d-1.

47 14 22
                                    

Senin pagi, pukul enam lewat lima belas menit di kediaman seorang gadis bernama Raya Aurora Megantari.

"Non, makannya udah selesai belum? Bibi mau beres-beres dulu." Ucap bi Sari selaku pembantu di rumah Raya.

"Belum, dikit lagi bi. Bibi kalo mau beres-beres gapapa, nanti piringnya Raya aja yang cuci."

"Ya jangan dong Non, kan itu pekerjaan bibi. Non Raya siap-siap aja berangkat sekolah. Masuknya jam tujuh kan?"

"Iya bi, yaudah deh Raya mau ke atas dulu ngambil tas." Ucap Raya sambil beranjak dari meja makan.

"Iya Non. Oh iya, pak Aji udah nyiapin mobil buat anter Non Raya ke sekolah. Jadi, nanti gak usah nungguin lagi." Ucap bi Sari sebelum akhirnya melangkah ke arah dapur.

"Iya, makasih ya bi." Ucapnya yang dibalas anggukkan oleh bi Sari.

Setelah mendapat respon dari bi Sari, ia segera naik ke lantai dua tempat kamarnya berada.

Didalam kamar, ia bercermin untuk merapikan seragam dan penampilannya. Ia segera memakai lipbalm, parfum, dan jam tangan warna biru favoritnya.
Setelah dirasa perfect, barulah ia mengambil tasnya dan bersiap untuk turun dan berangkat ke sekolah.

"Raya."

Gadis itu berhenti tatkala suara seorang pria paruh baya memanggilnya dari arah belakang.

Ia langsung berbalik. "Eh papa, kenapa pa?"

Megantara-ayah Raya menjawab, "Kamu berangkat sama pak Aji dulu ya, papa ada urusan hari ini."

"Iya pa, Raya tau kok. Ini aja Raya mau nyamperin pak Aji."

"Maafin papa ya, lain kali papa anter kamu lagi. Oh iya, uang jajan kamu masih ada kan?"

"Masih ada kok pa, masih banyak malah. Papa sih ngasih uang kok banyak amat."

Megantara terkekeh, "Dua juta doang kok, ya siapa tau kurang gitu. Tinggal minta papa aja."

Raya hanya menggeleng pasrah, dua juta doang katanya? Papanya ini memang limited edition.

"Yaudah deh pa, Raya berangkat dulu takut kesiangan. Ini hari Senin, takut macet." Ucap gadis itu seraya mencium punggung tangan Megantara.

"Iya hati-hati," Balas Megantara sembari mengusap pelan kepala Raya.

Gadis itu tersenyum, "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

***

Setelah hampir setengah jam perjalanan karena macet yang sangat panjang, akhirnya ia sampai di depan sekolahnya.

"Pak, berhenti disini aja ya. Gak usah dimasukin ke gerbang, saya udah telat."

"Serius Non?" Tanya pak Aji memastikan.

"Aduh, iya Pak. Ini dua menit lagi masuk."

"Yaudah iy-"

Dukkk.

Belum sempat pak Aji menyelesaikan kata-katanya, Raya sudah terlebih dahulu keluar dari mobil sambil berlari.

"Si Non mah aya-aya wae." Ucap pak Aji sebelum akhirnya memutar arah kembali menuju rumah.

-

"HEY LO!"

Raya yang hendak masuk gerbang pun tersentak dan menghentikan langkahnya. Lalu perlahan ia berbalik.

"Kenapa?"

"Lo udah kesiangan, harusnya jangan masuk."

Gadis itu mendengus kesal, "Ck, masih ada satu menit. Gausah buang-buang waktu gue!"

"Lo itu harus taat atu- HEH JANGAN KABUR LO!"

"BERISIK!" Teriak Raya yang sudah berlari jauh.

Seseorang itu menetralkan napasnya, lalu memanggil salah satu temannya. "Woy!"

"Apa?"

"Lo harus cari tau siapa dia." Ucap seseorang itu sambil menunjuk Raya yang sudah sampai di depan pintu kelasnya.

***

Setelah upacara selesai, Raya segera bergegas kembali menuju kelasnya. Cuaca pagi ini cukup terik, apalagi amanat pembina upacara tadi sudah seperti membaca novel, kelarnya lama.

"Raya, buru-buru amat lo!" Ucap Anya, alias Zevannya Kania Legarist yang notabenenya adalah sahabat Raya.

Raya melirik sebal, "Ck, lo bego apa gimana? Udah tau gue tuh paling males kalo disuruh upacara. Tau gini gue mending ngadem di toilet."

Plakkk!

Anya memukul punggung sahabatnya itu.

"Lo apaan sih?! Gaje lo nyet!"

"Lo yang gaje! Udah kelas sebelas masih aja mageran!"

Tak terasa, kini keduanya sudah sampai di depan kelas.

11 MIPA 2.

Mereka pun masuk dan duduk di bangku masing-masing. Tentu saja Raya duduk dengan Anya.

Anya menatap sahabat di sampingnya yang sedang memasang raut sebal, "Kenapa lagi lo?"

Raya mendengus, "Kayanya hari ini hari sial gue deh, dari pagi sampe sekarang ada aja yang bikin kesel,"

Anya mengangguk, "Cerita dong bestie."

"Jadi tadi kan gue di ger-"

"Panggilan kepada siswi bernama Raya Aurora Megantari kelas sebelas MIPA 2 untuk segera datang ke ruang guru. Terima kasih."

***
To be continued,

©nanaffisaa

DANDELIONS.


Kamis, 28 Apr 2022.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang