Denting jam sudah dua belas kali terdengar dan berarti benda itu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tapi, selama itu juga ia belum bisa merasakan kehadiran dari seorang pria yang bernegosiasi di dalam kamar itu. Tak ada tanda-tanda handle pintu itu terbuka dari dalam.
"Uh," ringisnya. Matanya sebenarnya sudah mengantuk dan hanya menyisakan beberapa watt lagi, tapi ia harus bisa terjaga sampai malam ini benar-benar mendapatkan keputusan akhir.
Telinganya yang super sensitif bisa mendengar dengan jelas bahwa pintu itu akhirnya terbuka. Tepat pukul 12.15. Ia langsung terbangun dan meremas tangannya.
Di sana, terdapat pria dengan muka merah padam serta kancing kemeja hitam yang terbuka. Wajahnya mengisyaratkan bahwa ia telah lelah dengan kekacauan semua ini. Pria yang sudah keluar dan kemudian di susul oleh wanita yang memakai lingerie merah. Rambut wanita itu sangat acak-acakan dan juga lepek.
"Kau bisa membawanya, Tom." Wanita itu menyalakan cerutu dan bersandar dinding. Menatap ke arah perempuan yang sedang khawatir ke arah sang pria. "Dia sudah menjadi milikmu."
Nyonya Evasta, wanita berumur lebih dari 35 tahun itu menyeka cairan putih di bibirnya. Mungkin itu sisa dari perbuatan mereka berdua tadi saat di kamar. Menggoda Sarah seakan ia telah menang.
"Ayo, Sarah." Tom, pria tinggi yang lebih dari 190 sentimeter dengan otot yang sangat besar menggamit lengan Sarah dan mengajaknya keluar dari rumah bordir ini.
"Tapi, Tuan ... bagaimana dengan Nyonya Eva
Dia--""Kau sudah menjadi milikku dan jangan pernah kembali ke sini lagi!" Tom menggeram. Ia tak suka dengan perempuan ini yang justru lebih peduli pada si pemilik wilayah.
"Ta--tapi ...." Sarah berusaha untuk meminta penjelasan pada Nyonya Eva. Tapi perempuan itu sepertinya tidak peduli dan lebih memilih menyemirik sambil melihat Sarah yang kebingungan.
"Aku bilang ikut denganku, Sarah! Kenapa kau tak paham juga! Eva sudah membebaskanmu!" Tom semakin murka karena perempuan ini lebih memilih berdebat daripada harus menuruti apa keinginannya.
Sarah tunduk. Ia mengikuti langkah Tom yang berjalan dengan cepat. Meski berduyun-duyun dengan menyeimbangkan langkah pria itu, Sarah lebih memilih untuk diam saja.
Tak ada yang berbicara semenjak mereka keluar dari rumah bordir. Sarah pun takut akan memulai semuanya. Ia pikir Tom akan marah padanya karena terlalu membangkang. Lihat saja pria itu yang masih menekuk wajahnya tanpa peduli bahwa Sarah sudah ketakutan.
"Sarah ...." Suara Tom dalam dan mendominasi di mobil mewah ini. Karakter suara yang disukai oleh Sarah sebenarnya, dalam, tajam, dan serak.
"Y--ya ...." Perempuan berumur 24 tahun itu tak berani berbicara panjang.
"Bisa bantu aku?" Tanpa sadar Tom justru memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Jalan yang sepi sekali dengan kendaraan berlalu lalang. "Buka celanaku. Si sialan Eva telah mengotorinya!"
Wajah Sarah memerah karena perintah tak terduga dari pria berumur hampir 40 tahun ini. Apakah pria menginginkan sesuatu untuk bisa membuat hasratnya tersalurkan?
"Ta--tapi ...." Sarah tak sadar jika sedari tadi selalu membantah. Ia kemudian berdeham. Tangannya membuka kancing jeans milik Tom. Tak lupa juga ia membuka tali pinggang untuk membuat milik Tom terbebas. Untung saja pria itu masih menggunakan boxer sebagai dalam. Setidaknya Sarah bisa mengulur waktu.
"Astaga!" pekik Sarah saat celana panjang milik Tom sudah sampai sebatas lutut. Matanya terbelalak bahkan hampir keluar saat mengetahui bahwa ini tidak seperti dugaannya.
"Kenapa? Kenapa kau terkejut?" Tom mendelik, tapi ia menyukai respon perempuan itu.
"Bagaimana bisa?" Sarah meringis. Ia melihat paha sebelah kanan Tom yang terbalut kasa putih cukup banyak. "Tuan, kau terluka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGALOW ✓
Short StoryBanyak terkandung adegan mature di dalamnya. Hanya memposting cerita sekali tamat. Selamat menikmati~