Chap-2

20 6 1
                                    

20, Maret 2018

Matahari menyinari bumi dengan hangatnya, burung bernyanyi diantara pepohonan sekitar seakan tau bahwa ia membawa kesenangan untuk banyak orang yang mendengar kicauannya. Suasana pagi hari ini sangat asri, udara masih bersih sehingga membawa ketenangan bagi insan yang akan beraktifitas pada hari ini.

Anna mengayuh sepeda berwarna biru, ia tampak tergesa gesa karena hari ini Alan, sang kekasih akan pergi ke negri sebrang untuk menimba ilmu. Ia tidak dapat mengantar Alan sampai kebandara karena setelah ini ia akan mengikuti tes seleksi masuk universitas jadi, ia mendatangi rumah Alan bermaksud untuk melihat Alan sebelum pemuda itu pergi jauh dari pandangannya.

Sepedanya melesat dengan sangat cepat, tepat pukul sembilan pagi ia sampai di rumah Alan, sepedanya ia parkirkan disembarang tempat lalu berlari masuk kedalam rumah Alan. Untungnya pemuda itu masih berada didalam rumah, penerbangannya akan datang pukul sebelas pagi. Manik mata mereka bertemu, keduanya saling salah tingkah dan merasa senang. Senyum keduanya mengembang, sangat indah.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau akan mengikuti tes itu?" Tanya Alan menyelidik.

"Ya, tapi tidak mungkin aku melewati mu. Bodoh,"

Keduanya tertawa renyah, lalu Anna menyalami nenek Alan yang masih terlihat tampak segar padahal umurnya sekitar enam puluhan. Apakah ini faktor genetik? Entahlah, Nenek Alan asli orang Belanda yang telah lama tinggal di Indonesia, ia memutuskan bersama sang suami untuk tinggal dinegri ini karena alamnya yang sangat indah sayangnya, sang suami telah meninggal dunia sejak dua tahun yang lalu dan dimakamkan di tempat asalnya. Jadi, mereka hanya tinggal berdua di negri ini. Kedua orang tua Alan menetap di Belanda, keduanya mempunyai urusan pekerjaan disana. Sesekali mereka datang kenegri ini ketika keduanya memiliki waktu luang.

Rencananya, Alan akan berkuliah dinegri kincir angin. Orang tuanya yang menginginkan pemuda itu untuk kuliah disana, pasalnya sejak umur sepuluh tahun Alan sudah tinggal di Indonesia bersama Nenek namun entah mengapa, ia ingin menghabiskan waktu bersama orang tuanya disana. Rindu dengan rumah.

Sebuah taksi telah sampai didepan rumah Alan, Alan bergegas keluar rumah dibantu oleh Anna dan Nenek yang membawa barang-barangnya.

"Ini untukmu," gadis itu memakaikan gelang berwarna hitam ditangan Alan sebelum pemuda itu menaiki taksi yang dipesannya, Alan menarik sudut bibirnya, tersenyum kecil.

"Tunggulah aku Anna, aku akan melamarmu setelah ini dan menghabiskan waktu bersamamu." Alan mengacak pelan rambut gadisnya.

"Aku ingin dua bayi darimu," bisiknya yang disusul cubitan kecil dari Anna. Terlihat wajah Anna tampak merah sekarang, pemuda ini membuat nya salah tingkah.

"Aku berangkat." Pamitnya pada Anna dan Nenek, setelahnya taksi itu melaju menuju bandara.

🖤🖤🖤

Kini Anna memasuki gedung besar tempat dimana ia harus mengikuti tes seleksi kuliah, dalam hatinya merasa gugup dan gemetar entah apa yang akan ia tulis nanti di lembar soal ujian. Sejauh ini usaha yang ia lakukan sangat gigih sebelum tes seleksi ini berlangsung, semoga ia mendapatkan hasil yang ia harapkan.

Suasana didalam ruang ujian sangat damai, tak ada suara satupun. Pengawas ujian juga sangat teliti dalam mengawasi peserta yang melaksanakan ujian pada pagi hari ini. Anna, sang gadis itu tampak tidak kesulitan dalam mengisi lembar jawaban. Mungkin inilah hasil dari usaha kerasnya, sebelum tes seleksi ini berlangsung Alan selalu menemani Anna belajar, setiap malam. Mereka mendukung keputusan nya satu sama lain, Anna memutuskan untuk mengambil tes Pendidikan bahasa Inggris dan Alan yang memutuskan untuk menimba ilmu di negri kincir angin. Memang sulit untuk menerima keputusan Alan, Perasaaan sedih dapat ia rasakan tapi Anna bukan tipikal gadis manja dimana yang biasanya para gadis lakukan ketika jauh dari sang kekasih, justru ia akan memanfaatkan waktu itu untuk memperbaiki diri lebih baik lagi.

Enam puluh menit berlalu, kini Anna berjalan keluar dari gedung besar itu. Pikirannya masih kalut dengan tes yang ia kerjakan beberapa menit yang lalu, tapi ia bersyukur dapat mengisi semua soal tes seleksi pada hari ini. Tes seleksi berlangsung selama tiga hari dan ia baru menyelesaikan tes seleksi pertama, masih ada dua tes seleksi lagi yang harus ia selesaikan.

Didepan gedung ini terdapat pohon besar, Anna memarkirkan sepedanya disana. Sebelum ia beranjak pergi, ia mendudukkan dirinya diatas rumput rumput nan hijau. Siang ini matahari tidak terlalu terik, mungkin karena ada pohon besar yang menghalangi sinarnya. Anna menghabiskan waktu beberapa saat disana, sebuah pesawat melintas dihamparan birunya langit.  Anna mendongakan kepalanya, "Apakah kau disana Alan? Aku akan berdoa semoga kau baik-baik saja."

Setelah itu, Anna beranjak pulang kerumah.

Anna tinggal berdua bersama Ibunya,  Papanya telah lama meninggal dunia sejak Anna berumur tiga belas tahun, lebih tepatnya saat ia duduk dibangku sekolah menengah pertama. Ibu Anna memiliki sebuah toko serbaguna mulai dari makanan, bahan pokok hingga keperluan sehari-hari ia menyediakan semuanya. Setelah sampai dirumah ia menyalami ibunya dan segera membantu untuk menjaga toko hingga senja tiba.

Malamnya Anna belajar dengan giat, ia merasa ada yang kurang karena Alan tidak menemaninya tapi hal itu tidak menganggu kegiatan Anna belajar justru ia akan membuktikan pada Alan bahwa ia akan lolos tes seleksi itu. Semoga saja.

Tbc

🖤🖤🖤

Heyy hey guyssss!!!!!

Apa kabar kalian semua!??
Semoga baik baik aja yahh!

Iya, ini gue Aceh panggil gue kea gitu aja yaa!

Ini puasa hari ke delapan keanya kalian udah ada yang khatam Qur'an belom!? Kalo ada dm gua plis😭😭👍

Yaudah jangan lupa tebarin vote dan komen komen imut dari kalian 😉😚😙

Dadah ges🗿😌

Ini si Anna ama Si Alan lagi uwuwww2 an cerita nya :v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malam*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang