Bab 1 Jiang Tian

9 1 0
                                    

Musim panas itu, jauh lebih ramai dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ranting yang bertiup di luar jendela kelas masih tidak bisa menahan panasnya mentari.

Ruang kelas di lantai paling atas gedung SMA Fu Zhong selalu penuh keramaian, murid kelas 2A mulai masuk ke dalam kelas, lalu ada orang yang berteriak, "Lapor ... Kelas kita akan kedatangan murid baru!"
"Kasim yang baru dari ruang kerajaan lagi-lagi bergosip." Ada seseorang yang mencibir.
"Sialan, kamu yang kasim! Aku bicara jujur."

"Saat ini bukan pertengahan semester dan bukan akhir semester, murid darimana yang masuk?"
"Murid pindahan."
Begitu mendengar ucapan tersebut, setiap orang yang tidak istirahat siang langsung bersemangat, "Pria atau wanita? Benarkah?" 

"Seratus persen benar! Aku baru melihatnya, seorang pria yang putih dan rapi, cukup tampan." Jawab si wakil ketua kelas. Kemudian, dia melanjutkan ucapannya, "Tidak tahu guru mana yang begitu kejam, bisa-bisanya menerima murid tampan dari sekolah lain pindah kemari." 

Ruang kelas dipenuhi dengan teriakan yang memekakkan telinga, beberapa murid perempuan melirik ke tempat duduk paling belakang.

Di sana ada seorang pemuda yang sedang menelungkupkan kepala di meja belajar, satu tangan menutupi kepala dengan satu tangan sedikit menekuk. Si pemuda sedang tidur siang.
Dia meremas rambut karena ruang kelas yang terlalu berisik, lalu mengubah arah tidurnya.

Para murid perempuan menarik pandangan mereka dari si pemuda, suara mereka terdengar semakin kecil. "Pindahan darimana?"
Wakil ketua kelas menyebutkan nama sebuah SMA.
"Sekolah apa itu? Apa ada sekolah dengan nama seperti itu di dekat sini?"
"Aku juga tidak pernah dengar, tetapi pasti salah satu sekolah ternama di kota. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa masuk kelas kita."
"Tunggu dulu, aku akan memeriksanya." Salah seorang murid pria mengeluarkan ponsel dari laci meja. "Tidak ada guru yang akan kemari, 'kan? Tolong, beritahu aku jika ada guru yang datang."
Tangannya browsing dengan cepat, lalu dia tertegun, "Sialan!"
"Bagaimana?"
Si murid pria menggenggam ponsel sambil menunjukkan pada teman-teman di sekitarnya, lalu murid yang lain ikut melongo.

Beberapa waktu kemudian, mereka baru tersadar dari rasa kaget. "Dia berasal dari luar kota? Murid dari luar kota, setelah naik kelas 1 SMA lalu pindah sekolah ke Jiang Su? Untuk ikut ujian universitas? Apa murid pria itu sudah gila?"
Sheng Wang si murid gila sedang berada di ruang Bimbingan dan Konseling sambil mendengar arahan bagi murid baru.

Suara jangkrik terdengar dari luar jendela, Sheng Wang menjauh dari jendela, lalu mengenakan earphone. Akhirnya dia dapat mendengar pesan suara ayahnya yang baru masuk dengan jelas. Datang tiga pesan suara secara beruntun, setiap pesan suara sepanjang satu menit, mirip dengan gaya Sheng Mingyang seperti biasanya.

"Paman Chen baru saja menelepon untuk mengabari kamu telah masuk ke gedung sekolah. Kenapa tidak naik bersama Paman Chen? Sekolah baru dan teman baru, ada orang yang menemani lebih baik ..."
"Seperti apa situasi sekolahnya? Apa bedanya dengan SMA 1 dulu? Keduanya adalah sekolah terbaik, tetapi tetap saja beda kota ..."
"Apa kamu telah bertemu dengan Pak Xu?"

AC di Ruang Bimbingan dan Konseling sedikit lama, ruangannya tidak terlalu dingin, cocok untuk orang paruh baya. Sheng Wang berdiri di bawah AC, rambut pendek yang berkeringat tertiup angin AC hingga dia merinding kedinginan.
Tangan Sheng Wang menyentuh layar ponsel, dia hanya mendengar beberapa kata pembuka, lalu menutup pesan suara tersebut. Sheng Wang memutar bola mata dengan kesal setiap kali mendengar satu pesan suara, hingga pesan suara ketiga Sheng Wang tampak kebingungan.

