"Nik, aku dijodohin!"
Perkataan gadis berhijab seolah terdengar merambat bersama angin yang berembus lembut. Gadis lain yang tengah terduduk di sampingnya seketika membulatkan mata sembari berteriak saking terkejutnya.
"Edan! Jaman opo iki? Dijodohke?"
Alisya mengangguk sembari tersenyum kecut. Sedangkan temannya, Menik, masih tidak percaya akan perkataan gadis yang masih menatapnya.
"Emang kamu ini suka sama laki-laki to? Bukannya udah enggak sejak kejadian dulu itu?" tanya Menik mengejek.
"Hus! Waton kamu, Nik! Yo aku masih normal to. Cuma memang, hatiku masih belum sepenuhnya sembuh. Padahal udah kelewat 5 tahun." Helaan napas terdengar memenuhi teras rumah dengan suasana sejuk karena rimbunnya pepohonan di halaman.
"Pokok e inget ya, Nik, omonganku ini. Hal yang tidak bisa dipercaya itu, ya perasaan manusia. Sekarang bisa cinta mati. Besok bisa-bisa mateni! Nglarani ati!" imbuh Alisya.
Suara tawa mulai menggema. Menik mengejek temannya yang sedang menyindir tentang pengalamannya dulu. Alisya Ayu Ardani, gadis yang tidak bisa lagi disebut gadis karena usia yang sudah memasuki 27 tahun. Jomlo, cantik, solehah, meski dulunya bak preman pasar.
"Gimana? Masih keinget to? Move on! Move on!" seru Menik sembari mengepalkan kedua tangannya penuh semangat.
Tidak menjawab perkataan gadis sepantarannya, Alisya justru tersenyum sembari menatap ke arah langit cerah yang membentang. Perlahan ingatan akan masa lalunya ikut hadir menyapa hati yang menyimpannya dengan baik.
***
"Aku enggak bisa bayangin, kalo kamu pergi dari hidupku, aku gimana nantinya."
"Sabar ya, dua tahun lagi InsyaAllah. Mas halalin kamu, Dek!"
Beberapa kalimat yang teringat, selalu menjadi memori indah, tetapi terkadang timpang tindih dengan ingatan lain yang menyakitkan.
"Kok malah kayak jadi beban buat aku, kayak harus bahagiain kamu buat aku."
"Udah, kita jalani aja ... sebagai teman ...."
Banyak ingatan lain yang selalu bertolak belakang. Terkadang memberi isyarat Alisya untuk maju, tetapi di saat bersamaan juga meminta gadis itu untuk mundur.
Tidak sekali dua kali gadis itu mengalami keraguan. Ia tak mampu bertahan, tetapi tidak ingin mengakhiri pula. Rasa sayangnya seakan kian membesar seiring berjalannya waktu. Bahkan sikap Nala Wita Nugraha yang keras, hanya membuat gadis itu mengelus sabar.
***
Nala sendiri adalah mantan kekasih Alisya saat keduanya duduk di bangku sekolah menengah atas. Kedua remaja asal Yogyakarta hanya sempat menjalani hubungan singkat yang kala itu terus menghantui hati Nala.
Laki-laki tampan berkulit sawo matang sangat mencintai Alisya. Namun, gadis yang masih diselimuti oleh emosi remaja pergi meninggalkannya dan memilih lelaki lain. Meski begitu, Nala masih selalu ada di samping Alisya selama bertahun-tahun.
Perasaan yang sama, perhatian, dan sikap lembut Nala seakan hanya milik Alisya meski seiring berjalannya waktu laki-laki itu sudah memiliki kekasih lain. Sebenarnya Alisya menyadari hal tersebut. Namun, gadis itu tidak tahu harus merespon apa. Ia merasa senang, tetapi di saat bersamaan hanya ada rasa yang biasa.
Bukan berarti tak ada. Alisya sebenarnya sesekali tertarik kepada Nala saat mereka bertemu hanya untuk berkumpul dengan teman, atau berbuka puasa bersama di setiap tahunnya. Gadis itu juga merasa nyaman saat mereka saling bertukar pesan singkat meski hanya sesekali. Namun, lagi-lagi hal tersebut masih belum membuat Alisya sampai benar-benar menggila.
Perasaan yang terkadang datang dan pergi itu, akhirnya benar-benar merekah di usia keduanya yang menginjak 22 tahun. Alisya yang sudah jarang berhubungan dengan Nala, kembali saling beradu pesan di suatu malam.
