"Mah, Ala berangkat dulu yaa"
"Iya sayang, hati-hati yaa. Bekalnya udah dibawa kan?"
"Aman maah, udah yaa, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Ala bersiap dengan motor kesayangannya, mengeluarkan dari garasi rumahnya dan melaju secepat yang dia bisa, karena kali ini firasatnya berkata jalanan akan kembali macet.
"Ala, lu telat lagi?"
"hehe, macet lagi kak" ucap Ala jujur, firasatnya tidak salah lagi kali ini, mobil dan truk besar sangat membuat jalanan sesak kembali hari ini. Dipikirannya entah harus sepagi apalagi dirinya berangkat bekerja.
Cesillia Alaska, atau dipanggil Ala, umurnya masih 19 tahun dan sudah bekerja di salah satu perusahaan brand di bagian sales selama sekitar setahun. Ala terpaksa bekerja dan tidak berkuliah karena tuntutan membantu melunasi hutang keluarganya. Ia juga tidak tega jika kakak nya berjuang sendirian untuk membayar semua hutang keluarganya.
"Ala, ini apa belum dikurangi stok nya? kenapa pesanan barang ini masih ada?"
"oh iya pak aku lupa, maaf yaa pak"
"yaudah iya, dikurangin jangan lupa"
Pagi ini masih terasa sesak untuk Ala, sejujurnya ia lelah dengan semua. Dan juga, sebenarnya dirinya belum siap seutuhnya memasuki dunia kerja yang memuakkan itu. Ala bisa saja menceritakan apa yang dia rasakan, namun ia takut hanya akan menjadi beban untuk orang yang mendengarkannya, ditambah juga Ala cukup kesulitan untuk bersosialisasi. Jadi, selama setahun ini ia kesulitan mempunyai teman dikantornya.
"Ala, mau nitip makanan ga?"
"engga ka, makasih. Aku bawa bekal"
"yaudah ka gapapa, paling dia diet" ucap Kiara, Ala sudah kenal dengan Kiara karena dia kakak kelasnya dan satu organisasi dahulu namun mereka seumuran.
Entah kenapa, Kiara begitu tidak menyukai dirinya sejak sekolah dahulu. Kiara selalu menyindir Ala yang sering salah mengerjakan pekerjaannya dan karena Ala lumayan sulit bersosialisasi dengan teman seruangannya.
"Ala, ayok makan bareng. Sama aku aja disini ya"
"Eh, boleh ka duduk aja"
setidaknya disini ada yang bisa diajak bicara, begitu pikir Ala.
Hari ini dia pulang terlambat lagi, bukan karena dia budak korporat, ia hanya tidak nyaman jika pekerjaannya belum tuntas. Semua yang lembur sedang berbicara bersama sambil tertawa dan Ala hanya duduk mendengarkan mereka berbicara, tidak ada kisah yang bisa dia ceritakan karena hidupnya terlalu monoton. Sesekali juga mereka membicarakan tentang kekasih masing-masing, itu membuat Ala selalu memikirkan cinta pertamanya sejak SMA dahulu, padahal mereka berbicara saja tidak pernah baik melalui chat maupun secara langsung kecuali membahas tentang organisasi dahulu. Terlebih juga, cinta pertamanya ini juga terkenal cuek dan dingin dengan siapapun termasuk dirinya.
Setelah dirinya pulang kerja, ia tidak langsung pulang namun menemui teman-temannya, virda dan Indira. Mereka berdua sama-sama berkuliah namun hari ini sedang libur jadi mereka bisa bertemu. Mereka mengobrol seputar kehidupan mereka masing-masing dengan sangat menyenangkan, namun tidak dengan Ala, karena hidupnya yang monoton tidak ada yang bisa dia ceritakan tentang kehidupannya. Kecuali, dia akan bercerita tentang apa yang dia alami selama setahun belakangan.
"Guys, gue masih belom bisa lupain Cello anjir"
"Ya allah, Alaaa udah setahun woyy. Kok bisa sih?" ucap Virda yang cukup gemas dengan temannya yang belum bisa melupakan cinta pertamanya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST AND LAST || ZHONG CHENLE
Fanfiction"Cinta pertama gue tuh lu Cello," ucap Ala santai, lelaki di hadapannya hanya terdiam memandang lekat gadis disampingnya itu. "Kalo lu? cinta pertama lu siapa?" Tanya gadis itu sambil memakan es krim nya yang sudah sedikit mencair. "Hmm, entah dia c...