Dia pasti mengenal Paman Chen, dia adalah sopir yang mengantar Sheng Wang datang melapor ke sekolah. Mobil tidak boleh masuk ke dalam area sekolah, sementara area parkir berada terlalu jauh. Sheng Wang malas berjalan jauh ke tempat parkir jadi menyuruh Paman Chen untuk pulang.
Kalau begitu ...

"Siapa itu Pak Xu?" Sheng Wang menekan layar ponsel sambil bertanya.
"Kamu lagi-lagi menutup pesan suaraku tanpa mendengarkannya sampai selesai!" Shen Mingyang membalas pesan Sheng Wang dengan cepat.
Sheng Wang mengipas-ngipas wajahnya yang kepanasan dengan tangan, mematikan ponsel, pura-pura tidak ada signal.

Tiba-tiba masuk telepon dari Sheng Mingyang, suaranya terdengar tidak berdaya, "Pak Xu adalah Guru Pembimbing dari bagian Bimbingan dan Konseling. Orangnya tidak terlalu tinggi, wajah Pak Xu cukup tampan, mungkin agak serius. Seharusnya dia yang akan menjemputmu, apa kalian sudah bertemu?"
Sheng Wang merenungkan ucapan ayahnya sambil berkata, "Tidak ada. Guru yang menjemputku tampak ramah dan penuh senyum, hanya saja ... bibirnya lebar seperti orang utan."
Dia juga pendek, tingginya cuma sampai bahu Sheng Wang, saat mereka bicara si guru harus mendongak baru dapat melihat Sheng Wang.
Si guru menyuruh Sheng Wang menunggu dalam ruangan ini, sementara dia sendiri turun mengambil bahan pelajaran baru untuk Sheng Wang.

Shen Mingyang terbatuk singkat. "Oh, iya ... Itu dia orangnya."
Sheng Wang terdiam untuk beberapa saat, lalu berkata, "Ayah, apa menurutmu wajahku cukup tampan?"
Sheng Mingyang ingin memukul Sheng Wang.
Sebagai seorang pebisnis, dia terbiasa berbasa-basi untuk menyenangkan orang lain. Hanya di depan putranya ini, Sheng Mingyang selalu dibuat kehabisan kata-kata.

Dari pintu depan terdengar suara seseorang, Sheng Wang menoleh dan berkata pada ayahnya, "Orang utan ... Oh bukan, maksudku Pak Guru Xu sudah datang. Teleponnya aku tutup dulu."
Shen Mingyang bicara dengan tergesa-gesa, "Iya. Sekolah dengan baik, berikan kesan yang baik pada gurumu di hari pertama. Jangan sembarangan memberi sebutan aneh pada gurumu!"
"Oh." jawab Sheng Wang enggan.

"Nanti malam, aku akan menyuruh sopir untuk menjemputmu. Sampai saatnya, aku juga akan pulang. Kamu ..."
Sheng Mingyang terdiam untuk beberapa saat, lalu berusaha bicara dengan santai, "Nanti kita sama-sama makan malam dengan Tante Jiang, masalah yang Ayah bicarakan padamu saat itu, bagaimana?"
Sheng Wang menggigit bibirnya.

Tante Jiang bernama Jiang Ou dan memiliki seorang putra. Sheng Wang tidak pernah bertemu dengan Jiang Ou, hanya pernah melihat beberapa fotonya saja. Bahkan Sheng Wang hanya melihat sekilas foto-foto itu.
Nama itu telah Sheng Wang dengar hampir satu tahun lamanya, frekuensinya dari dua tiga bulan sekali berubah menjadi satu bulan sekali, lalu kini Sheng Wang nyaris tiap hari mendengar nama itu dari cerita ayahnya. Sheng Wang telah terbiasa mendengarnya.

Harus diakui kalau Shen Mingyang sangat cerdas memanfaatkan kesempatan, sampai Sheng Wang tidak merasa ada yang salah dan tidak dapat menolak. Bahkan Sheng Wang sampai tidak dapat meluapkan emosinya.
Bulan lalu, Shen Mingyang bercerita kalau dia akan semakin sibuk untuk enam bulan ke depan. Dia akan semakin jarang pulang, lalu berkata terjadi sedikit masalah pada Jiang Ou dan dia tidak dapat tinggal di rumahnya lagi. Jadi Shen Mingyang memutuskan untuk menyuruh Jiang Ou pindah ke rumah mereka. Setidaknya Jiang Ou akan memiliki tempat tinggal dan dapat membantu Shen Mingyang untuk menjaga Sheng Wang.

