Chapter - 25

414 50 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pattsss!!

Lampu tiba-tiba menyala, membuat orang yang di sinari cahaya lampu tersebut langsung merasakan silau karena pancaran cahaya yang secara spontan menusuk masuk ke dalam Indra penglihatannya.

Tersangka, Analog-Man duduk di sebuah meja persegi yang ada di dalam ruangan tersebut, hanya ada sebuah lampu yang menemaninya di dalam ruangan yang sangat luas dan tinggi tersebut.

Pria tua itu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan tersebut, sangat luas dan juga tinggi, terlihat di setiap sudut ruangan terpasang sebuah kamera pengawas yang dilengkapi persenjataan bius yang berguna apabila tersangka yang hendak diintrogasi melawan atau mengamuk. Melihat penjagaan yang super ketat tersebut Analog-Man hanya bisa pasrah. "Cih, sialan." Dengan begini sudah tak ada harapan sedikitpun bagi dirinya untuk bisa kabur dari tempat ini, sedikit saja ia bertindak ceroboh maka dirinya akan berakhir pingsan oleh peluru bius yang di kamera cctv tersebut. Pandangan mata Analog-Man lalu tertuju ke sosok pria yang berdiri menatapnya dari balik kaca yang ada di lantai dua. Analog-Man menatap tajam orang tersebut seolah mereka sudah saling mengenal, walaupun kenyataannya tidak demikian. Sosok pria paruh baya berbadan tinggi tegap dengan kumis hitam panjang yang menghiasi wajah gahar nya balik membalas tatapan tajam Analog-Man.

Kreeekk....!!

Pintu ruangan tersebut tiba-tiba terbuka. Dua orang Agent MATA, pria dan wanita masuk kedalam ruangan tersebut. Si wanita dari yang berasal dari Pilar Inviso langsung duduk di bangku yang ada di seberang Analog-Man sambil mengeluarkan sebuah buku kecil dan pena, sedangkan rekannya, si pria yang berasal dari pilar Neuro mengambil posisi di belakang si wanita sambil menyandarkan punggungnya di dinding.

"Apa yang kalian inginkan dari orang tua seperti diriku??"- Tanya Analog-Man memecah keheningan ruangan tersebut.

Si wanita hanya melirik sekilas kearah Analog-Man lalu ia melanjutkan kegiatan menulisnya.

Analog-Man yang merasa di cuekin oleh wanita di depannya langsung melemparkan tatapan tak suka.

"Kalian pikir kami akan dengan senang hati membantu pekerjaan kalian?? Mengungkap identitas mereka, memberikan informasi dimana letak markas mereka atas dasar rasa kemanusiaan dan keadilan, begitu??....Hm, percuma, kalian hanya membuang-buang waktu."- ujar Analog-Man dengan sarkas.

The Revenge Of Elementals----{ Book.1 }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang