"Shh..hiks"

Selalu seperti ini. Isakan kecil selalu menjadi penemannya setelah hampir 5 tahun, bukan karena lukanya regana menangis bukan lagi karena ucapan jahat pradiga padanya namun berdiri didepan kaca yang memantulkan diri seorang regana itu yang membuat dia menangis.

ReganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang