Malam tak berbintang, langit kelam seakan ingin meruntuhi bumi.
Seorang gadis berjalan sendirian di sebuah jalan sepi. Nyala flash kamera smartphone dari pabrikan Korea Selatan menemani.
Ini bukan hutan meski kiri kanan jalan ditumbuhi lebatnya pepohonan."Sial! Jika tahu diturunkan di ujung jalan sana, aku akan memilih ojek motor daripada mobil!"
Beralasan jalan sempit, tidak bisa dilewati mobil sejuta umat, Bang Ojol menurunkan gadis itu untuk berjalan sendirian menuju rumahnya yang berada di balik pegunungan.
Sekar Wangi seorang TKW yang baru pulang dari Hongkong baru saja landing di bandara kota Y beberapa jam lalu. Untuk menuju rumahnya di sebuah desa bermedan naik turun karena termasuk daerah deretan pegunungan, dia memanggil jasa ojek online mobil agar sedikit bergaya kala dilihat tetangga.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, dia harus berjalan kaki oada akhirnya.
Angin bertiup semilir menghembuskan hawa sejuk menyapa paha bening Sekar yang tidak tertutupi. Kelakuan para TKW yang baru pulang, bukan hanya memamirkan harta tetapi juga body.
"Siapa itu?!"
Sekar terkaget, beberapa siluet hitam mendekati dirinya dengan cepat, sementara cahaya lampu flash smartphone di tangannya belum cukup mampu membantu penglihatan mata.
Tidak ada jawaban kecuali keheningan disertai suara binatang malam dan langkah-langkah kaki yang berlari.
"Si-siapa itu! Tol–"
Bugk!
"Ugh!"
Terikan minta tolong Sekar berubah menjadi lenguh kesakitan sebelum dia jatuh pingsan.
"
Beberapa jam kemudian ....
"Akh ...!"
Sekar Wangi mengeluh perih kesakitan. Seluruh tubuh rasanya remuk, terutama bagian miss v-nya. Selain itu, lehernya juga terasa pegal dan perih.
Sempat galau mau menjamah memeriksa bagian tubuh bawah ataukah tubuh atas yang sakit, masih dalam kondisi berbaring, akhirnya Sekar Wangi mengusap lehernya.
"Awhkk ...!"
Ada memar berdarah di sana, dan ketika tersentuh rasanya sakit luar biasa.
Beberapa saat kemudian, sekar Wangi memeriksa miss v-nya dengan cara merabanya. Dan ... betapa rasa sakit di sana tidak melebihi rasa sakit hatinya yang hancur lebur. Langit seakan telah runtuh, dan bintang-bintang serta planet Jupiter menimpa dadanya.
Sesak ....
Pilu ....
Perih ....
Hancur ....
Keperawanan yang dia pertahankan mati-matian ternyata direnggut oleh orang-orang bejat.
Sekar Wangi hanya bisa meneteskan air mata, karena untuk berteriak tenggorokan sudah tidak mampu.
Setelah satu jam menangis, Sekar Wangi menggunakan dua tangannya untuk menopang tubuh, berusaha duduk.
Meraba ke sana ke mari untuk mencari smartphone miliknya, Sekar tidak menemukan apa pun kecuali rerumputan yang berembun.'Kehidupan kedua ini, tidak akan kusia-siakan!'
Sekar Wangi membisikkan semangat pada dirinya sendiri.
'Kalian! Tunggulah pembalasanku!'
Dibantu cahaya bintang yang mulai muncul di balik awan, Sekar Wangi merangkak naik ke jalan. Karena ternyata dirinya dibuang di parit yang kering akibat musim kemarau panjang.