BAB 6

255 16 0
                                    


Artika mencoba menghubungi Romew. Berulang ulang. Tapi Romew tidak menjawab sama sekali. Romew benar benar mengabaikannya. Rasa marahnya sudah memenuhi hati. Romew tidak pernah begini. Dia tidak pernah mengabaikan Artika. Apapun yang Artika minta. Romew selalu menurut. Kali ini. Romew meninggalkanya hanya karena dia menciumnya.
" Kamu keterlaluan Mew. Kalau sampai kamu benar benar mengabaikanku. Aku akan pastikan kau menyesal." Artika mengepalkan tangannya geram.

" Mbak. Maaf mbak. Mbak.. tidak boleh masuk." Sekretaris Romew menahan Artika yang memaksa masuk kedalam ruangannya.
" Mew. Romew. Aku mau bicara." Artika sudah membuka pintu ruangan Romew. Disana sedang ada rapat kecil, antara Romew dan staf kantornya.
" Kalian keluar dulu. Nanti kita bahas lagi." Ujar Romew. Stafnya mengerti dan beratur keluar dari ruangan.
" Jhen. Tolong batalkan agenda saya untuk hari ini." Pesan Romew pada Sekretarisnya. Jhenny mengangguk dan menutup pintu ruangan Romew.
" Apaapaan kamu Art. Aku kan sudah bilang jangan ganggu aku lagi. Dan ini, kamu memang sudah kelewatan batas.
" Mew. Kamu yang keterlaluan. Kamu mengabaikan aku gitu aja. Gak semudah itu Mew putus sama aku. Reputasi aku akan rusak. Jadwal kerja aku berantakan. Semua karna kamu. Aku gak konsen kerja.." Artika mulai menangis, dan mendaratkan kepalanya di dada Romew. Dari kaca ruangannya Romew bisa melihat beberapa pasang mata yang melihat kearah mereka.
" Artika. Jangan begini. Kendalikan dirimu." Romew menjauhkan kepala Artika dari dadanya. Tapi gadis itu masih berusaha memeluknya dan menangis histeris.
" Kasih aku kesempatan Romew. Jangan putus..." Artika memelas. Romew tidak bisa berkata apa apa.
" Kita bicara diluar." Romew mengulur pelukan Artika. Dan menggandeng gadis itu keluar dari ruangannya. Romew sudah tidak perduli pada pandangan mata orang. Dia harus menyelsaikan masalahnya dengan Artika sekarang juga.

Artika membawa Romewke Kondonya. Mereka tidak punya tempat aman lain selain kondo Artika. Profesinyasebagai model, membuat ruang geraknya mengecil. Kalau sampai banyak wartawantau kegiatannya di luar jam kerjanya. Apalagi menyangkut masalah pribadinya.Dia akan menjadi konsumsi public.
" Temani aku minum.." ajaknya pada Romew. Romew tak melawan. Membiarkan apapunyang akan Artika buat. Dia berjanji dalam hatinya. Ini yang terakhir
Segelas.
Dua gelas.
Tiga gelas.
Romew merasakan pusing dikepalanya. Dia adalah tipe peminum hebat. Dia bisamengkontrol dirinya untuk tidak mabuk. Toleransi mabuknya yang biasanya bisadia atasi,Tapi kali ini kepalanya berat. Matanya benar benar ingin terpejam.
Artika tersenyum " Masuk juga kau dalam perangkapku.." Ujarnya penuh kemenangansaat melihat Romew sudah tak berdaya.
Dia mulai membuka jas dan kemeja Romey. Kita tubuh Pria itu terbuka. Dadabidang berotot, serta perut yang memiliki 6 kotak disana. Artika memainkanjemarinya dari leher hingga ke perut Romew. Romew menggeliat geli. Tanpabersuara. Kepalanya terlalu berat untukmembuka mata.
" Lepas.. jangan lakukan ini Art.." Romew menepis Artika. Bahkan saat mabuk diamasih tau bahwa ada yang menyentuh tubuhnya.
" Tidak Mew. Malam ini kau milikku.." Artika tidak menyerah. Dia menghujaniRomew dengan cumbuannya. Meninggalkan kiss mark di leher Romew. Menggigit bibirpria itu. Hingga satu kali hentakan dari Romew membuatnya terjatuh.
Dalam bawah sadar Romew. Dia menolak Artika kuat. Artika jatuh dan kepalanyamenyentuh hujung meja. Dahinya terluka. Itu yang membuat dia berhenti mencumbuRomew.

HATI YANG TERPILIH | MEWGULFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang