Chapter 2

10 1 1
                                    

Mentari pagi terbit pada waktunya. Pagi hari menyapa dengan indah. Aku terbangun mendengar suara berisik di dalam rumah. "Ah, mungkin Ibuku yang sedang beres-beres rumah," gumamku. Seperti biasa, aku sedikit malam untuk bangun dan pergi ke sekolah.

"Andreeee, bangun!!!," ucap Ibuku dengan sedikit berteriak.

"Iyaa bu, ini Aku sudah bangun," jawabku pelan.

Hari ini Ibuku tidak seperti biasanya. "Mungkin karena sedang jadwalnya," pikirku.

Tanpa pikir panjang, aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah.

"Makan dulu!" tegur Ibuku.

"Iyaa bu, ini mau makan,"

Aku makan dengan sedikit tergesa karena mengingat jarak rumah ke sekolah lumayan jauh. Dengan sepeda warisan kakek, aku bergegas menuju sekolah. Terik matahari cukup panas pagi ini.

"Ah, aku lupa pake jaket lagi," gerutu ku kesal.

Dengan kulit yang sudah terbakar, akhirnya aku tiba di sekolah.

"Hei! Abis lari pagi, Ndre?" ledek temanku.

"Hmm, biasa lah, lupa bawa jaket, Ton," jawabku kesal.

"Hahaha! Pantesan, agak sedikit gelap,"

"Apaan sih!"

Dengan wajah meledek, Anton menatapku. Dia teman sekelasku. Anton, lelaki tinggi berkulit sawo matang dan rambut belah dua adalah sahabatku. Jadi, sudah biasa dia meledek seperti itu.

Seperti biasanya, aku dan Anton selalu duduk berdampingan. Dia paham betul seperti apa aku dan seperti apa kehidupanku. Ia selalu menjadi penghibur saat au teringat masalah dan saat aku sedang sedih. Walaupun dia sendiri banyak masalah sih.

"Mbrrmmm...mbrrrmmmm...mbbrrmm,"

Terdengar suara motor keras di dekat kelasku.

"Motor siapa Ton?"

"Lah, mana gua tau Ndre, sebelum ini kayaknya ga pernah ada deh,"

"Iya, aku juga bingung,"

Aku dan Anton pun melihat keluar.

"Ini siapa sih yang bawa sepeda ke parkiran motor!" ucapnya keras.

Sontak aku pun kaget mendengarnya. Karena mungkin itu sepedaku.

"Itu sepedaku," jawabku sedikit takut.

"Oh. Pinggirin dong, gua mau lewat! Motor baru nih!" tuturnya sombong.

"Eh lu! Jalan masih lebar kali! Ngapain lewat yang sempit! freak!" ucap Anton membelaku.

"Terserah gua dong! Orang kaya bebas!"

"Udah Ton, biar aku singkirin aja,"

Anton menatapku aneh. Mungkin dia berpikiran jika aku terlalu mengalah untuk orang seperti itu.

"Nah gitu dong!" ujar Gery.

Gery, lelaki tampan tapi arogan merupakan kakak kelas kami. Ia baru saja membeli motor mahal dan membawanya ke sekolah.

"Ngapain sih lo ngalah terus sama orang kayak dia!" tegur Anton.

"Lagian dilawan juga ga ada gunanya,"

"Aneh lo emang Ndre,"

"Biarin"

Kejadian barusan membuat rasa iri ku timbul. Sebenarnya aku ingin sekali menaiki motor jika ke sekolah. Karena kalian tau sendiri, jika ke sekolah naik sepeda pasti bercucuran keringat. apalagi jarak rumahku yang jauh.

Namun apa boleh buat, aku harus paham dengan kondisi kehidupanku, terutama kondisi Ibuku. Meskipun rasa iri itu timbul, tetapi aku tetap harus sadar diri dengan aku yang sekarang. Boro-boro beli motor, sepeda aja warisan dari kakek, tidak mampu buat beli.

Bel istirahat pun berbunyi. Aku dan Anton menuju ke kantin untuk membeli jajanan.

"Eh Ndre! Liat tuh!," ujar Anton sambil menepuk pundakku.

"Apaan Ton?" tanyaku bingung.

"Ituu. Girl of your dreams!"

Aku kaget mendengarnya. Sontak saja aku melihat ke arah yang Anton tunjukkan. Benar saja, aku terkejut melihatnya.

Tak disangka, aku bertemu kembali dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RINAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang