Sebenarnya apa yang menjadi tujuan manusia menciptakan ilmu pengetahuan? Kekuasaan? Ketenaran? Kekayaan? Atau kehormatan?.
Dengan lancangnya mereka meneriakkan "ini adalah ilmu! Ini adalah anugerah!".
Kau sebut apa itu? Aku menyebutnya kutukan. Sakit sekali saat debu dari pasir berterbangan memasuki mata mu dan kau tidak bisa memejamkan barang sekejap, menjaga sesuatu.Aku terus melihat ke depan, apa ini tidak bisa di hentikan? Suara dentuman sahut menyahut seperti lagu yang naik daun di langit. Sebenarnya apa tujuan mereka menciptakan alat semacam ini!!!!
"Tembak!!!" Seru ku kepada mereka yang langsung mengarahkan moncong senjata nya ke depan. Debu dan darah menjadi satu sungguh memuakkan.
Aku melihat ke arah depan, komandan dari pasukan ku. Dengan terus menembak aku berfikir apakah aku akan di kenang orang jika gugur di sini? Apakah aku akan masuk dalam sejarah jika bertarung untuk negeri? Dan apakah langkah ku benar mengikuti perang ini?
Air mata ku berlinang sungguh tiada hari tanpa teriakan komandan untuk tetap terjaga di pos masing masing. Tangan ku bergetar tak bisakah ini cepat berakhir?
Akh!!
Erang seseorang di samping ku, refleks aku melihatnya dia tertembak di bagian dada nya . Sekilas aku melihat matanya dia menahan air itu, dia sekarat entah apa yang terjadi di keluarga nya jika anak, suami atau ayah nya meninggal karna perang.
Aku kembali berteriak dengan tangan yang terus membidik lawan. Orang itu sudah tidak ada di samping ku dia dibawa oleh seorang suster. Aku dapat melihat punggungnya, dia gadis itu. Gadis naif yang menyerahkan hidupnya untuk menjadi abdi negara.
Gadis yang tau rahasia nya.
-----
Jalan ku terseok-seok karena menahan sakit di sekitar dada ku. Panas sekali saat peluru itu dengan cepat melesat ke tubuhku.
Air mata ku jatuh begitu saja saat mengingat tawa adek ku, dia adalah alasan kenapa aku ada di sini."Permisi, saya buka terlebih dahulu bajumu " suara seorang gadis membuat ku menoleh kepadanya. Dia seorang perawat, dengan cekatan tangan itu mulai merobek kaos yang penuh debu itu.
Tangan ku menahannya, dia menatapku seolah bertanya "kenapa tuan?" Aku hanya menggeleng "tidak, ku mohon jangan di buka tinggalkan aku saja" aku memelas dia semakin bingung.
"Kau butuh pertolongan, tolong biarkan aku menjalankan tugas ku" tanganku meremas jari jemarinya menggeleng lemah.
" Aku tidak akan menceritakan sesuatu tentang mu ke lainnya, aku berjanji " ucap gadis itu membuat aku bingung. Apa dia tau?
"Aku mohon, biarkan aku memeriksa mu" gadis itu bergetar suaranya bergetar tangan nya bergetar bahu nya naik turun mata nya sembab. Tanganku melemah membiarkan dia merobek kaos ku.
Dia tidak terkejut apakah dia tau? Dia bahkan dengan telaten membasuh luka ku dengan alkohol sebelum dia membius ku dan semua gelap. Samar samar aku mendengar dia berkata " kau sungguh berani chaeyoung" gadis itu tersenyum.
-----
"Bagiamana luka mu?" Suster itu bertanya padaku. Aku yang sedang duduk di tepi sungai menoleh ke arahnya, menggeser tempat duduk ku mempersilahkan.
" Cukup mendingan dan terimakasih" ucap ku tanpa melihat ke arahnya.
" itu sudah menjadi tugas ku chae "
" Bukan itu, maksudku terimakasih sudah menjaga rahasia ku" kini aku menatap wajah nya. Wajah dengan mole yang indah di hidung dan bibir atasnya. Dia tersenyum sungguh indah tuhan menciptakan makhluk Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT STORY
Short StorySetiap nambah Cerita nambah hashtag. jika ada persamaan cerita. Ya maaf, saya gak tau [ ceray ] Gak usah baper bawa bawa ke real life ! cuma fanfiction. gak bisa bikin cerita yang long soalnya otak saya tidak memadai aowkwkw. selamat membaca, VO...