Kala itu Nala yang memulai. Laki-laki yang sudah satu tahun menjomlo mengomentari sebuah kalimat yang Alisya posting di aplikasi chatting. Mendapat respon positif dari Alisya, keduanya melanjutkan percakapan hingga larut. Meski biasanya hal sama terjadi, tetapi kali ini berbeda. Sebab, biasanya mereka akan langsung berhenti mengirim pesan dihari yang sama. Sedangkan kali ini, pesan mereka tidak terputus sampai sebulan lamanya.
Nala : Tumben ya, Al.
Alisya : Tumben apa?
Nala : Kita bisa chatting sampe lama gini. Biasanya langsung udahan.
Percakapan yang sederhana, mampu memancing banyak hal. Mulai dari senyum yang terukir di bibir masing-masing. Bahkan perasaan senang yang masih tidak bisa keduanya definisikan.
Hari berganti, pesan yang saling menyahut semakin intens. Canda tawa dan keluh kesah keduanya lontarkan seolah mereka menjadikan satu sama lain sebagai tempat pulang. Rasa nyaman pun perlahan menyelimuti hati Alisya. Memang benar pepatah Jawa, "Witing tresna jalaran saka kulina". Cinta memang bisa tumbuh karena kebiasaan, seperti yang tengah dirasakan oleh Alisya.
Senyum merekah, setiap harinya terukir di wajah cantik Alisya. Ia senang membaca pesan dari Nala meski terkadang laki-laki itu mengirim pesan tidak jelas. Namun, di tengah hal tersebut, wajah gadis cantik itu seketika merona saat membaca pesan geram Nala kepada dirinya.
Nala : Bukan begitu, Zeyeng. Lola ah!
Alisya : Wkwk ya maaf, kan aku enggak paham.
Percakapan acak mereka tentang game, membuat Alisya yang tidak paham menjadikan Nala gemas dan kesal di saat bersamaan. Namun, berbeda dengan laki-laki itu, Alisya justru terfokus pada panggilan yang Nala lontarkan. Ia tidak menyangka akan mendapat panggilan itu dari Nala.
Di satu sisi karena ingin mengakhiri percakapan yang membuat Nala kesal, laki-laki itu mulai mengirim pesan lain.
Nala : Al, video call yok?
Deg! Deg!
Jantung berdetak dua kali lipat dari semestinya. Alisya merasa gugup akan ajakan laki-laki tersebut. Ia malu dan panik di saat bersamaan karena selama ini dirinya tidak pernah melakukan panggilan video dengan siapa pun.
Alisya sontak menolak ajakan Nala dengan hati-hati. Gadis itu berkata kalau dirinya tidak suka melakukan panggilan video. Meski sudah menjawab, Nala lagi-lagi bertanya, "Kenapa?"
Gadis yang selalu merasa tidak enak hati mulai bingung harus menjawab apa. Terlebih lagi alasan utamanya sudah ia lontarkan.
Alisya : Ya enggakpapa. Aku enggak biasa aja video call, Nal!
Nala : Mulai dibiasaain. Aku buat kamu kebiasa ya?
Belum sampai membalas pesan Nala, panggilan video dari laki-laki tersebut sudah menyapa layar ponselnya. Jantung Alisya lagi-lagi dibuat berdetak lebih kencang. Gadis itu sangat gugup . Namun, ia pun akhirnya menjawab panggilan dari Nala.
"Nah, gitu dong. Diangkat!" seru Nala.
Bukan berfokus pada kalimat yang laki-laki itu ucapkan, Alisya justru terfokus pada paras Nala yang membuatnya tidak ingin berpaling. Semua resah yang gadis itu rasakan perlahan mulai memudar. Alisya mulai rileks berbincang dengan Nala dari balik layar telepon.
Gadis itu tidak sekali dua kali dibuat salah tingkah karena tatapan lembut Nala. Terasa jelas tatapan penuh kasih laki-laki itu hingga membuat Alisya merasa malu. Ia bahkan berkali-kali meminta Nala untuk berhenti menatapnya. Namun, seolah tidak mendengar ucapan Alisya, Nala justru semakin dalam menatapnya diiringi senyum lembut yang melelahkan hati.
Dipublikasikan: 15 April 2022
Mahina 'Ai
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
Teen FictionAlisya dijodohkan oleh orang tuanya di saat hatinya masih disuguhkan untuk masa lalunya. Gadis yang belum pulih dari luka lama, harus bersiap menjalin hubungan dengan orang yang belum pernah ia temui. Namun, di saat siap menerima hati yang baru, ga...