~Zermatt, Swiss 1983~
Angin menerpa wajah jelita dari seorang gadis yang duduk meringkuk di bawah pohon rimbun dengan hamparan padang rumput yang luas.
Ia tampak sendu dengan harapan yang pasti namun terlihat kosong. Pandangannya tak pernah lepas dari sebuah gubuk kecil yang berada tak jauh dari pohon yang ia singgahi.
Ia Eleanor Aletha Macario, sering di panggil Aletha anak dari seorang walikota di Zermatt. Ayahnya bernama Ronan Geralt Macario sedangkan ibunya bernama Adena Macario. Aletha merupakan anak tunggal dari pasangan tersebut yang secara otomatis menjadi pewaris kekayaan mereka.
Ronan, ayah Aletha sangat menginginkan anaknya menekuni bidang ekonomi politik agar dapat meneruskan pekerjaan ayahnya, sedangkan Aletha lebih suka menyendiri dengan kanvas di tangannya.
Aletha sedikit mengalami kesulitan akan keinginan ayahnya karena karakter dirinya yang sulit untuk bersosialisasi. Entah mengapa ketika Aletha menghadapi keramaian ia akan mengalami pusing dan rasa gelisah yang secara otomatis menghantam dirinya.
Sedari kecil Aletha tak pernah memiliki teman, ia hanya mengurung diri dirumah karena takut keramaian dan suara bising. Sudah berapa banyak anak anak seumuran Aletha waktu kecil yang singgah dan sekedar main di rumahnya karena ajakan ibunya, Adena. Di antara anak anak tersebut tidak ada satupun yang mau berteman dengan Aletha dengan alasan Aletha kasar, jahat, dan sombong.
Lama kelamaan Adena jenuh dengan sikap anaknya yang sangat pendiam, bahkan Aletha juga sering acuh tak acuh pada ibunya. Aletha lebih memilih untuk diam dan jika ia di suguhi pertanyaan ia hanya akan mengangguk tanda setuju dan menggelengkan kepalanya jika tidak setuju itu juga berlaku untuk kata iya atau tidak.
Aletha baru memiliki teman saat ia berumur tujuh tahun dan keberuntungan memihak padanya. Ia sekaligus mendapatkan dua teman yaitu Jasper Nathaniel Ignatius dan adiknya Jacobella Aresya Ignatius.
***
Lamunan Aletha seketika buyar tatkala Bella memanggil namanya. Dia Jacobella Aresya Ignatius, orang orang sering memanggil namanya Jaco namun Aletha lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan Bella. Entahlah, menurut Aletha nama panggilan Jaco terlalu jelek untuk seorang wanita.
"Kak Aletha kenapa belum pulang?"Tanya Bella dengan tatapan sendu seraya menghampiri Aletha yang masih terduduk di bawah pohon rimbun yang menaunginya.
"Aku masih ingin disini" Jawab Aletha yang kini kembali sibuk dengan lukisannya.
"Ia tak akan pernah kembali, percayalah."
"Dia akan pulang" Sahut Aletha dengan tubuh yang kini mulai bergetar seperti menahan tangis.
"Dia terlalu berengsek untuk bersamamu kak Aletha."
"Aku tau dia sibuk, dia akan kembali jika semuanya telah selesai."
"Kapan? Kapan dia akan kembali? Ingatlah tiga tahun sudah dia meninggalkan kita tanpa membalas pesan satupun yang kita tulis untuknya. Lalu apa, kakak sekarang beranggapan dia akan segera kembali?. Itu terlalu tidak masuk akal untuk ku, aku bahkan beranggapan dia sudah mati," Bella berkata dengan sorot mata penuh amarah kepada Aletha, berharap orang yang di anggapnya kakak selama ini mengerti dan mulai melupakan Jasper.
"Aku akan melupakan Jasper jika dia yang memaksaku untuk melupakannya."
"Kak-"
"Ayo Bella kita pulang, sudah sore lagipula aku sudah lelah" ucap Aletha sambil tersenyum ke arah Bella.
Ya, setidaknya Bella tau bahwa itu senyum palsu ke 1001 yang di suguhkan Aletha.
***
Saat di perjalanan pulang, Aletha melihat sebuah mobil toyota corolla sprinter terparkir rapi di depan rumah yang sedang di kerumuni warga. Sedikit rasa penasaran di benak Aletha, apakah itu seorang dokter yang akan menetap di sini?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletha (Slow update)
General FictionEleanor Aletha Macario? Gadis si pembenci keramaian dan takut bersosialisasi kini telah melabuhkan hatinya tepat di dermaga milik Jasper. Lelaki yang telah merubah kehidupan Aletha menjadi lebih indah dan tidak monoton seperti sebelumnya. Sebuah ke...