Episode 1

1.2K 107 9
                                    

📍Typo adalah bonus

.
.
.
.
.

hiruk pikuk kelas membuat kaluna yang tengah tertidur itupun terbangun, menatap malas kearah teman-temannya yang sedang sangat heboh itu. Ada yang sedang bermain gitar, uno, makan, nyanyi, bahkan lempar-lemparan kertas pun mereka lakukan.

"heboh banget anjir." ucap kaluna lirih. menatap kondisi kelasnya yang sekarang jauh dari kata baik-baik saja.

"wajar, namanya juga jamkos. lagian lo jamkos molor mulu-eh bukan jamkos doang sih, tapi tiap hari lo molor mulu." itu yujin. yang kini sibuk mengoleskan beberapa produk-produk kecantikan diwajah nya.

"bacot, lo juga kerjaan nya make-up mulu, udah kaya cabe-cabean tau ga lo." timpal kaluna sinis, menatap malas mejanya yang kini dipenuhi oleh produk kecantikan milik yujin.

yujin mendelik kan matanya tak terima dengan apa yang diucapkan oleh temannya.

"ih! gue make-up kan buat mempercantik diri gitu loh. makanya lo cobain make-up pasti cakep!" ujar yunjin dengan begitu antusias sembari memberi kaluna beberapa bedak juga lipstick.

kaluna hanya menggelengkan kepala melihat tingkah yujin yang setiap saat, setiap menit, setiap detik selalu ingin terlihat cantik.

"gak dulu deh, makasih."

kaluna merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponselnya yang sedari tadi terus saja bergetar. membuka aplikasi dengan gambar telepon berwarna hijau itu. rupanya ada pesan masuk dari sang kakak, kaluna mengernyitkan keningnya kala membaca salah satu bubble tersebut.

cukup lama kaluna terdiam, hingga satu tepukan keras dibahunya mampu membawa kesadarannya.

"kenapa? kok ngelamun? udah bel nih, ayo ke kantin!" tanpa menunggu jawaban kaluna, yujin sudah lebih dulu menarik tangannya dengan cepat.

kaluna yang mendapat tarikan tiba-tiba itupun tentu saja terkejut, bagaimana tidak? yujin menariknya dengan tiba-tiba, bahkan ia hampir tersungkur karena tersandung ujung meja. untung yujin sahabatnya, jika tidak sudah ia depak dari hadapannya.

.
.
.

“hai, lagi apa?” sapaan juga pertanyaan itu dilayangkan oleh seorang gadis dengan rambut panjangnya yang diurai. tersenyum dengan begitu manis kearah sang pemuda jangkung yang tengah menyantap makanannya di kantin.

mungkin baik pria maupun wanita akan salah fokus dengan senyuman gadis cantik tersebut, bulu matanya yang lentik, rambut panjangnya yang terlihat sehat, kulitnya yang seputih susu, juga tubuhnya yang sangat ideal di kalangan para wanita.

namun tidak bagi pemuda yang kini tengah menatap gadis tersebut dengan tatapan datar khas nya, memilih kembali menyantap makanannya tanpa perlu repot-repot membalas pertanyaan yang tentunya tidak perlu dijawab.

“haruto? kamu gak jawab pertanyaan aku sih?” gadis tersebut mendengus kesal.

haruto yang pada dasarnya memang acuh, lebih memilih mengabaikan ucapan kesal gadis didepannya.

“haruto—”

“gue rasa lo ga bodoh buat ga tau apa yang lagi di lakuin haruto sekarang, wonyoung.” kata-kata pedas itupun akhirnya keluar dari mulut jihoon, sahabat haruto yang sedari tadi hanya menyimak kedua insan tersebut.

wonyoung mencebikkan bibirnya kesal, ia berdiri berniat untuk pergi. ini lah yang sedari tadi haruto tunggu-tunggu, namun sampai beberapa menit gadis itu tak kunjung pergi dari hadapannya. merasa bingung pun akhirnya haruto mendongak.

“kamu pasti mau belain aku kan? liat temen kamu haruto, se-enggak suka itu dia sama aku.” wonyoung menunjuk jihoon yang kini menatap jengah kearah nya.

haruto menoleh kearah jihoon, sahabatnya itu menatapnya sejenak lalu menaikkan bahunya sebelum akhirnya melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

“gak usah banyak drama, jihoon bener. lo ga bodoh buat ga tau apa yang lagi gue lakuin.”

mendengar rentetan kata yang terucap dari bibir haruto, gadis tersebut menghentakkan kakinya kesal lalu pergi keluar dari kantin. haruto pun hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekasihnya itu.

ya, wonyoung adalah kekasih haruto.

sorry! gue lama. yahh... gara-gara bu jennie bakso gue jadi dingin!” pemuda dengan name tag so junghwan itupun baru saja datang lalu duduk dihadapan haruto, mengambil semangkuk bakso yang sudah tersaji itu untuk ia santap.

merasa ada yang kurang, jihoon pun bertanya. “jeongwoo mana? kok ga sama lo?” tanya jihoon yang kini tengah meminum jus alpukat kesukaan nya.

dengan mulut yang masih mengunyah sebuntal daging sapi itu, junghwan menjawab. “masih di kelas, katanya lagi ngabarin adek perempuannya.”

“yang mau pindah kesini itu?” tanya jihoon lagi, belum sempat junghwan menjawab. haruto yang tiba-tiba berdiri itupun mengalihkan atensi keduanya.

merasa diperhatikan, haruto pun menunjuk kearah stan bakso. dan tentunya langsung dimengerti oleh keduanya tanpa harus haruto mengeluarkan tenaga nya untuk berbicara.

“kalo haruto tau adek nya bang jeongwoo itu mantan dia, kira-kira bakal gimana ya bang?” celetuk junghwan, kini ia telah menyelesaikan acara makannya. fyi junghwan ini memang paling termuda diantara, jihoon, haruto, dan jeongwoo. jadi tak heran jika ia memanggil ketiganya dengan embel-embel abang.

jihoon tersenyum tipis, tentu saja haruto belum mengetahui bahwa adik perempuan jeongwoo itu adalah mantan kekasihnya. bahkan haruto tau bahwa jeongwoo memiliki adik perempuan belum lama, sekitar seminggu yang lalu.

“bau-bau bakal ada cinta segitiga.” ujar jihoon begitu melihat haruto yang kini berjalan kembali kearah meja setelah membayar semua pesanan jihoon, junghwan, dan tentunya haruto sendiri.

continued...

haii, aku publish book ini lagii. waktu itu aku unpublish karena ngerasa alurnya terlalu freak sama penulisan nya amburadul banget :(

sekarang alurnya sedikit aku rombak, sama penulisan nya sedikit aku betulin biar enak dibacanyaa, semoga suka yaa.
thank u!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan, watanabe harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang