Ada yang bilang kalau sesuatu hal yang menyeramkan selalu datang saat malam. Seperti hantu, zombie, vampir, atau semacam nya.
Tapi aku tidak pernah merasa takut, malah aku lebih senang saat malam, saat matahari berhenti bersinar dan langit yang gelap menyelimuti seisi bumi.
Di sana aku akan merasa lebih tenang dan nyaman, bisa melakukan banyak hal tanpa kebisingan. Atau sekedar membaca buku-buku tua yang Kakek berikan di setiap libur sekolah.
Di kamarku saat ini aku menyimpan banyak sekali buku-buku yang setengah kubaca di atas ranjang tidur. Masing-masing terbuka berceceran entah berentah dan warna buku yang khas menghiasi tempat tidurku yang berantakan.
Hari ini aku baru selsai mengerjakan salah satu cerita yang akan ku kirim kesalah-satu situs blog yang menampilkan artikel-artikel menarik. Setiap cerita dimuat dalam situs ini, dimulai dari traveling, story of live, cerita horor, artikel petualangan, kadang cerita anak-anak. Tapi kebanyakan bukan anak-anak yang membacanya melainkan orang dewasa yang mengenang masa kecilnya.
Hari ini aku membuat artikel tentang sesuatu yang menyeramkan, tapi bukan kisah horor atau sejenisnya. Melainkan sebuah kisah yang di tulis penuh arti. Tentang bangunan tua dan cerita nya.
Berawal dari kisah bangunan itu di dirikan, seperti halnya setiap zaman yang di puja, ia begitu ramai di kunjungi dan banyak orang yang mengantri untuk sekedar masuk dan menyaksikan bangunan tersebut.
Sempat jaya di masanya, kini ia usang dan berlumut. Sebuah kisah bahagia yang pernah hadir sirnah di telan waktu. Menyisakan banyak kenangan dengan sisa reruntuhan dan arsitektur yang megah. Tempat ini dahulunya sangat di hormati, hanya kalangan tertentu yang bisa menikmati lebih banyak lagi kenyamanan di dalamnya.
Tapi sekarang benar-benar hancur, tidak ada satupun manusia yang ingin menetap lama, bahkan melewati nya. Mereka berkata bahwa bangunan itu menyeramkan dan mistis. Mungkin mereka benar, terlihat Dengan coretan dan Tanaman merambat menutupi beberapa bagian pilar yang masih kokoh, tanaman lumut memenuhi dinding tak terkendali. Tapi sadarkah para orang-orang tersebut ia dahulu pernah di hormati dan banyak sekali sejarah di dalamnya.
Aku mulai berpikir dan menyadari sesuatu tentang bangunan tersebut. Bahwa tidak ada yang abadi. Dan itu adalah kalimat kasar yang menyadarkan manusia bahwa penting nya menyadari keadaan. Karena kehidupan datang dan pergi, dan kita hanya berganti. Di kenang dan dilupakan adalah takdir, tapi siapa yang lebih baik akan menghilang dengan ketenangan tidak dilupakan dalam kekecewaan.
Sekarang bangunan tua itu telah kehilangan daya tariknya sebagai sesuatu yang mengagungkan. Tapi aku menghargai setiap yang ada, seperti kesedihan dan kebahagiaan. Mereka berjalan beriringan dan tak terpisahkan. Dan aku, menghargai ke duanya.
Tapi aku mencintai sejarah, bagai mana semuanya bermula, dan berakhir dengan sewajarnya. Itu adalah rangkaian kisah yang membentuk kehidupan. Tidak peduli bagaimana seseorang pernah hidup, dan masing-masing punya akhir dan keinginannya sendiri, yang membuat mereka membuat kesalahan.
Saat ku lihat sebuah kursi tua yang usang dan salah satunya tergeletak lapuk tak berdaya. Terlihat material yang kokoh dan mahal yang pernah melengkapi nya. Ada satu meja yang terbuat dari kaca yang masih utuh, tapi dipenuhi lumut dan debu yang kusam.
Aku bertanya pada diriku sendiri, apakah pernah ada sepasang kekasih romantis yang pernah duduk berdua dan bahagia bersama. Dengan gaun yang indah dan pakaian kelasi yang melengkapi kedua nya. Menikmati malam yang indah dengan suasana yang mewah.
Atau sudah berapa manusia yang pernah duduk di sana dan membayar harga yang mahal untuk bisa duduk dan bersenang-senang di sana. Aku rasa, masa lalu pernah Inda dan berkesan pada waktu nya.
Pada akhirnya sejarah benar-benar mengajar kan untuk tidak pernah dilupakan. Yang menyeramkan bukanlah horor, tapi ketika kita tidak bisa menjaga diri Sendiri dan lupa apa yang membuat kita tetap bertahan. Atau yang mistis bukan lah bangunan tua, tapi masa depan kita yang akan berujung di mana. Tapi kita bukan bangunan yang megah atau semacam nya. Kita adalah makhluk hidup yang memiliki cinta dan kesedihan, dan apapun yang membentuk diri kita saat ini, kita hanya perlu satu orang untuk tidak dilupakan.
Mata ku cukup lelah menatap layar laptop selama beberapa jam. Aku harus segera tidur, agar semuanya terasa ringan. Aku menjadikan tidur sebagai terapi terbaik untuk tetap bugar. Karena dengan tidur yang cukup setidaknya tidak ada masalah mengantuk saat di sekolah. Karena sudah cukup dengan masalah pelajaran yang menumpuk.
Kamar ku sedikit lenggang saat ini, tapi jam masih menunjukkan pukul 21.29, masih 31 menit lagi untuk bersenang-senang di dunia mimpi.
Lampu kuning yang sengaja ku pasangan ternyata lumayan menenangkan, dinding yang putih pun ikut terpantul cahaya kunih. Meja kayu pun sama terlihat lebih kalem. Tapi aku lupa satu hal, kamar ku berantakan. Di penuhi buku-buku novel tua yang Kakek berikan.
Aku membaca satu buku yang paling tebal, rupanya ini buku tanaman, buku ini hanya menampilkan tanaman hias seperti bunga dan pakis yang biasa di tanam untuk menghias taman rumah bergaya clasic atau rumah-rumah orang kaya pada tahun 30an.
Gambar nya lumayan menarik, warna yang di berikan cukup memanjangkan mata. Buku yang bagus untuk sekelas buku tua yang kebanyakan berlatar kuning dan tulisan kecil.
Tapi bunga lavender memang benar-benar cantik disini, warna ungu nya memesona, dan terlihat seperti ujung pohon Cemara yang meruncing. Bunga anggrek juga sama, warna putih nya juga menarik. Melilit tanaman paku hitam yang dijadikan media tanamnya.
Halaman selanjutnya sudah ku buka, menampilkan taman secara garis besar. Apakah tahun sebelumnya lebih indah daripada masa sekarang, yang membedakan nya adalah teknologi. Perpaduan tiap Tanama dan proporsi taman benar-benar indah. Apakah kolam lele belakang rumah kujadikn taman saja ya, tapi mungkin pasokan nutrisi hewani dalam tubuh akan berkurang. Seperti nya aku tidak siap untuk itu.
Buku ini memang memanjakan mata, tapi Bahasa Inggris nya cukup mengganggu, sepasi setiap kata begitu sempit membuat mata ku menjadi lebih pegal. Akhirnya semua buku yang berat ini berhasil ku susun di atas rak sebelah kiri meja belajar.
Sepertinya aku harus segera tidur, walau jadwal tidur ku masih 15 menit lagi.Mimpi apa ya kira-kira malam ini, sekarang selimut hitam pun sudah sempurna menutupi kaki dan ujung kepala. Mulai menarik mata untuk terpejam.
Ini memang lebih baik, selamat tidur.