Sebenarnya alasan menjaga Sheng Wang sangat tidak masuk akal, karena rumah mereka sudah memiliki seorang pembantu. Terjadi masalah pada Jiang Ou juga belum tentu benar, intinya hanya mencari alasan saja. Apa Jiang Ou dapat pindah jika mereka sudah tinggal bersama?
Sebenarnya hal ini lebih seperti pernyataan daripada berdiskusi dengan Sheng Wang, telah muncul banyak perabotan baru di rumah mereka. Semuanya demi menyambut kedatangan seorang wanita, oh ... dan putranya itu.

Malam ini, hasilnya akan sama saja meski mereka makan bersama atau tidak.
Shen Mingyang memanggil Sheng Wang ketika dia tidak kunjung mendengar jawaban dari putranya.

Pak Guru Xu yang mirip orang utan kebetulan masuk ke dalam ruangan, Sheng Wang tersentak dan segera mematikan teleponnya.
Kepala Guru BK seperti Pak Xu berusaha tampak ramah pada murid baru. "Apa sedang menelepon ayahmu? Tidak masalah, jangan buru-buru memutuskan telepon. Wajar saja jika kamu mengabari orang rumah."
Sheng Wang menoleh, lalu menunjukkan senyum ramah seorang pemuda riang. "Terima kasih Pak Guru. Pembicaraannya memang telah selesai."

Pak Guru Xu mengangguk dengan guru yang berada di belakangnya. Tadi dia sudah bercerita pada guru itu ketika mereka berada di lantai bawah, kalau datang seorang murid pindahan baru berwajah tampan yang dapat memikat hati banyak murid perempuan, tetapi dia tampak seperti murid yang penurut, pasti tidak akan membuat masalah.

"Ayo, duduk." Pak Guru Xu menunjuk ke arah setumpuk buku pelajaran yang dibawanya. "Semua ini secara teorinya akan digunakan untuk pembelajaranmu. Kamu boleh memeriksanya."
Apa yang dimaksud dengan "secara teori"?
Sheng Wang tidak paham akan maksudnya, lalu dia mengambil buku pelajaran kimia yang berada di tumpukan paling atas dan membalik beberapa halaman.
Pelajarannya tidak berbeda jauh dari yang dipelajari Sheng Wang di sekolah lama, seharusnya bukan masalah besar untuk mengikuti pelajaran di sekolah yang baru ini.

"Aku telah melihat berkasmu sebelumnya, apa kamu sering pindah sekolah?" tanya Pak Guru Xu.
Sheng Wang mengangguk, lalu menjawab, "Iya, aku telah pindah ke beberapa sekolah yang berbeda."
Rata-rata alasan kepindahan Sheng Wang karena mengikuti Shen Mingyang.

Saat SD, Sheng Wang bersekolah di Kota Jiang Shu. Sejak SMP kelas 1 hingga SMA kelas 1, Sheng Wang telah pindah ke dua sekolah yang berbeda. Sekarang adalah sekolah ke tiganya. Seluruh pengalaman itu membuat Sheng Wang tidak memiliki perasaan terhadap kota yang dia tinggali, Sheng Wang tidak pernah tinggal lama di kota mana pun.

"Aku juga telah melihat raportmu. Kamu adalah murid yang sangat cerdas, bahkan kamu selalu berada di posisi tiga besar. Kemampuan belajarmu pasti sangat baik. Hanya saja, mungkin ada sedikit perbedaan dalam urutan pelajaran antara sekolah ini dengan dua sekolah yang lainnya." Pak Guru Xu bicara sambil menghiburnya, "Murid pindahan biasa menghadapi masalah seperti ini, tetapi jika belajar dengan baik, pasti dapat mengejar ketertinggalanmu. Jangan khawatir."

Kehidupan Sheng Wang selalu lancar, dia tidak pernah mengalami kesulitan dalam pelajaran. Mana mungkin Sheng Wang merasa khawatir. Namun, Sheng Wang tidak boleh tampak terlalu percaya diri, jadi dia berusaha menahan diri. "Sebelum datang, aku telah mempersiapkan mental. Aku pasti akan berusaha dengan baik."

Pak Guru Xu tampak semakin ramah. "Apa pernah mengalami pergantian kelas di sekolah lama?"
Sheng Wang menjawab, "Belum, tetapi biasanya ada pergantian kelas sesuai mata pelajaran favorit di sekolah lama ku."
"Oh." Pak Guru Xu menangguk, lalu berkata, "Sebenarnya kami juga memiliki program pergantian kelas, hanya saja caranya lebih khusus."
Sheng Wang tampak tertegun. "Cara khusus? Khusus seperti apa?"

"Kamu akan segera masuk kelas 2A. Kelas 2A adalah kelas dengan sistem belajar yang sangat tinggi. Setiap setengah semester akan ada ujian percobaan. Bukankah ada ujiang tengah semester dan ujian akhir semester? Setiap kali ujian, murid dengan nilai paling rendah akan mundur ke kelas B. Kemudian, akan dipilih murid dengan nilai tertinggi dari kelas yang berbeda untuk masuk ke kelas A. Itu adalah cara pergantian kelas kami."

Sheng Wang terdiam untuk beberapa saat setelah mendengar penjelasan itu. Singkat kata, di sekolah lain, pergantian kelas sesuai dengan mata pelajaran favorit, tetapi di sini cara mereka sama saja dengan eleminasi yang kejam.
Setelah berhasil menakut-nakuti si murid kecil, Pak Guru Xu akhirnya kembali bersikap ramah.

 Dia mengajak Sheng Wang melewati koridor panjang untuk menuju ke kelas barunya. Di tengah jalan mereka melewati tembok kehormatan, Sheng Wang spontan melihat ke arah tembok itu. Foto yang memenuhi tembok menarik perhatiannya, karena foto tanpa ekspresi itu lebih mirip foto tersangka kejahatan daripada foto identitas murid.
Selera sekolah ini buruk sekali, pikir Sheng Wang.

Pak Guru Xu menghentikan langkahnya, lalu bicara dengan penuh kebanggaan, "Lomba Olimpiade di kelas satu SMA tidak terlalu banyak, tetapi hasil yang kami raih cukup baik. Foto-foto orang yang berada di tembok ini akan menjadi teman sekelasmu. Kamu dapat mengenal mereka terlebih dulu."
Sheng Wang sulit mengingat wajah orang, dia juga tidak tertarik untuk mengenal teman-teman sekelasnya. Namun, Sheng Wang mengingat dengan jelas salah satu foto di antar mereka.

Alasan pertama karena foto si pemuda terpampang terlalu banyak di tembok tersebut, bisa dibilang foto pemuda nyaris memenuhi seluruh tembok kehormatan. Alasan kedua, si pemuda bermarga Jiang dan namanya adalah Jiang Tian.
Intinya ada pada alasan kedua.
Sheng Wang mengakui kalau dirinya emosional dan picik! Picik juga tidak masalah, intinya Sheng Wang kesal melihat orang dengan marga Jiang.

Pak Guru Xu telah ribuan kali mengagumi papan kehormatan tersebut, lalu wajahnya tiba-tiba muram. Dia mendekati foto Jiang Tian dan menyekanya dengan tangan sambil marah-marah, "Siapa yang melukis gambar hati di sini? Tidak tahu sopan santun!"
Sheng Wang mengangguk dengan kesal. "Bahkan bukan hanya satu orang yang melukisnya."

Fotografer sekolah pasti memiliki gaya yang tidak biasa, tetapi orang yang berada dalam foto itu memang memiliki aura yang berbeda. Seperti kata Pak Guru Xu, auranya dapat memikat banyak murid perempuan. Namun, menurut Sheng Wang wajah si pemuda tampak sangat sok! Sok gaya dan sok keren!

Sheng Wang berdoa agar kelak dapat menjauh dari murid itu, takutnya suatu hari dia akan geram akan tingkah sok si pemuda, lalu menyebabkan pertengkaran.
Hasilnya, doa Sheng Wang hanya bertahan selama lima menit karena Pak Guru Xu mengatur Sheng Wang duduk di samping si pemuda sok.
Alasannya, Sheng Wang sedang mengejar ketinggalan jadi lebih baik memiliki teman sebangku yang dapat diajak berdiskusi.

Pak Guru Xu berkata, "Di seluruh kelas ini, rasanya hanya Jiang Tian yang paling cocok menjadi teman sebangkumu."
Ucapannya baru selseai, tatapan empat puluh murid dalam kelas tampak ketakutan dan membuat Sheng Wang merasa sesak napas.
Sheng Wang melirik guru bermulut lebar sambil memakinya ribuan kali dalam hati.

At (@) Seseorang_Mou Mou (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang