01

12 1 0
                                    

Di dalam ruangan yang didominasi oleh warna putih, dua pasang mata saling menatap dengan tujuan yang berbeda. Pihak laki-laki menatapnya khawatir dan berusaha untuk meyakinkan sementara  pihak  perempuan berusaha mencerna dan mencari kejanggalan.

Jihoon, laki-laki itu yang telah menemani Anneliese sepanjang malam, menunggu gadis itu siuman.

Hembusan nafas dan senyuman hangat mengalihkan perhatian Anneliese. Sorot matanya tak lepas mengikuti kemana pun Jihoon bergerak.

"Jangan terlalu dipikirin, pesan dokter kamu ga boleh banyak pikiran." Jihoon berbicara pelan tanpa menatap Anneliese.

2 jam yang lalu, dokter datang untuk mengecek kondisi Anneliese yang baru  siuman. Akibat kecelakaan kemarin, Anneliese kehilangan separuh ingatannya. Hal ini didukung oleh riwayat kesehatan mentalnya.

Sebelum insiden itu terjadi, Anneliese telah beberapa kali pergi ke psikiater untuk healing. Ia membutuhkan ahli agar dirinya tidak semakin down. Keluarga yang berantakan dan kurangnya peran orangtua serta beberapa tekanan membuatnya seakan ingin menyerah untuk hidup.

Karena kondisi itulah yang membuat ia sempat depresi ringan dan karena insiden itu ingatannya terhapus 30%

Ia merasa asing dengan laki-laki yang sedang bersamanya, namun mendengar apa yang Jihoon ceritakan menciptakan sekelebat ingatan. Ia seperti melihat sesuatu, namun ia tidak tahu apakah itu.

"Mau makan pisang? perutmu kosong sejak kemarin karena kamu pingsan." Jihoon mengupas buah itu kemudian menyodorkan dengan lembut.

"Tadi yang kamu cerita, dulu kita ketemu dimana?"

"Kedai jus. Kamu suka banget minum jus dan makan salad buah. Kita sering antri bareng karena jam kita dateng itu selalu sama."

"Terus ... gimana kita bisa deket? Kamu tadi bilang kita itu deket banget."

"Kita tukeran nomer dari awal, dan sering ngobrol sampe larut malem."

"Sampe malem? Agak aneh ya ..." Anneliese merasa kebingungan dan berupaya mencari jawaban dalam pikirannya.

"Aneh... gimana maksudnya?"

"Aneh aja telfon sampe larut malem. Kita ngelewatin batas, kayak orang pacaran."

JIhoon terkekeh dengan ucapan Anneliese. Jihoon memegang bahu kiri Anneliese dan berucap.

"Ada banyak hal yang kamu lupain dan akan sulit buat diulang. Jadi, lebih baik kita mulai semua dari awal. Ijinin aku buat bisa terus sama kamu, karena aku ga mau kamu terluka lagi..."

"... kalau kamu udah inget semuanya, pasti kamu ga akan mau buat ilang ingatan lagi hehe." Jihoon terkekeh diakhir kalimatnya.

"Yang aku ingat, sebagian besar sahabatku udah punya circle masing-masing. Kalau apa yang kamu bilang barusan itu bener, aku pengen kamu gak ninggalin ku nantinya. Kalau ada pilihan, biar aku aja yang ninggalin kamu duluan."

"Kenapa akhirnya gitu, hm ? ga aka ada dari kita yang saling ninggalin."

"Ehm, aku pegang ucapanmu." Ucap Anneliese sembari tersenyum.

Hanya Jihoon yang menemaninya di sini, padahal mungkin saja laki-laki itu punya kesibukan sendiri. Dia rela berada di ruangan ini bersamanya.  Jihoon orang baik, Anneliese memantapkan hatinya.

───── ・ ・ ・ ・ ✦ ・ ・ ・ ・ ─────

2 hari berlalu, Anneliese sudah diperbolehkan pulang. Jihoon hendak mengantarkannya, ketika di dalam mobil mereka hanya saling diam dengan melirik satu sama lain.

METANOIA  ㅡ JIHOON 박 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang