1

0 0 0
                                    

"Akhirnya aku sudah menamatkan komik ini, kau harus membacanya, Ayako-chan! Benar-benar akhir yang sangat indah~" Seorang gadis bersurai coklat tua dengan panjang sepunggung itu tengah memeluk sebuah komik shoujo yang baru saja ia selesaikan itu.

"Aku tidak begitu suka shoujo," tolak Ayako seraya memandang temannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia sudah mewajarkan kondisi Kohina ketika membaca komik-komik itu.

Kini mereka tengah berjalan santai menuju taman kota setelah selesai pergi ke toko buku dan mencicipi toko kue yang baru saja launching di hari itu.

"Kenapa?! Apa kau tidak pernah tergoda dengan perut sobek mereka atau hatimu tidak berdebar-debar ketika melihat sang Hero berciuman dengan Heroinenya? Itu sangat romantis!" seru Kohina dengan netra berbinar bagaikan bintang. Gadis itu memang begitu menyukai komik shoujo sejak kecil, membuatnya memiliki tipe laki-laki yang terlalu tinggi dan ingin sesuai dengan tokoh yang ada di komik.

Kohina sama sekali tidak sadar akan bentuk rupanya. Meskipun begitu, memang selama ini tidak pernah ada yang mencoba mendekatinya. Ia hanya pernah sekali pacaran saat SMP itu pun hanya cinta monyet.

"Kohina, kita beda selera. Dan lebih baik kau tidak terlalu tenggelam pada komik itu. Lagipula kenapa kau tidak cari sendiri di dunia nyata?" usul Ayako seraya meminum milkshake yang ia pesan tadi.

"Jika ada laki-laki yang datang kepadaku, aku pasti akan langsung menyukainya!" sahut Kohina seraya mengepalkan tangannya semangat.

Ayako mengerjap. "Apa semudah itu kau jatuh cinta?"

"Ahaha, aku bercanda! Bagaimana bisa aku—"

Karena asiknya berbincang, tanpa mereka sadari, Kohina bertabrakan dengan seseorang dan membuatnya tersungkur ke aspal. Ia mengaduh kesakitan, bagian pantatnya mendarat begitu mulus jatuh ke sana. Komiknya bahkan terpental sedikit jauh darinya.

"Kohina! Kau baik-baik saja?!" pekik Ayako.

"Ugh, siapa sih yang menabrakku—" Kohina tak dapat melanjutkan omelannya ketika melihat sosok yang kini tepat berada di depannya. Wajah orang itu tidak begitu jelas karena membelakangi matahari.

"Maaf, kau tidak apa-apa?"

Ia mengerjap ketika sosok itu mengulurkan tangan padanya, membantu Kohina agar dapat kembali berdiri. Dengan ragu, ia menerima uluran tangan tersebut.

Seketika tubuhnya menegang, netranya tak dapat mengalihkan ke mana pun selain menatap pria tersebut.

'T—tampan sekali!' batin Kohina menjerit. Ia bahkan masih mengenggam tangan pria itu. Enggan untuk melepasnya.

"Ini bukumu," ujar pria itu seraya menyodorkan komik shoujo milik Kohina. Namun, Kohina belum sadar dan tenggelam akan pesona pria tampan dengan surai hitam legam, mata yang tajam, rahang tegas, dan suara yang begitu sopan masuk ke indera pendengaran Kohina.

Ayako menatap horror temannya karena masih mematung bagai patung liberty. Ia menyenggol lengan Kohina. "Kohina, sadarlah."

Kohina mengerjap, ia menggelengkan kepalanya cepat untuk mengusir lamunannya itu. "O—oh, iya! Maaf sudah um ... itu ...," ujarnya terlihat linglung seraya mengambil komiknya. Ayako menepuk jidatnya, penyakit Kohina kumat di saat yang tidak tepat.

Pria itu terkekeh geli dan justru membuat Kohina seakan mendapat ribuan tusukan panah cinta dari langit. Di dalam hati Kohina, ia terus mengucap kata 'tampan' ribuan kali. "Aku yang minta maaf karena tidak teliti. Kalau begitu aku permisi," pamit pria itu dan segera berlalu dari pandangan mereka.

Kohina bahkan berbalik ke belakang, melihat sosok tersebut untuk yang terakhir kalinya. "Aku tidak pernah melihat laki-laki setampan dia ...," ujarnya mulai berimajinasi.

"Lalu kau anggap apa tokoh komik kesukaanmu itu?" tanya Ayako dengan malas.

