Prolog

4 2 0
                                    

Derai ombak disertai angin yang bertiup cukup kencang membuat rambut seorang wanita tersurai berantakan, rambut panjang itu dibiarkan terurai oleh sang pemilik namun berhasil dirusak oleh angin. Tenang saja, angin hanya merusak rambut sang wanita, tidak merusak kecantikannya. Ia tetap cantik meski dengan rambut yang kusut oleh angin...

Cuaca yang semakin petang dan langit yang semakin menjingga disetiap detiknya.

Terlihat dua insan yang tengah dimabuk asmara asik menikmati suasana pantai sore hari itu.

Pantai, senja, dan Alice adalah perpaduan paling sempurna bagi Daffa.

Alice adalah wanita sempurna yang Tuhan ciptakan dan hadirkan dikehidupan Daffa. Alice terlalu sempurna untuk seorang Daffa.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Daffa tidak begitu suka dengan pantai bahkan benci dengan lautan luas yang ada dihadapannya itu. Namun, pantai adalah tempat favorit Alice. Apapun yang Alice suka, Daffa suka. Daffa suka melihat Alice bahagia dan salah satu bahagianya Alice adalah pantai, tempat favoritnya.

Di tengah aktivitas keduanya memandangi indahnya ciptaan Tuhan, Alice bersuara

"Kak Daffa" Suaranya yang lembut terdengar sangat jelas di telinga, begitulah panggilannya setiap hari pada Daffa -sang kekasihnya.

"Hmm.." Panggilan Alice tadi mengalihkan pandangan Daffa terhadap pantai yang indah ini...

"Hal apa yang membuat kakak takut?"

Daffa terdiam sejenak, menyusun kata demi kata yang akan keluar dari mulutnya untuk menjawab pertanyaan Alice barusan

"Kehilangan, kehilangan secara tiba-tiba. Takut, dan cemas setiap kali memikirkannya. Kakak gak mau kehilangan sesuatu yang berarti dalam hidup kakak"

Mendengar jawaban dari Daffa membuat Alice sedikit hanyut dengan pikirannya sendiri. Alice tahu betul kenapa Daffa sangat takut kehilangan, pasalnya Daffa sudah pernah merasakan kehilangan terhebat dalam hidupnya. Ayah, kehilangan sosok ayah secara tiba-tiba adalah luka yang sangat mendalam bagi Daffa.

Daffa sangat tidak ingin kehilangan (lagi).

Melihat reaksi Alice yang hanya terdiam akhirnya membuat Daffa penasaran, penasaran akan apa yang Alice takutkan.

"Kalau kamu?"

Alice yang kemudian tersadar dengan suara Daffa lantas mengalihkan pandangannya ke wajah Daffa. Senyum manis yang terukir dari wajah Alice lengkap dengan tatapan lekat dari kedua bola matanya yang kecoklatan

"Merelakan.. Aku takut kalau tiba-tiba harus merelakan sesuatu yang nggak bisa aku lepas. Terlalu takut sampai nggak tau gimana caranya belajar merelakan"

Suara Alice kali ini sedikit bergetar, setakut itukah Alice?

"Ikhlas, kalau kamu bisa ikhlas pasti lebih mudah merelakan" begitu kata Daffa yang selanjutnya memeluk Alice yang sambut dengan erat oleh Alice

Entah kenapa sore hari itu, di pinggir pantai yang indah tangis Alice pecah. Alice terlihat begitu lemah dalam tangisnya, kali ini apa yang sebenarnya membuat Alice begitu sedih? Pertanyaan yang terus berputar di kepala Daffa. Namun Daffa tidak menyodorkan beribu pertanyaan kepada Alice saat ini, Daffa yakin tanpa ia tanya pun Alice akan bercerita padanya nanti.

Daffa sangat mengenal Alice, begitupun dengan Alice. Hubungan diantara keduanya sudah terjadi sejak 3 tahun lamanya. Waktu 3 tahun yang dihabiskan bersama sudah cukup untuk keduanya saling mengenal satu sama lain, bahkan hal sekecil apapun Daffa sangat paham mengenai Alice.

***

Setelah sedikit tenang, Alice berhenti dari tangisnya dan diikuti oleh pergerakan tangan Daffa yang menepis air mata di pipi chubby Alice

"Kak, pulang yuk? Udah sore"

Setelah mendengar ajakan Alice, Daffa beranjak dari duduknya kemudian meraih tangan Alice untuk membantunya berdiri.

Daffa menggandeng tangan sang kekasih dengan penuh kekhawatiran. Khawatir akan hal yang membuat Alice menangis.

Alice jangan pernah menangis lagi, ya? Aku janji akan bertahan buat kamu. Aku janji kamu nggak akan perlu merelakan atau bahkan kehilangan, karena aku akan terus berjuang. Berjuang buat kamu, Alice.


Bersambung...

***

Salam kenal dari Daffa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam kenal dari Daffa

Salam kenal juga dari Alice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam kenal juga dari Alice

***

(pict form pinterest)

Jalan TengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang