D'Clause

265 8 0
                                    

D'Clause
[ Fantasy - Romance Story ]

🍂🍂🍂

Bicara kembali ke perjanjian yang telah dia buat beberapa tahun yang lalu. Xema memberikan kepercayaan kepada tetua dengan alasan mimpi. Mimpi yang menurutnya sangat menakutkan, bahkan membuatnya masih terbayang-bayang sampai sekarang.

"Sudah kubilang bahwa mimpi adalah bunga tidur," kata pria berjanggut tebal yang memegang gelas besi.

Xema hanya diam sesekali memuntir cerutunya yang hampir habis, bukan karena dihisap melainkan terkena udara dingin.

"Kau tahu apa tentang masa depan, Carlos?!" gumam Xema sambil menatap pria paruh baya di depannya. "Aku tidak memintamu untuk memikirkan hidupku!"

Carlos hanya memiringkan senyumnya dan menuangkan kembali cairan merah dari botol kaca. "Berapa kali aku memperingatkanmu untuk tidak percaya pada kata-kata para tetua. Tapi ... kau bahkan tidak mendengarkanku."

Sedikit lagi!

Xema melemparkan kursi di sebelahnya, membuat benda yang terbuat dari kayu itu menjadi abu. Abu hitam beterbangan bersamaan dengan abu cerutunya. Mendominasi ruangan yang perlahan menciptakan siluet kecil, kemudian menjadi ular.

"Medusa sudah mati, Xema, dan kaulah yang membunuhnya," kata Carlos di akhir.

Beberapa dekade yang lalu, pertarungan antara Xema dan iblis ular tidak bisa dihindari. Xema yang awalnya bertarung dengan Aslan—kakak perempuan ular itu—untuk alasan yang tidak terlalu wajar. Xema tak sengaja menabrak anak anjing yang tiba-tiba menyeberang.

Xema yang saat itu sedang terburu-buru karena ada sesuatu yang mendesak di tempat kerjanya, langsung tidak menghiraukan dan memilih pergi.
Namun, tak disangka ada seorang pria yang meminta pertanggungjawaban menunggu di depan rumahnya. Pria bertelanjang dada itu membawa seekor anjing putih berlumuran darah.

"Kenapa kau membunuhnya?" Tatapan pria itu begitu pahit hingga membuat Xema sendiri terkesiap.

Xema hanya terdiam sambil menatap anjing yang ternyata terbungkus baju pria itu.

"Jawab aku, kenapa kau membunuhnya, Sialan! Kenapa kau membunuh Mira-ku?!"

Xema menatap pria itu sambil berkata, "Maafkan aku, Kawan. Aku tidak sengaja menabrak hewan peliharaanmu." Xema yang berniat baik untuk mengundang masuk pria itu, malah mendapat dorongan keras hingga membuatnya terkena pintu.

Suasana hutan malam yang sepi membuat mereka dalam posisi tegang. Niat awal Xema adalah baik untuk meminta maaf dan bertanggung jawab tetapi ternyata pria itu tidak menginginkan permintaan maafnya.

"Aku sudah baik padamu, tapi kau tidak mengindahkannya." Xema berdiri dan hendak masuk dan dia tidak ingin berurusan dengan manusia ular itu lagi.

Yang mengejutkan Xema adalah kakinya ditarik kuat-kuat dari belakang hingga membuatnya terjatuh dan terseret ke dalam semak berduri. Ternyata kakinya telah terbungkus oleh sesuatu yang lembut dan bahkan semakin merayap mendekati pinggangnya. Xema panik saat melihat pria itu berubah menjadi ular.

"Biarkan aku pergi!" seru Xema mengisi kesunyian malam.

"Kau harus bertanggung jawab atas pembunuhan Mira-ku! Kau harus mati penyihir!" Bagian tubuh Aslan merayap tapi tidak dipermudah oleh Xema.
Xema yang tangannya masih bebas langsung menarik kalung yang dipakai dan benar saja bandul kalung itu malah berubah menjadi pedang emas yang terlihat tajam.

Aslan tidak membiarkan, dia semakin cepat mencengkeram tubuh Xema bahkan Xema hampir kelelahan. Aslan yang mendekati leher Xema berencana untuk meracuni tapi ternyata tidak bisa. Dia tidak menyadari ujung pedang telah terhunus tepat di dahinya sampai mengeluarkan cairan hijau yang menyembur ke wajah Xema.
Perlahan genggaman itu mengendur dan ditambah jatuhnya Aslan.

BUNGALOW ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang