"LILY BANGSAT! BALIKIN GITAR GUEEEE!"
Pagi-pagi sekali, suara Dinda sudah kedengaran memekakkan telinga membuat seisi rumah jadi terganggu, suaranya Dinda barangkali sampai kedengaran sama tetangga. Bahkan Chindar yang masih tidur pun terbangun gara-gara teriakannya Dinda.
"Mana Lily?!"
Carissa, Naira dan Findri yang lagi makan di ruang makan pun kompak balik menatap Dinda yang sekarang, cewek itu lagi masang muka galak yang amat menyeramkan. Naira sampai gak berkutik dibuatnya.
"Udah pergi." balas Findri.
Aura mencekam makin terasa disekitar Dinda. Cewek itu gak bilang apa-apa, dia langsung berbalik badan, kemudian melangkah dengan langkah gusar.
Setelah wujud Dinda telah menghilang dari pandangan mereka, Naira menghela nafasnya panjang nan lega. Sumpah, Naira dari tadi nahan nafas karena takut banget Dinda bakalan ngamuk.
"Apaan sih, pagi-pagi berisik banget!"
Chindar datang dengan wajah bantalnya. Matanya menyipit, masih merasa ngantuk. Cewek itu mengambil gelas dan menuangkan air sampai penuh, lalu meneguknya sampai habis.
"Biasa. Lily ma Dinda." sahut Carissa.
Chindar cuman manggut singkat sambil bergumam oh, "Heran, tuh anak hobi banget bikin Dinda naik darah."
"Ya, namanya juga Lily." celetuk Naira.
Naira menyelesaikan makanannya lebih dulu. Peralatan makan yang dipakainya disimpan di wastafel, kemudian menyambar tas selempang miliknya yang ia letakkan di atas meja.
"Duluan, ya. Ojol pesenan gue udah nunggu diluar." pamit Naira, ketiga temannya hanya mengangguk.
Carissa dan Findri masih melahap sarapan mereka. Sedangkan Chindar kembali ke kamarnya, melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.
"Huuft, selamat!"
Lily menghela nafasnya lega saat wujud Dinda tak nampak mengejarnya. Dia lari dari rumah dan jalan keluar dari kompleks perumahan buru-buru bawa gitar punya Dinda. Kalau nunggu pesen ojol dulu, yang ada, Lily sekarang udah kena bogem duluan sama Dinda.
Sekarang, Lili tengah berada di tepi jalan raya. Jadinya milih naik angkot aja daripada pesan ojol. Toh, letak kampusnya di tepi jalan dan gak masuk lorong. Tinggal lurus aja, udah nyampe.
Sambil nunggu angkot, Lily meneduh disebuah toko yang masih tertutup, sesekali dia sembunyi di gerobak bakso yang ada di toko itu. Siapa tau ketemu Dinda di jalan gitukan.
"WOI! NGAPAIN LO?!"
Lily menyembulkan kepalanya, menatap sosok yang berteriak kepadanya. Seorang cowok yang rambutnya sedikit lebih panjang dari rambutnya yang rambut depannya disisi kanan berwarna pink fanta. Senyumnya merekah mendapati sosok yang familiar baginya.