Sosoknya berjalan lamat-lamat, terhuyung-huyung sembari menyeret sebilah pedang yang berlumur darah. Ia berjuang menuju tempat itu, tertatih-tatih. Setiap langkahnya meninggalkan jejak cairan merah segar yang mengalir dari luka-luka menganga di sekujur tubuhnya.
“Ella, Ella... sudah kubalas....” Ucapnya perlahan. “Biarlah bangkai mereka dimakan anjing dan membusuk di neraka! Ha...ha...!” Suara tawanya yang serak terdengar kasar dan terengah-engah. Ia bersimpuh di sebuah gundukan yang terletak di samping sebuah pohon. Tempat di mana takdir memeluk Ella-nya yang bermata hitam, bibir semerah ceri dan kulit seputih susu. Gelap hatinya kala itu, segelap malam tanpa purnama, ketika ia meraung meratap, bersumpah membalas mereka yang telah merampas wanitanya.
Sekarang ia terkulai, usai memenuhi janjinya. Lemas nyaris meregang nyawa. "Ella…. Aku… merindukanmu.” Nafasnya tersengal satu-satu. Matanya terpejam perlahan. Kala maut merayapi tubuhnya, ia pun berbisik, “Aku… akan menemukanmu... Ella.”
***
“Aaahhh…. Blake…" Terdengar suara desahan wanita itu memanggil namanya, ketika ia dengan mahir meremas lembut buah dada yang bulat kencang dan menggantung sempurna. Jemarinya membuat wanita itu menggeram, mendesah, melengkungkan tubuh, seraya mengaitkan kaki guna meningkahi ciuman menggoda dari bibirnya yang piawai memberikan surga badani.
Suara wanita itu sekarang terdengar menjadi racauan permohonan. Ah ya, ia memang mampu membuat wanita pemilik tubuh sintal yang sedang ia gulati menggelinjang, hingga mengeluarkan rintihan asa untuk menginginkan lebih dari sekadar ciuman dan belaian.
Akhirnya, setelah pergulatan panjang rupa hewani di antara mereka, ia mendengar wanita itu kembali menjerit ketika mencapai puncak untuk yang kedua kali, sebelum sensasi yang datang pun menghentak-hentak, ikut menyeretnya melenting dalam pusaran kenikmatan seribu zaman, membuatnya melenguh puas.
Sesaat kemudian hening… hanya terdengar deru nafas yang perlahan mulai teratur.
Wanita molek yang sedang berbaring tanpa busana sehelai pun di sampingnya memang menggairahkan dengan buah dada yang kenyal, terasa penuh dalam tangkupan jemarinya, bokong yang padat nan indah, tubuh dengan lekukan yang tepat. Erotisme liar kaum hawa dari permainan ranjangnya, benar-benar memberikan kepuasan birahi yang hebat. Perpaduan yang nyaris sempurna.
Tapi wanita ini bukan Ella… ia menghela nafas berat dan menghembuskannya dengan cepat, bukan…!
Di mana kau Ella? Mengapa aku belum menemukanmu?
“Aku akan pergi,” ucapnya usai membersihkan diri di kamar mandi dan mengenakan pakaiannya kembali.
Wanita itu mendongakkan kepala dan memandangnya.“Maksudmu?”
"Kita tidak akan bertemu lagi," ucapnya pendek.
Wanita itu menyipitkan matanya dan menatap tanpa ekspresi. “Aku harap servisku memuaskan,” desisnya dengan mulut nyaris terkatup.
“Sangat.” Ia tersenyum malas sambil mengedipkan sebelah matanya.
***
“Aku tidak mau melihat anak haram dari wanita sundal itu dirumah ini!!!” Suara melengking menyerupai jeritan dari wanita iblis itu menyapaku di hari pertama menjejakkan kaki di rumah itu.
“Maaf, Nyonya.Dalam surat warisan Tuan besar, anak ini yang akan memiliki setengah dari hak kepemilikan rumah, dan harta yang ada. Jadi anda tidak dapat mengusirnya.” Jawaban tenang pria yang membawaku, membungkam mulut wanita itu. Tidak ada kata yang terucap kembali, hanya sorot mata berlumur kebencian yang menandai mulainya hari-hari bagai neraka dalam hidupku.