THANKS (minayeon)

23 1 0
                                    


Malam itu, ketika dia yang tak pernah mengutarakan apa yang selalu ia pendam, yang selalu saja beradu argument dengan isi kepala nya . Didepan cermin berbicara sendiri soalah pantulan dirinya akan menjawab semua pertanyaannya yang sudah menggunung semenjak semua telah pergi.

Malam itu, aku tersadar bahwa dia mempunyai banyak masalah yang bahkan dia tidak pernah berisik ataupun berbisik tentang apa apa yang ia rasakan. Sungguh, ketika mulut tipis dan pucat itu bergetar dengan air mata yang tak kunjung berhenti dari sumbernya atau mungkin bendungan itu sudah hancur kerena banyaknya air mata yang ia tamping?

" Nay, aku seberantakan itu ya?" gadis rapuh itu bertanya pada ku. Aku menggeleng cepat, bagaimana bisa dia menyimpulkan semua itu ?. "gak usah boong Nay, gue tau kok ... gue emang udah berantakan dari dulu ketutup aja sama sikap cuek gue" Mina terkekeh diakhir kalimatnya.

"lo kok bisa ngomong gitu sih min? sini cerita ke gue kalau ada sesuatu yang butuh loh share" ku tawarkan niat baikku pada mina. Dia hanya melihatku sekilas dan kembali menatap ke depan. Ada yang menarik kah dari seonggok gedung pabrik itu?.

Di sini, di sebuah bale bale bambu dimana aku tak sengaja mendapati mina sendirian. Dia hanya termenung dengan sebatang rokok yang setia ia hisap. "mendung banget gue lihat tuh langit, lo gak mau pulang min?", sambung ku saat mina tak lagi berbicara dan hanya termenung melihat pabrik itu.

"gue pengen sendirian disini eh, elo malah nyamperin gue" jawab mina kembali dengan kekehan khas nya. Putung rokok itu sudah lama ia buang menyisakan bau yang menempel pada kaos mina. Ia tau kalau aku tidak suka asap rokok.

"lo udah makan min?" Mina menoleh kearah ku. Ku dapati wajah mina yang entahlah bagaimana cara mendeskripsikannya. " lo pengen banget ya ngomong sama gue?" kali ini ucapan mina bener bener tetap sasaran. Bagaimana tidak aku ingin mengajak dia berbicara kalau selama ini dia hanya bisa mengangguk ataupun menggeleng jika ada yang bertanya pada nya , bukan kah ini adalah kesempatan langka untuk berbicara dengan mina ?

Aku tidak tahu menahu tentang Mina, yang aku tau dia hanyalah salah satu karyawan di pabrik yang sedari tadi ia pandangi. Pabrik tempat aku berkerja.

" lo kalau mau makan pergi aja, gue masih mau disini " ujar mina sesaat setelah perkataannya tadi "gak ah, gue masih kenyang tadi makan di pabrik, gue cuma nanya aja ke lo"

Satu tetes, dua tetes hingga beribu ribu air mulai turun membasahi bumi yang sedari siang terpapar panas matahari. Aroma khas dari tanah yang terbawa angin menyeruak masuk dalam hidung.

Aku beranjak masuk ke dalam bale bale, tetesan hujan itu membasahi celana ku. Mina – gadis itu masih duduk diam, menyulurkan tangan nya yang sedikit kemerahan itu ke tetesan air.

Aku masih mengamati dia, pandangan nya masih kosong. Lengan kaos nya basah, ia masih diam.

"Nay" panggil Mina dengan lembut.

Aku diam, menunggu mina terus berbicara. "aku ingin pulang"

....

"aku merasa jika hidup ku tak terarah, jika hidup ku tidak akan sampai ke tujuan. Aku merasa, aku manusia tergagal yang pernah di ciptakan – Nya"

aku masih mendengarkannya.

"aku capek sekali nay. Sungguh aku kecapaian, penat dengan segalanya. Aku merasa dikutuk oleh tuhan"

Mina menoleh pada ku, senyuman itu... getir sekali aku melihatnya. Air mata dari gadis yang sedari tadi berbicara itu turun dengan deras, seakan akan ingin menyaingi derasnya hujan.

Aku menarik mina, mendekapnya dengan kuat dapat ku rasakan degupan jantung nya terburu buru berdetak. Isakan tangis yang terlalu menyanyat itu membuat ku menangis. Bagaimana manusia serapuh ini bertahan dalam hidup, bagaimana dia berkelahi dengan segalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE SHOOT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang