00

450 53 12
                                    

•••

Tak.. Tak.. Tak.. Tak..

Bunyi suara langkah kian mendekat membuat gadis yang sedang di dalam selimut itu ketakutan. Gadis yang sedang memejamkan matanya itu tak henti-hentinya mengucapkan kalimat memohon agar apa yang dia takutkan tidak ada.

Srek.

"Kamu menonton film hantu lagi?"

"Mama?" Gadis itu membuka matanya. Wanita yang disebut Mama itu mendengus melihat perilaku putri tunggalnya itu.

"Sudah tahu kamu penakut. Masih saja menontonnya." Naeun menggelengkan kepala.

"Mama kapan pulang?"

"Dari tadi. Jennie.. Mama sama Papa sudah memanggilmu beberapa kali tapi kamu sama sekali tidak mendengar."

"Apa ini? Bahkan telivisi saja belum kamu matikan."

Gadis bernama Jennie itu tersenyum, menampilkan gummy smile-nya yang cantik.

"Jennie pikir Mama akan meninggalkan Jennie lagi karena kakek sedang sakit." Jawab Jennie sembari memeluk wanita yang ia panggil sebutan Mama itu.

"Mana mungkin Mama meninggalkan mu sendirian, sayang." Naeun membalas pelukan putrinya lalu mengecup kepala putrinya.

"Ada apa?"

Tiba-tiba ayah Jennie datang.

"Papa!"

"Sayang."

"Kenapa takut lagi, hm?" Jennie menggeleng.

"Bagaimana kabar kakek?" Tanya Jennie. Minho mengusap puncak kepala putri satu-satunya itu. Lalu tersenyum tipis. "Kakek baik-baik saja sayang. Sekarang kamu tidur. Besok pagi kamu harus sekolah,"

Jennie mengangguk lalu mencium pipi Ayahnya dan juga ibunya. "Selamat malam,"

Minho mengangguk lalu membenarkan letak selimut Jennie. "Tidur ya nyenyak." Setelah di rasa Jennie telah menutup matanya. Minho dan Naeun berjalan keluar dari kamar putri mereka.

"Kamu yakin mas?" Tanya Naeun. "Maksudku Jennie bahkan belum menyelesaikan sekolah. Bagaimana kalau Jennie ikut kita?"

"Ini satu satu caranya agar Jennie aman. Mereka juga teman ku, kita bisa percayakan Jennie pada mereka. Percaya padaku Naeun aku tidak akan membuat anak kita dalam bahaya, hm?" Naeun mengangguk ragu. Di satu sisi dia tidak setuju dengan rencana suaminya, di sisi lain dia tidak mau melibatkan Jennie dalam masalah yang terjadi dalam keluarganya saat ini.

"Sudah ya.. tenangkan dirimu. Besok kita berjumpa dengan mereka." Naeun mengangguk. "Ayo tidur,"



"Pagi Mama.."

"Pagi sayang," Naeun tersenyum. Jennie menyengit ketika melihat Ibunya yang menyiapkan makanan. Bukan, bukan begitu maksud Jennie biasanya ada bibi yang menyiapkan sarapan pagi mereka. Kenapa ibunya tiba-tiba seperti ini.

"Mama.."

"Kenapa sayang? Mama sudah lama sekali tidak menyiapkan sarapan untuk putri Mama yang cantik ini. Akhir-akhir ini Mama kan sibuk. Jadi jarang ada waktu buat Jennie," Jennie yang mengangguk kepalanya. Toh, memang ayah dan ibunya sering sibuk beberapa bulan ini dan jarang ada di rumah apalagi kakek mereka sedang sakit.

"H-h sayang?"

"Iya Ma," Mereka telah selesai sarapan dan waktu Jennie untuk pergi ke sekolah.

"Kamu hari ini berangkat mengunakan bus sekolah ya.." Jennie menatap ibunya.

Nikah mudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang