"S-suho—ngh—""Hm? Kau menyukainya?"
"A-agh—hukh—hng~"
Desahan mendayu di ujung tenggorokan. Bulir keringat menuruni dahi. Surai kecokelatan menempel lekat, menutupi alis yang mengerut tajam. Pemuda yang masih berbalut seragam putih itu mendeguk lemah, sebisa mungkin tidak mendesah. Tapi apa mungkin?
Oh, sayangnya tidak.
Pemuda lain di belakangnya tak akan membiarkan hal itu terjadi. Netra hitamnya bergulir ke atas— dengan air mata mengalir ke pipi. Mh—sekali lihat semua orang pasti tahu bahwa Seojun sedang keenakan.
Labium nerah muda itu gemetar dengan desahan tak tahan. Dada bidang yang harusnya menjadi tempat sandaran para wanita itu tampak memerah karena terlalu banyak diremas. Pucuk dadanya mencuat keras, gatal meminta sentuhan. Perut dengan garis otot yang jelas kembang kempis menahan nikmat, mengerut saat stimulasi tak tertahankan mulai mengaburkan akalnya.
"Suho—suho-oh Tuhan—"
Dua bulatan sekal milik Seojun bergoyang responsif, menyambut 2 jari panjang yang terbenam di antara bongkahan montoknya. Suho terkekeh gemas, lantas memijit bagian tengah tonjolan penuh saraf itu.
"AH! Shibal—egh-mngh—"
Enak, enak. Paha dalamnya gemetar hebat, kemaluan berdenyut kencang, ia akan meledak. Oh sial—ia akan meledak!
"Katakan padaku, manis. Mana yang lebih enak? Vagina perempuan, atau—
"Ini?"
Chk!
"O-oOohH!!"
Seojun mengejang kelojotan. Jemarinya menarik seprai kelabu, lutut dan paha sekalnya bergetar setengah mampus. Dua jari Suho mengapit tonjolan bengkaknya di antara mereka. Bergerak maju mundur membuat Seojun berteriak akan sensasinya. Pinggulnya bergerak naik turun, sesekali berputar dan bergoyang seksi.
Suho menjilat bibir bawahnya. Rivalnya itu cantik sekali. Seksi, erotis. Siapa sangka dibalik dandanan super galak dan ekspresi garangnya, Seojun menyimpan sisi seperti ini. Mata yang biasa menatap tajam, kini mengerjap sayu—oh, mungkin tersisa putih saat prostatenya dihajar habis-habisan.
"S-suho—ah-ah—"
"Hm?"
"M-masuk—khan—"
Sang dominan terdiam sejenak, lantas menyeringai lebar.
"Satu kali kau keluar, aku akan memasukimu sayang."
"Ahn—kumohonh—aku,ah—mau—"
Belum selesai Seojun dengan kalimatnya sendiri, Suho sudah melikupi batang rampingnya yang bocor dibawah sana. Prostate dipijat, kemaluan yang dikocok. Lengkap sudah, sensasi gila-gilaan yang mengaburkan akal sehat calon trainee itu.
"Huks—nghk-ah, ah, ah,"
Si manis tak lagi bisa berkata. Hanya berdesah tercekat dengan kepala terdongak penuh ekstasi.
"Jebal—hh-jebal—"
Bisikan sarat akan hasrat. Pemuda yang 20 menit lalu menolak suho mentah-mentah kini meraung meminta penisnya. Suho terkekeh, meninggalkan spank lembut di pipi pantat yang masih betah bergetar itu.
"You want me 'that' bad, seojun-ssi?"
Yang lebih kecil mengangguk kuat-kuat. Ingin. Ingin sekali dicelup kebanggaan rivalnya dalam-dalam. Dari ujung hingga tenggelam ke pangkal. Ditabrak prostate gatalnya, dipenuhi oleh batang tebal luar biasa panjang dan keras itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival?
FanfictionSeojun itu manis. Menggemaskan. Menggoda. Itu isi pikiran Suho yang sudah kepalang lelah menjadi murid teladan. Mengisi otaknya dengan bayangan betapa indah dan manisnya jika lelaki berandalan itu melengkungkan punggung dibawah kungkungan tubuhnya...