Ainun Callista Aurora

60 4 2
                                    

"Ainun sudah lulus SMP, harus lanjut kejenjang selanjutnya. Perlu biaya yang banyak kalau dia harus di pesantren". Suara berat Rama memenuhi seluruh ruang tengah yang hening.
Didepannya ada bunga yang menatap Rama dalam.

"Ainun anak perempuan, perlu penjagaan yang ketat pa, apalagi dia sudah besar, sudah memasuki masa remaja, apa gak sayang kalau dia sekolah di luar?". Ucap bunga masih berusaha meyakinkan suaminya, rama.

Rama menghela nafas kasar. Dari air wajahnya terlihat tidak suka dengan opini bunga barusan.

"Yasudah terserah kamu, sekarang kamu saja yang mengatur. Kalau ainun tetap sekolah di pesantren ya terserah kamu. Tapi ingat, kalau dia jadi tanggungan mu, dan aku gak mau ikut campur karena aku mau nya dia sekolah di luar".

Bunga tersenyum kecil. Ada rasa kecewa di hatinya mendengar keputusan Rama.

"Baiklah, Ainun jadi tanggung jawab ku, dia anak perempuan terakhirku, selain aku mau dia sukses, aku juga mau dia terjaga dari pergaulan bebas di luar sana. Kalau papa gak mau biaya-in ainun gak papa biar aku saja, aku siap". Ujar bunga tanpa ragu.

Rama bergeming.

"Aku juga gak akan merepotkan papa, aku yakin kalau aku bisa". Seru bunga menatap suaminya lekat.
Rama mengangkat bahu nya tak peduli. Sejurus kemudian rama pergi meninggalkan bunga sendiri di ruang tengah.
Bunga menatap punggung rama dari belakang yang mulai menghilang ketika pria itu memasuki kamarnya.

Tuhan..... ini sudah jadi keputusan ku. Aku mau aiunu sekolah di pesantren, dan buat biaya nya aku serahkan kepada-Mu yaAllah...
Aku gak pernah merasa takut dan ragu karena aku punya Engkau yang Maha Kaya.

Namun tanpa mereka sadari, seorang gadis bernama Ainun Callista Aurora telah menyimak perbincangan Rama dan bunga dari awal.
Ainun memandang bintang-bintang kecil nan indah dari jendela kamarnya. Ainun menengadah.

"Kenapa yaAllah... Selalu aja masalah uang?, Apa semua di dunia ini harus dibeli sama uang? Termasuk keharmonisan keluargaku?". Gumam Ainun parau.
Tanpa ia sadari cairan bening keluar dari kedua matanya.

"Aku pingin kaya teman-temenku yang lain, yang bisa ngerasain keharmonisan keluarga, hidup damai tanpa ada pertengkaran, tanpa ada perdebatan, dan yang terpenting ga perlu pura-pura baik baik aja".




Aku dan waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang