Untuk pertama kalinya selama 8 tahun berpacaran, mereka berselisih.Semua perselisihan ini dikarenakan percakapan malam mereka soal musim.Yeosang suka musim semi. Ketika bunga-bunga mulai bermekaran, binatang terbangun dari hibernasinya. Ketika sinar mentari dan kehangatannya yang dirindukan menyusup melalui tirai jendela. Menyenangkan, katanya, berjemur di bawah matahari musim semi setelah lama dibekukan oleh kerasnya musim dingin.
Wooyoung lebih suka musim dingin. Baginya, itu musim yang mengingatkannya pada Yeosang. Itu musim saat mereka pertama berjumpa. Dingin dan elegan, seperti sikap Yeosang saat masih malu-malu dengannya. Namun musim dingin juga berarti secangkir cokelat panas dengan dua potong marshmallow yang mengambang, bertabur bubuk kakao yang sering diminumnya di depan perapian di tengah kehangatan keluarga. Itu juga Yeosang. Di luar dingin, namun di dalam hangat dan manis. Yeosang cemberut mendengar jawabannya. Nggak nyambung! tukasnya galak. Itu 'mah kamu yang bucin aja!
...Yah, tidak salah. Tapi bagi Wooyoung, sebegitu luar biasanya eksistensi seorang Kang Yeosang sampai membuatnya jatuh cinta dengan musim dingin.
Bukan hanya soal musim, lalu mereka mulai membicarakan soal bunga. Ia suka bunga marigold, dengan kelopaknya menyerupai renda rumit. Yeosang suka bunga lily of the valley, katanya pesonanya itu terletak di kesederhanaannya. Dibilang begitu Wooyoung pun mengerti. Ia tertarik pada Yeosang karena pembawaannya sederhana. Elegan bak pangeran, namun naif, polos. Apa adanya. Tapi, tetap saja bunga yang paling cantik itu Yeosang.
Tuh 'kan, mulai lagi! Seru Yeosang yang bersemburat merah. Ia menggampar Wooyoung salah tingkah. Wooyoung tertawa ketika memutar ingatan itu di kepalanya. Yeosangnya paling lucu. Apapun yang menjadi pembeda mereka, Wooyoung bahagia bersamanya.
Kemudian ketel air yang didiamkannya di atas kompor menjerit, menghembuskan uap hangat yang kontras dengan dingin cuaca musim dingin pagi itu. Matahari mengintip malas dari cakrawala, samar oleh kabut dan awan. Wooyoung mengintip ke luar jendela, menghela nafas. Dari pembicaraan semalam, menarik kesimpulan Yeosang pasti tak suka cuaca begini.
Benar saja. Tak lama Yeosang melangkah lunglai dari kamar mereka. Mengenakan sweater kebesaran, selimut melilit tubuh mungilnya (biar saja Yeosang itu lebih tinggi. Bagi Wooyoung, Yeosangnya paling mungil!) Lucu sebenarnya melihat lelaki 22 tahun dengan kelakuan begitu. Namun karena itu Yeosang, masih menggemaskan. Wooyoung menuang air panas ke gelas mereka yang telah diisi dengan bubuk cokelat. "Udah bangun?" Tanyanya retorik, terkekeh melihat si kekasih tersayang mengangguk dengan muka bantalnya itu. Rambut hitamnya berantakan. Wooyoung menepuk-nepuk gemas sembari menyerahkan gelas Yeosang yang telah diraciknya. "Aku bikin cokelat panas, nih."
Yeosang mengambil, bersin saat uap hangat mengecup hidungnya. Lucu. Wooyoung tertawa gemas, menjeda aktivitasnya sejenak untuk menonton Yeosang menyeruput cokelatnya. Ia berjengit, terkejut karena suhu panas yang menyentuh Yeosang yang masih setengah tidur itu. Pelan-pelan, tegur Wooyoung. Yeosang itu, kadang kelakuannya seperti bayi saja. Setelah usai menyeruput, ia meletakkan gelasnya ke sisi, menyandarkan dahi pada dada Wooyoung. "Dingiiiin," Rengeknya, seperti Wooyoung bisa mengontrol cuaca saja. "Kok kamu bangun, sih? Angetin akuu."
Heran. Bagaimana Wooyoung tak bucin kalau begini? Ia menuangkan air panas ke gelas, mengaduknya. Kemudian meminumnya sambil merangkul pinggang Yeosang,
"Yuk, Wooyoung jagain biar tetap hangat sampai datangnya musim semi."
If that makes you happy then I'll be happy too.

KAMU SEDANG MEMBACA
marigold & lily
RomanceOrang paling menyebalkan itu orang yang sedang kasmaran. // woosang. songfic [ https://open.spotify.com/track/3vWeZSOhhmOai0Go0zKm5j?si=b08b93507a61483d ]. oneshot random.