"Maksudku di dunia kita! Kau harus membedakan itu, Ayako-chan!" gerutu Kohina seraya mengerucutkan bibir mungilnya.

Ayako memicingkan matanya yang sudah sipit itu seraya mengelus dagunya. Ia seperti pernah melihat wajah pria tadi tetapi entah di mana. "Tapi Kohina, aku merasa familiar dengan—"

"Sepertinya aku jatuh cinta pada laki-laki tadi!" seru Kohina dengan perasaan yang berbunga-bunga. Pipinya yang sudah merah dari lahir pun terlihat semakin merona.

"A—apa?!" Ayako menatap horror temannya.

"Dia tipeku dan pasti seseorang yang ditakdirkan untukku!" tambah Kohina semakin membuat Ayako pusing tujuh keliling. Darimana Kohina bisa mengatakan hal yang tak berdasar seperti itu?

"Jangan gila, Kohina! Kau hanya bertabrakan dengannya dan ... kau jatuh cinta?!" pekik Ayako tak percaya.

"Ayako-chan, apa kau tak percaya dengan cinta pandangan pertama?" tanya Kohina memandang iba temannya. Ayako sedikit kesal, karena terlihat seperti dirinya lah yang dikasihani.

"Tidak, aku tidak percaya."

"Kalau begitu sekarang kau harus percaya karena buktinya tepat ada di depanmu!" ujar Kohina sangat mantap seraya menunjuk dirinya sendiri.

Seketika sudut bibir Ayako berkedut, ia sudah tak ingin mendengar omong kosong dari mulut teman bodohnya itu. Ia menghela napasnya, lalu kembali berjalan lagi. "Terserah kau saja."

"Huh? Tunggu aku!" teriak Kohina seraya mengikuti langkah Ayako. "Aku berharap segera dipertemukan lagi oleh orang itu! Ah! Seharusnya aku menanyakan nama atau nomor ponselnya!" racau gadis itu tak ada habisnya.

"Jika kau melakukan hal itu, aku benar-benar tidak mau berteman lagi denganmu."

"Kenapa?!" pekik Kohina memasang wajah memelas.

"Itu memalukan, Kohina ...."

***

Bruk!

Kohina menjatuhkan tasnya, wajahnya tercengang melihat maha karya ciptaan Tuhan yang sudah ia pikirkan selama beberapa hari ini.

Laki-laki itu!

Satu sekolah dengannya!

Kohina menunjuk laki-laki itu dengan tangan yang bergetar hebat. Ia tak bisa menahan rasa bahagianya ketika mengetahui laki-laki tersebut ternyata bersekolah di tempat yang sama dengannya. Dunia begitu sempit!

Laki-laki itu menutup loker sepatunya, saat menoleh dan mendapati Kohina yang tengah menunjuk dirinya dengan raut wajah seperti baru saja melihat hantu. "Oh? Kau yang ... saat itu."

"K—kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Kohina, pertanyaan yang sangat bodoh.

Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya, heran. "... aku memang sekolah di sini." 

"Kohina, kau lama sekali—" Ayako pun seketika membeku melihat pemandangan tersebut. Ia menatap mereka secara bergantian. "Sudah kubilang aku pernah melihatnya!" seru Ayako karena dugaannya tepat. Namun, ini menjadi pertanda mengerikan untuk kedepannya. Ia segera menghampiri Kohina yang masih membeku di sana. "Kohina, kau masih ada di sini, kan?" Ayako menepuk kedua pipi temannya.

Kohina mengangguk pelan membuat Ayako bernapas lega. Netranya membulat ketika Kohina menghampiri laki-laki tersebut.

"Tuan yang sudah bertabrakan denganku, siapa namamu?" tanya Kohina tanpa basa-basi.

"... Naitou ... Renya," jawab laki-laki itu sedikit terkejut.

Sudut bibir Kohina terangkat ke atas, ia tersenyum manis pada laki-laki yang bernama Renya tersebut. "Mohon bantuannya!"

Renya mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan apa yang dikatakan gadis itu. "Apa maksudmu?"

"Aku menyukaimu! Mohon bantuannya untuk membuatmu juga bisa menyukaiku, Naitou-kun!"

Seketika semua yang sedang berada di sana tercengang dengan pernyataan Kohina. Ayako, sudah tidak dapat diartikan lagi reaksinya. Ia benar-benar dibuat gila oleh temannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're My Soulmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang