Terdengar suara kicauan burung, ada begitu banyak burung yang berkicau.
"Huu.." Aku pun terbangun.
Pandangan pertama yang aku lihat adalah dedaunan hijau, itu berasal dari semak semak diatas lubang. Saat tanganku bergerak, terasa menyentuh tanah.
Ku coba menggerakkan tubuhku, namun rasa sakit seketika menjalar ke seluruh tubuh. Kemarin aku bertarung habis habisan, untung saja masih hidup. Aku pun berusaha mengangkat badanku untuk melihat kondisi tubuhku, ada banyak luka goresan pedang di seluruh badanku, dengan luka sebanyak ini aku heran kenapa masih hidup.
Pergelangan kaki kiri ku patah, lengan kananku terluka parah, ada pedang pendek yang masih menancap sampai menembus disana. Aku memeriksa tangan kiri ku, biarkan saja pedang itu masih tertancap, kalau aku cabut sekarang maka hanya akan mengalami pendarahan. Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, maka aku hanya akan mati karna kehabisan darah.
Aku menarik kerah bajuku lalu ku gigit, perlahan lahan menarik kaki kiri ku untuk mendekat dengan tangan kanan.
"Ngg.. ngghh.. NGGHH.. NGGHH!!"
Krek.. krek.. krek!
"Aahh.. aahh.. haah.."Berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki posisi pergelangan kaki ku yang bengkok, menggigit kain sekuat tenaga dapat mengurangi rasa sakit, tapi yang terpenting segera perbaiki kondisi tulang jika mengalami masalah seperti ini. Jika tidak diperbaiki segera, maka kemungkinan kondisi tersebut akan tetap seperti itu secara permanen, jalan terakhir adalah operasi.
Aku mencoba berdiri, saat itu aku melihat ada mayat yang tergeletak disana. Kulitnya berwarna hijau kekuningan, tangan dan kakinya dipenuhi cakar yang tajam. Kepalanya hancur, tampaknya bagian kepala yang aku pukul berkali kali dengan tongkat sampai dia mati.
Aku memeriksa keadaan sekitar, ada jalan tanjakan kecil yang menuju keatas, tampaknya aku tak perlu memanjat untuk keluar dari lubang. Ku ambil tongkatku, bagian atasnya berlumuran darah, walau begitu aku tetap menggunakannya sebagai alat bantu berjalan.
Berjalan dengan pincang, aku harus menemukan tempat istirahat lain. Memanjat pohon sungguh tidak mungkin, di lubang yang tadi juga tidak bagus. Beristirahat di dekat mayat hanya akan berakibat buruk, perlahan pasti dagingnya akan membusuk, itu hanya akan menyebarkan penyakit. Dan mungkin akan ada hewan buas yang tergoda dengan bau darah, juga kemungkinan lainnya teman teman makhluk itu.
Aku mengambil ranting dan tanaman menjalar, mengikat kakiku yang patah juga tanganku yang terluka. Beristirahat di pinggiran tebing, tidak ada pilihan lain. Bersembunyi di semak akan sangat beresiko, mungkin ada ular atau serangga berbisa yang suka bersembunyi di tempat lembab.
Setelah beberapa saat, aku kembali melanjutkan perjalanan. Seluruh tubuh ini terasa menyakitkan, namun aku harus segera mencapai sumber air. Membersihkan luka adalah hal utama saat terluka, infeksi luka bisa menyebabkan demam sampai paling parah kematian.
Setelah berusaha mati matian akhirnya aku mencapai air terjun, ada kolam kecil yang terbentuk, aku segera bergerak kearah sana. Aku sangat ingin merendamkan seluruh badanku dalam air, tapi aku tak tahu apa apa tetang makhluk yang hidup di dalam air.
Mungkin saja disini ada piranha, jika kondisiku dalam keadaan baik baik saja maka itu tak masalah, ikan omnivora itu tak akan memangsa manusia yang sehat. Tapi kondisiku sangat buruk saat ini, ada luka dimana mana, juga bau darah mungkin akan memancing mereka untuk memangsaku.
Aku duduk disamping kolam, mengambil air perlahan dengan tanganku, untuk minum juga membersihkan luka. Rasanya perih ketika lukaku disirami air, tapi aku bisa menahannya.
"Gyah gyah"
"Gwaa"
Seketika aku terkejut saat mendengar suara itu, aku ketakutan tapi aku tetap menoleh kearah suara itu, makhluk itu ada disini. Ada 2 disini, mereka berdua membawa ember kayu, tampaknya datang untuk mengambil air.
YOU ARE READING
Healer in Trumdale
AdventureKisah petualangan seorang healer di dunia lain, Trumdale. Dipadukan dengan genre survival adventure, juga serta panduan bertahan hidup yang nyata.