KL-6

54 20 12
                                    

Setelah sampai di sekolah, Kalingga menurunkan Alea di depan gerbang karena Alea mau menemui sahabat sahabatnya terlebih dahulu.

"Gue ke sana. " Tunjuk Kalingga pada satu warung kecil namun tongkrongan cowok cowok tampan.
Alea menatap cowok cowok itu secara berlebihan dan beberapa saat setelahnya di tegur oleh lelaki itu.
"Ck, " Kalingga berdecak.

"Ya. Pergi aja, " Balas alea. Kini dengan ekspresi khasnya yang terlihat tenang. "Hampir oleng" Batin Alea.

Kalingga pun kembali menyalakan motornya. Dan dia memarkirkan motor di dekat warung tersebut.

Kemudian Alea masuk ke dalam gerbang, mencari batang hidung sahabat sahabatnya. Namun setelah menunggu begitu lama ia tak mendapati mereka di sekitar gerbang, melewati gerbang, maupun keluar dari gerbang.

Ia kini berpindah ke samping Gerbang untuk duduk sejenak. Karena kakinya yang mulai keram, kenapa juga gue harus make high heels.

Kebetulan disana ada satu kursi, mungkin saja kursi satpam. Tapi siapa peduli, kaki Alea baru jam segini sudah lecet aja, ia lupa memakaikan plester yang merupakan barang yang sangat penting saat menggunakan sepatu seperti ini.

"Mbak, " Sapa satpam yang tika tiba datang ntar dari mana. Orang orang sangat hobi mengagetkan orang lain ya.

Alea pun mengangkat satu alisnya. Dengan sombongnya dia hanya mengangkat alis dan tak membalas sapaan satpam itu.

"Mbak, teaternya udah mau di mulai. Mbak mau nonton teater kan? " Tanya pak satpam, sebentar. Alea harus berfikir untuk beberapa detik untuk mencerna kata-kata satpam itu.

Sebenarnya kata-katanya simpel, cuman Alea sudah terbiasa untuk memberikan otaknya waktu buat berfikir sejenak.

"Oh, iya. Makasih infonya pak, kebetulan saya lagi menunggu sahabat sahabat saya"

"Oh, yasudah. Jangan lama-lama disini mbak, disini banyak gangguan mahluk halus. " Shit diamlah. Alea paling benci jika dalam keadaan sendiri begini tapi malah di ingatkan tentang makhluk makhluk yang entah ada atau tidak itu.

Dia sebenarnya tidak takut. Cuman karena sudah menonton beberapa film horror yang menunjukkan wajah seram mereka, Alea jadi terbayang bayang makhluk halusnya juga akan seperti itu. Tapi mungkin saja lebih seram.

Oh Tuhan, ku mohon untuk mengusir makhluk makhluk yang menakutkan seperti di film itu, kalau yang keusir sahabat-sahabatku. Apa berarti aku selama ini berteman dengan makhluk  halus?

Makhluk halus bisa kesepian dan butuh pawang juga ya. Aku baru tahu itu.

"Alea! " Teriak fira dan Della.
mereka ternyata baru sampai. Syukurlah. Ku kira mereka sudah masuk duluan atau tidak jadi datang.

Alea pun menghampiri mereka yang baru saja membayar ojek yang mereka tumpangi.

"Gila. Gue nungguin fira lama banget, dia gak lama di dandan. Tapi kelamaan nunggu kabar dari si reza kampret. " Della dengan ekspresi kesalnya menatap malas gadis disampingnya ini.

Lihat? Sekarang saja dia masih memandangi handphone nya.
Orang kalo udah punya pacar gitu ya?
Kadang aku sedih tau ngeliat sahabat yang udah punya pacar terus seringnya kontakan sama pacarnya bukan sama aku:'

Tapi boong.
Oke lanjut ke cerita.

Fira pun yang sadar di tatap oleh kedua sahabatnya itu menoleh dan mematikan handphone nya.
"Serem ah. Mata kalian udah kayak mau copot," Alea dan Della masih saja menatap tajam gadis itu.
"ayo maniezz~ kita masuk saja, teaternya udah mau di mulai"

"Tunggu." Seketika teman temannya pun memberhentikan langkah kakinya. Melihat Alea yang masih membatu di belakang.

"Ayo, markonah, Lu ngapain diem aja kayak patung" Alea masih saja diam dan itu membuat kedua temanya saling bertatapan.

KLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang