Matahari terasa lebih menyengat siang ini, panas terik terlihat begitu kentara. Apalagi jika sedang berada di tengah-tengah lapangan outdoor .
Delta, cewek itu meneguk air mineralnya hingga tandas setengah. keringatnya menciptakan kesan cantik yang semakin tampak. Ia menghela napas sesaat lalu menyapu pandangan ke sekeliling.
Bibirnya mengukir senyum samar ketika dua orang cowok melangkah mendekatinya."Nih.. haus'kan?." Delta menyerahkan dua botol air mineral. Cowok berwajah Chinese itu menerima sembari mengangguk.
"Thanks" ujar Ryan, cowok bertampang Chinese itu dilanjut meneguk air mineral nya.
"Thanks Ta.. tumben lo mau beliin gue." Delta memutar bola matanya malas lalu mendengus geram.
"Ngga dibeliin komplain, di beliin komentar.. gue bacok baru tau lo." Lintang, cowok itu tertawa hambar lalu meneguk airnya hingga tersisa sepertiga."Gara-gara kalian.. gue ikutan kena hukuman. Malesin banget suruh keliling lapangan panas-panas gini" Ryan komentar malas, tidak terima sebenarnya jika dirinya yang tak bersalah turut mendapat hukuman karena ulah yang diciptakan duo setan. Delta meringis "ngga lagi deh Ry.. sorry ya?."
"Halah.. lebay lo Ry, kayak baru pertama kali keseret aja." cibir Lintang memukulkan botol nya ke kepala Ryan.
Ryan yang sabar hanya dapat mendengus, lalu mengusap kepalanya.
"Yuk balik ke kelas." ujar Lintang lalu berjalan terlebih dahulu.
Delta mengangguk lalu mengekor, disusul Ryan.•••••
"Ngga mau ihh.. Lintang!." Cowok yang disebut namanya tertawa lalu meneguk susu coklat yang ia rebut dari Delta hingga tandas tak tersisa.
Delta berdecak sebal, ia memalingkan wajah seraya mengerucutkan bibirnya.
"..Beliin gue yang baru!." Pekik Delta tertahan.
Ryan mendengus lelah.. berilah kesabaran bagi hamba ya tuhan."Lintang.. lo iseng banget.. kasian Delta nya tuh" ujar Dita, teman sebangku Delta.
Lintang menoleh menatap Delta lalu menyengir, ia menyamakan tinggi nya dengan cewek di hadapannya.
"Delta marah? Hm?."
Delta masih pada pendiriannya. Ia masih memalingkan wajah.
"Si goblok masih ditanya." komentar Ryan.
"Pulang sekolah ke McD yuk.. gue yang traktir"
Delta menoleh cepat beserta binar di matanya yang kentara jelas. Ia memajang senyum nya lalu menggoncang lengan Lintang pelan.
"Really?."
Lintang mengangguk, membuat Delta semakin antusias.
"HOREE.. THANKS LINTANG!!" Jerit Delta sembari melompat kegirangan.
"Ehemm.. gue ngga diajak gituu?"
Kedua atensi itu menoleh kearah Ryan yang memasang senyum kuda.
"Ngga"
"Dih.. jahat lo" ujar Ryan sok sedih.
"Canda beb" balas Lintang.
"Najis!"•••••
Setelah selesai dari McD, Lintang dan Ryan mengantar Delta terlebih dahulu. Karena hari telah mulai gelap.
Delta turun dari motor Lintang, senyumnya masih terpatri jelas di wajah cantiknya.
"Thanks traktiran nya Lintang, semoga otak Lo waras lagi biar bisa traktir gue besok-besok."
Lintang mengacak rambut Delta gemas hingga berantakan.
"Bangkrut gue nanti"
Delta tertawa Renyah ia mengalihkan atensi nya sejenak ke arah cowok sipit disamping Lintang. Siapa lagi kalau bukan seorang Ryan.
Cowok itu tampak sibuk dengan ponselnya.
"Yaudah minta traktiran aja sama Ryan." Delta cengengesan. Ryan terlihat mendongak sejenak sebelum menatap Delta malas.
"Ogah." Singkatnya•••••
Malam itu terasa sepi, Delta duduk lemas di lantai. Ia mengusap pipinya yang basah akibat guyuran dari mata sipitnya.
Ia mendongak menatap sebuah album foto yang menunjukkan sebuah keluarga harmonis.
Ia tersenyum getir lalu menggumam.
"Fake!, Itu cuma harapan yang ngga akan terealisasi"
Kali ini ia mengalihkan tatapannya kearah pintu kamar yang tertutup rapat.
Dari luar terdengar bentakan demi bentakan, bantingan demi bantingan yang terasa membelah hati kecil seorang Delta.
Ia menyambar ponselnya yang tergeletak di atas nakas, karena mendengar ponsel itu berdering.
Tertera nama Ryan bestod. Ia tersenyum berusaha terlihat tenang supaya Ryan tak menyadari dirinya yang tengah rapuh untuk yang kesekian kalinya.
"Hei, napa?" Ujar Delta berusaha tenang.
"Ta... A-are you okay?" Suara berat itu tampak terdengar cemas. Delta lupa, sekeras apapun ia berusaha tenang. Jika kenyataan nya ia sedang rapuh, Ryan akan menyadarinya. Karena diantara mereka bertiga Ryan adalah orang yang paling peka.
Delta terdiam sejenak, ia mengangguk lemah, tertawa hambar yang terasa menyakitkan.
"how are you going to be okay, gue hancur banget kayak gini, Ry" ujarnya samar. Di seberang telepon. Ryan turut merasakan sakitnya Delta.
"Keluar Ta, gue ada di depan rumah Lo"
Delta tertegun ia reflek berdiri menyibak tirai jendela. Tampak Ryan tengah duduk diatas motor besarnya. Ia melambaikan tangan lalu tersenyum menenangkan.
Delta tersenyum tenang ia membalas lambaian tangan Ryan.
Ryan turun dari motornya.
"Keluar Ta, gue bawa pizza sama soda.. biar Lo semangat lagi"
Delta tersenyum lalu mengangguk samar.•••••
Delta dan Ryan tengah duduk tenang di sebuah taman kota yang dihiasi lampu-lampu berwarna. Suasananya membuat setiap batin candu akan kenyamanan dan ketenangan.
"Ry"
Kedua netra itu bertemu sesaat sebelum Delta kembali merunduk dan terdiam beberapa detik.
"..gue bersyukur banget punya bestfriends kayak Lo berdua. Rasanya gue hampa kalo Lo berdua ngga ada. Thanks yaa"
Ryan melukis senyum manis lalu mengusap pucuk kepala gadis itu menenangkan.
"Gue juga ngerasa gitu"Delta tersenyum simpul lalu menghela napas berat.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
segitiga DELIYAN!
RomanceDelta, gadis cantik berusia 17 tahun itu dipusingkan dengan kelakuan teman laknatnya, Lintang. Lintang sendiri memiliki hobi merecoki kehidupan Delta. Terkadang mereka membutuhkan Ryan sahabat mereka juga untuk melerai keributan yang di timbulkan me...